Liputan6.com, Jakarta - Penampilan Daniel Hegarty tidaklah sama dengan pengusaha teknologi pada umumnya. Tubuh pria 35 tahun ini penuh dengan tato, ia juga lebih memilih memakai kaos oblong saat beraktivitas.
Jika dilihat sekilas, tak ada yang menyangka apabila pria ini merupakan pendiri dari perusahaan teknologi sukses di Inggris. Latar belakang Daniel juga berbeda dengan pendiri perusahaan teknologi pada umumnya.
Di usia 16 tahun, Daniel memutuskan untuk meninggalkan sekolah demi mengejar mimpinya menjadi musisi. Ia kemudian bergabung menjadi gitaris di sebuah band punk bernama Serum. Waktunya dihabiskan untuk manggung ke berbagai tempat hingga tur ke beberapa kota.
Advertisement
"Saya dulu sangat berandalan. Di usia masih muda saya memilih untuk berhenti sekolah, saat sebuah toko gitar menawarkan pekerjaan. Setelah itu saya jadi musikus band punk," tuturnya seperti dilansir dari BBC, Selasa (19/9/2017).
Meski berprofesi sebagai musisi dengan gaya hidup berandalan, kariernya di dunia musik ternyata cukup menjanjikan. Sebelum usia 20 tahun, Daniel sudah bisa tinggal di Los Angeles, Amerika Serikat. Ia bahkan bisa berkolaborasi dengan artis ternama seperti Robbie Williams dan Pink.
Setelah 10 tahun lalu lalang di industri musik, Daniel Hegarty memutuskan untuk berhenti. Ia kemudian kembali pulang ke Inggris pada tahun 2007.
"Saya berkesimpulan bahwa ini adalah pekerjaan yang aneh. Jika mau mendapat uang, Anda harus menciptakan musik yang buruk," pungkasnya.
Perkenalan dengan dunia teknologi.
Berhenti menjadi musikus, Daniel lantas kebingungan untuk mencari pekerjaan. Kualifikasi pendidikannya tidak cukup apabila harus bekerja di perusahaan.
Ia kemudian dibantu oleh teman sesama musikus yang merupakan penyanyi opera. Daniel disuruh untuk bekerja bersama orang-orang kutu buku di sebuah perusahaan teknologi.
"Teman saya punya kenalan beberapa ahli teknologi yang sedang mencari orang untuk bekerja bersama mereka."
Setelah beberapa pertemuan, Daniel kemudian diterima bekerja di sana. Ahli teknologi itu ternyata inisiator dari startup bernama Wonga. Perusahaan tersebut bergerak di bidang pemberian pinjaman jangka pendek.
Langsung saja, Daniel menyadari bahwa ia memiliki ketertarikan baru selain dunia musik. Ia menghabiskan waktunya belajar berbagai aplikasi pemrograman hingga membaca buku tebal tentang komputer.
Namun kariernya di Wonga tidak berlangsung lama. Perusahaan tempatnya bekerja mendapat sorotan berbagai pihak di Inggris karena dinilai mengenakan bunga yang terlalu tinggi. Mengikuti kata hatinya, Daniel pun berhenti dengan keinginan tidak ingin membebankan lebih banyak orang dengan utang.
Advertisement
Membangun Habito
Sempat menganggur beberapa saat, Daniel kemudian mendapat ide untuk membangun start up yang bisa membantu pembiayaan rumah. Ide tersebut muncul dari pengalaman Daniel yang dirudung kesulitan saat ingin membeli rumah pertama. Ia hampir saja kehilangan rumah impiannya saat pihak broker melakukan berbagai kesalahan sehingga ia harus membayar lebih besar.
Setelah itu, dia pun berniat mendirikan sistem pendanaan rumah secara online yang diberi nama Habito. Daniel mulai mempelajari industri ini dan berbicara dengan broker KPR, kreditur, dan regulator untuk memahami bagaimana sistem tersebut berjalan.
Hingga kini, perusahaan pimpinannya sudah berjalan selama 16 bulan. Setiap bulannya, Habito juga mampu tumbuh 20 persen.
Habito juga mampu memberi pinjaman KPR untuk 50 ribu orang. Saat awal didirikan, ia hanya memiliki 8 orang pegawai. Saat ini Habito telah mempekerjakan 45 orang.