Perbankan Minta BI Hati-Hati Terapkan Redenominasi

Maryono menggarisbawahi kalau hal ini disetujui oleh DPR RI, pelaksanaannya harus dilakukan secara hati-hati dan bertahap.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 20 Jul 2017, 11:00 WIB
Diterbitkan 20 Jul 2017, 11:00 WIB
redenominasi-130123b.jpg

Liputan6.com, Jakarta Rencana Bank Indonesia memasukkan Rancangan Undang-Undang Redenominasi atau pengurangan angka nol dalam rupiah dalam Program Legislatif Nasional (Prolegnas) 2017, disambut baik para pelaku perbankan.

Ketua Himpunan Bank-bank Negara (Himbara) Maryono mengaku ini adalah langkah awal untuk menjadikan rupiah semakin kredibel ke depannya. Selain itu, redenominasi juga memudahkan perbankan dalam proses administrasi.

Hanya saja, Maryono menggarisbawahi, kalau hal ini disetujui oleh DPR RI, pelaksanaannya harus dilakukan secara hati-hati dan bertahap.

"Saya kira redenominasi ini cukup bagus, namun perlu ada kajian lebih dalam lagi, supaya pelaksanaannya tidak menimbulkan kerancuan dalam pertumbuhan ekonomi dalam negeri," kata Maryono saat berbincang dengan Liputan6.com, Kamis (20/7/2017).

Menurut Maryono, kondisi ekonomi Indonesia saat ini sudah cukup bagus. Selain itu, sudah memungkinkan untuk dilakukan redenominasi atau pengurangan angka nol dalam rupiah.

Menurutnya, hal itu terlihat dari ekonomi Indonesia yang sudah mulai bangkit dan stabil. Hal ini dibuktikan dengan angka pertumbuhan ekonomi meningkat, tetapi angka inflasi tetap terjaga, bahkan cenderung menurun.

"Jadi saat ini ekonomi memang sedang dalam tren positif di mana harapannya ke depan bisa tumbuh lagi di atas 6 persen, dengan demikian akan meningkatkan demand oleh masyarakat," tambah Maryono.

Jika redenominasi tidak dilakukan dengan persiapan yang matang, dikhawatirkan akan mengurangi tingkat konsumsi masyarakat sehingga memengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Sebelumnya, persoalan redenominasi ini juga ditanggapi oleh Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo.

"Mata uang Indonesia itu kan kecil sekali, misalnya Rp 100.000 itu cuma US$ 8, sehingga orang Indonesia kalau mau bayar Rp 100 miliar itu banyak sekali uangnya," kata Kartika.

Kartika mengaku rencana redenominasi yang akan dilakukan Indonesia ini bukan yang pertama kali di dunia. Sehingga, tidak ada salahnya mengambil contoh negara-negara yang sukses melaksanakan hal ini.

Senada dengan Maryono, Tiko, sapaan akrab Kartika, meminta penerapan redenominasi ini harus benar-benar hati-hati dan dilakukan secara bertahap.

Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan, mulai dari sosialisasi, transisi, hingga pada akhirnya menarik rupiah yang selama ini diterbitkan untuk kemudian diganti dengan desain yang baru.

"Harus ada transisi, jangan sampai seperti India yang juga pernah melaksanakan ini. Mereka waktu pelaksanaan awalnya agak kaget," tegas Kartika. (Yas)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya