Awas, Keuangan Jebol Gara-Gara Pengeluaran Sepele

Padahal pengeluaran sepele itu jika dialihkan menjadi sebuah investasi atau tabungan.

oleh Nurseffi Dwi Wahyuni diperbarui 09 Agu 2017, 07:01 WIB
Diterbitkan 09 Agu 2017, 07:01 WIB
Awas, Keuangan Jebol Gara-Gara Pengeluaran Sepele
Awas, Keuangan Jebol Gara-Gara Pengeluaran Sepele

Liputan6.com, Jakarta- Pernah mendengar tentang “The Latte Factor”? Ini adalah istilah yang pertama kali diperkenalkan oleh David Bach, penulis finansial asal Amerika Serikat, untuk menyebut pengeluaran remeh temeh yang kerap dibelanjakan orang tanpa sadar akan tetapi rutin dari hari ke hari.

Bila dihitung, pengeluaran remeh temeh yang rutin dikeluarkan tersebut sebenarnya cukup bernilai. Padahal, pengeluaran tersebut apabila kita alihkan menjadi sebuah investasi atau tabungan, hasilnya akan cukup signifikan bagi keuangan pribadi seseorang.

Pada masyarakat Amerika atau Barat, “The Latte Factor” pertama kali direpresentasikan oleh secangkir kopi yang selalu dibeli orang sebelum memulai aktivitas harian mereka.

Pada dasarnya, “The Latte Factor” bisa berwujud macam-macam pengeluaran yang sekilas remeh, tapi acapkali sering kita lakukan. Anda yang beraktivitas di Indonesia juga kemungkinan besar memiliki “The Latte Factor” ini.

Apa saja yang sering menjadi  “The Latte Factor” di Indonesia? Kenali dan cobalah melihat peluang penghematan seperti dikutip dari Halomoney:

1. Air minum dalam kemasan

Anda tentu sepakat bila air merupakan salah satu kebutuhan primer manusia. Namun, dengan alasan kepraktisan, orang acapkali memilih membeli air minum dalam kemasan (AMDK) di minimarket atau warung ketimbang membawa sendiri dari rumah, ketika beraktivitas di luar rumah.

Anggaplah setiap bulan Anda pergi beraktivitas di luar rumah 20 kali dan membeli air mineral kemasan minimal dua kali seharga masing-masing Rp 4.000, maka dalam sehari Anda menghabiskan uang Rp 8.000. Dalam satu bulan, uang yang Anda keluarkan bisa mencapai Rp 160 ribu atau Rp 1,92 juta per tahun! Besar juga, bukan?

Uang itu akan lebih produktif bila Anda investasikan ke sebuah produk keuangan dengan imbal hasil 10 persen per bulan. Dalam 4 tahun, Anda bisa mengumpulkan dana hingga Rp 9,5 juta hanya dari berhemat belanja air minum dalam kemasan.

Simak video menarik di bawah ini:

Selanjutnya


2. Gorengan dan jajan pasar

Orang Indonesia senang mengudap camilan, terutama gorengan. Harganya murah dan rasanya gurih. Anda yang mungkin menggemari gorengan, tentu tidak akan keberatan menghabiskan uang Rp 5.000-Rp 10 ribu untuk sebungkus gorengan yang nikmat.

Bila kebiasaan itu Anda jalankan rutin, Anda bisa menghitung sendiri berapa biaya jajan gorengan yang habis.
Kesukaan pada gorengan tidak salah, tapi akan lebih baik bila Anda bisa mengurangi dan mengalihkan uangnya untuk keperluan lebih penting seperti investasi untuk biaya sekolah anak Anda kelak.

Selain itu, mengurangi konsumsi gorengan juga bisa membantu diet Anda lebih sehat. Baca juga: Kamu Generasi Milenial? Ini 15 Langkah Keuangan yang Perlu Diterapkan

Selanjutnya



3.    Nonton bioskop

Penyuka film bisa menghabiskan setiap akhir pekan mereka mendatangi bioskop, terlebih bila ada film baru yang diputar. Asumsi harga tiket nonton bioskop saat weekend katakan Rp 50 ribu per orang. Dalam sebulan, Anda bisa 3 kali menonton film di bioskop, sehingga menghabiskan dana Rp 150 ribu untuk tiketnya saja. Dalam setahun, biaya tiket nonton bioskop saja bisa mencapai Rp 1,8 juta.

Belum lagi pengeluaran untuk biaya camilan di bioskop dan biaya parkir. Singkat cerita, cukup besar rupiah yang Anda habiskan untuk hobi nonton tersebut. Biaya itu bisa lebih produktif bila Anda alihkan menjadi investasi atau tambahan tabungan.

Hobi nonton di bioskop tidak perlu Anda hapuskan serta merta. Namun, dengan mengurangi frekuensi nonton, sudah cukup membantu Anda menghemat sekian rupiah sehingga peluang menambah tabungan atau investasi lebih besar.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya