BI Yakin Inflasi Lebaran Rendah Dorong Penguatan Rupiah

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.282 per dolar AS hingga 13.323 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 19 Jun 2017, 13:05 WIB
Diterbitkan 19 Jun 2017, 13:05 WIB
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.282 per dolar AS hingga 13.323 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.282 per dolar AS hingga 13.323 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan di awal pekan ini. Keyakinan Bank Indoensia (BI) bahwa angka inflasi Lebaran bakal rendah menjadi mendorong penguatan rupiah. 

Mengutip Bloomberg, Senin (19/6/2017) rupiah dibuka di angka 13.291 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.299 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.282 per dolar AS hingga 13.323 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah mampu menguat 1,39 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.286 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan pada Jumat lalu yang ada di angka 13.298 per dolar AS.

Nilai tukar dolar AS sebenarnya bergerak stabil pada perdagangan di Senin pekan ini. The dollar index yang merupakan indeks yang mengukur nilai tukar dolar AS terhadap enam mata uang utama dunia bertahan di angka 97,172.

Indeks tersebut sempat naik pada perdagangan di Jumat lalu setelah Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 1,25 persen.

Saat ini, pelaku pasar sedang menunggu komentar dari Gubernur the Fed Newa York William Dudley yang ikut dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral AS pada Rabu lalu.

"Pelaku pasar menunggu komentar Dudley yang akan memberikan petunjuk mengenai arah kebijakan Bank Sentral AS di tengah melemahnya data-data ekonomi," kata kepala analis pasar uang Muzuho Securities, Tokyo, Jepang Masafumi Yamamoto, dikutip dari Reuters.

"Pandangan saya, Dudley tidak akan memberikan petunjuk bahwa the Fed sangat yakin dengan pertumbuhan ekonomi AS, mereka akan sangat berhati-hati," tambah dia.

Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta menjelaskan, di perdagangan Jumat, rupiah kembali melemah terpicu kembalinya penguatan dolar AS serta meningkatnya kebutuhan impor jelang Lebaran. "Neraca perdagangan yang menipis surplusnya menambah tekanan terhadap rupiah," jelas dia.

Namun, inflasi Lebaran yang menurut BI relatif lunak yang dibarengi oleh kembali lemahnya dollar index, bisa menghadirkan kembali penguatan rupiah.

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya