Pengusaha Ritel Berhemat, Mal Jadi Agak Panas

Salah satu efisiensi yang ditempuh pengusaha ritel ialah mengganti lampu di toko ritel menjadi lampu hemat energi.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 13 Sep 2017, 17:07 WIB
Diterbitkan 13 Sep 2017, 17:07 WIB
20160123-Megastore Courts-Jakarta-Fery Pradolo
Pengunjung saat melihat hiasan lampu saat pembukaan Megastore Courts, Tangerang Selatan, Sabtu (23/1/2016). Ritel tersebut menjual 60% produk lokal. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan ritel tengah melakukan efisiensi. Diperkirakan kinerja industri ritel pada tahun ini tak akan berbeda jauh dengan kinerja pada tahun lalu.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey mengatakan,Ā Sejauh ini kinerja industri ritelĀ belum bergerak jauh dari kinerja tahun lalu. Oleh karena itu, agar perusahaan bisa berjalan dan tetap mendapatĀ laba tinggi, maka perusahaan ritel melakukan efisiensi.Ā 

Beberapa efisiensi yang ditempuh ialah mengganti lampu di toko ritel menjadi lampu hemat energi. Sehingga, bisa mengirit penggunaan listrik. "Kami coba ganti lampu hemat energi, LED, supaya cost listrik rendah," kata dia di SCBD Jakarta, Rabu (13/9/2017).

Para pengusaha ritel juga melakukan pengaturan pendingin udara. Maka tak heran, toko ritel akan sedikit panas pada waktu-waktu tertentu.

"Kemudian AC, mohon maaf, kalau lagi jam tidak ramai, kemudian agak sedikit, agak gerah sedikit, AC-nya memang diatur ada yang hidup ada yang tidak. Itu bukan hanya ritel tapi di mal," ungkap dia.

Efisiensi selanjutnya ialah membatasi variasi produk. Pengusaha ritel saat ini cenderung memilih produk yang cepat dijual. "Seleksi produk, betul-betul diseleksi nggak sembarangan terima lagi produk yang launching, ritel kan hilir," ujar dia.

Efisiensi pengaturan pembukaan toko. Jadi, pengusaha akan lebih selektif memilih lokasi pembukaan toko. Jika itu tak cukup, maka pengurangan toko menjadi opsi. Apabila terjadi, maka ini menjadi sebuah peringatan untuk pemerintah.

"Ujung-ujungnya efisiensi adalah pengurangan toko. Nah ini sebagai alert kalau sudah ada ritel pengurangan toko, dampaknya besar ada tenaga kerja yang terdelusi, produk berkurang diproduksi, dan macam-macam," tukas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tahan ekspansi

Pengusaha ritel modern menahan ekspansi bisnis menghadapi lesunya pertumbuhan penjualan yang terjadi sejak awal tahun ini. Ekspansi yang ditahan terutama untuk daerah yang berada di timur Indonesia.

Roy mengatakan, selama ini gerai ritel modern memang masih didominasi di wilayah barat Indonesia. Rencana awal, pengusaha gerai modern bakal melakukan ekspansi ke Indonesia timur. Sayangnya, rencana tersebut harus ditahan.

Selain itu, Roy melanjutkan, perusahaan ritel modern juga menutup beberapa gerai di daerah-daerah yang jumlah penduduk dan sosial ekonomi rendah. "Kami belum mendata ulang, tapi seluruh Indonesia mungkin belum sampai 50 toko yang sudah menutup. Terutama di daerah-daerah yang demografinya rendah," ujar dia seperti ditulis Liputan6.com.

Untuk penutupan sebuah gerai, pengusaha ritel biasanya melihat capaian penjualan dalam kurun waktu tertentu. Jika gerai tersebut sudah tidak mencapai target minimal yang ditentukan dan tidak ada upaya perbaikan yang bisa dilakukan, maka gerai tersebut terpaksa ditutup.

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) juga mengeluhkan adanya penurunan daya beli masyarakat. Pemerintah diminta mengambil kebijakan tepat guna memacu pertumbuhan ekonomi yang sehat, sehingga dapat meningkatkan kembali daya beli masyarakat secara merata.

"Daya beli sekarang benar-benar nge-drop. Ini sudah warning banget," tegas Ketua Umum Apindo, Hariyadi Sukamdani saat dihubungi Liputan6.com.

Pelemahan daya beli tersebut ditunjukkan dengan penurunan penjualan sepeda motor dan mobil, penjualan ritel, dan industri lainnya. Penyebabnya, ada ketidakmerataan distribusi pendapatan karena berbagai hal.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya