Perusahaan Harus Ubah Strategi demi Bertahan di Era Digital

Teknologi informasi dan komunikasi akan menggilas perusahaan yang enggan berbenah diri mengikuti perkembangan zaman.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 22 Sep 2017, 10:23 WIB
Diterbitkan 22 Sep 2017, 10:23 WIB
Ilustrasi e-Commerce, eCommerce, Online Marketplace, Bisnis Online
Ilustrasi e-Commerce, eCommerce, Online Marketplace, Bisnis Online

Liputan6.com, Jakarta Teknologi informasi dan komunikasi akan menggilas perusahaan yang enggan berbenah mengikuti perkembangan zaman. Untuk bisa bertahan di tengah era digital, perusahaan harus mampu menghadapi arus perubahan melalui strategi khusus.

Guru Besar Bidang Ilmu Manajemen di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Rhenald Kasali, memberikan kiat agar perusahaan dapat memenangkan persaingan yang semakin ketat, termasuk dengan maraknya bisnis online yang mulai mengambil "kue" bisnis konvensional.

"Disruption (gangguan) ada dua, karena digital dan nondigital. Dia menciptakan dua pasar, yakni pasar baru dan pasar kelas bawah (low end market)," kata Rhenald saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Kamis (21/9/2017).

Strategi pertama, tutur Rhenald, lakukan self disruption dengan mengganti cara kerja secara revolusioner. Mengubah produk dan membangun sistem online untuk menghubungkan perusahaan dengan pasar, serta memperbaiki struktur biaya maupun proses bisnis.

Kedua, lakukan kolaborasi dengan bisnis-bisnis baru yang sudah berkembang atau mulai tumbuh di pasar. Carilah pola kerja sama yang dapat memangkas biaya. Ketiga, melatih semua jajaran eksekutif untuk memahami makna disruption dan membongkar pola pikir (maindset) mereka.

"Terakhir, refokus segmen. Periksa di mana segmen yang masih terbuka dan tercipta dalam waktu cepat. Mana yang sudah ditinggalkan, mana yang mengecil. Reformulasikan kembali strategi tanpa harus menunggu akhir tahun," ujarnya.

Terpisah, ekonom sekaligus Rektor Universitas Paramadina, Firmanzah, mengatakan, di tengah gempuran teknologi yang berkembang cepat dan menjamurnya toko online, perusahaan dituntut untuk berinovasi serta mengikuti perkembangan zaman. Tidak melulu terpaku pada gaya lama, sehingga konsumen lari mengikuti perubahan pola konsumsi.

"Selain teknologi, faktor lain juga ada penurunan daya beli. Masyarakat cenderung mencari barang lebih murah, sehingga mempengaruhi pola konsumsi. Yang tadinya masih menerima kemahalan, sekarang mencari kanal baru yang menawarkan harga lebih murah," jelas Firmanzah.

Menurut dia, langkah pertama perusahaan harus mengevaluasi strategi bisnis. Artinya mengikuti perkembangan tren saat ini, baik itu target pertumbuhan dan rencana investasi yang tentunya melibatkan teknologi.

Kedua, lanjut Firmanzah, keputusan menggunakan teknologi proses bisnis harus diiringi dengan kemampuan karyawan untuk melek teknologi, seperti menggelar pelatihan, workshop, maupun banchmarking agar kompetensi karyawan meningkat dalam penggunaan teknologi.

"Apa yang dialami Toys "R" Us karena mereka terlambat membaca peluang bahwa masa depan pendapatannya tergerus dengan e-commerce. Sedangkan Matahari mulai membaca atau intuisinya mengarah pada pengembangan toko online-nya, sehingga melakukan efisiensi dengan menutup dua gerai," ujarnya.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya