9 Cara Atur Duit buat Orangtua Tunggal

Menjadi orangtua tunggal alias single parent menuntut banyak kebijakan dalam perilaku keuangan.

oleh Arthur Gideon diperbarui 19 Nov 2017, 12:00 WIB
Diterbitkan 19 Nov 2017, 12:00 WIB
Perencanaan Keuangan
Menjadi orangtua tunggal alias single parent menuntut banyak kebijakan dalam perilaku keuangan.

Liputan6.com, Jakarta - Menjadi orangtua tunggal alias single parent menuntut banyak kebijakan dalam perilaku keuangan. Beberapa pos pengeluaran yang sebelumnya ditanggung berdua, sekarang harus diatasi sendirian.

"Biasanya, ibu membayar tagihan dan ayah yang bekerja. Namun orang tua tunggal harus melakukan semua itu sendiri. Dari bekerja, mengelola keuangan, sampai memikirkan masa depan anak," ungkap Samantha Fraelich, wakil presiden perusahaan keuangan Bernard R Wolfe & Associates.

Sebelum berpisah, mungkin saja sudah ada pembicaraan dengan mantan mengenai pembagian tugas dan tanggung jawab terhadap anak. Namun, hal seperti itu tidak selalu berjalan mulus.

Meski tidak semua, kadang-kadang pria yang sudah menikah lagi serta memiliki anak, cenderung agak “melupakan” anaknya dari pernikahan terdahulu.

Oleh karena itu, jika saat ini Anda pada posisi sebagai orang tua tunggal, ada baiknya siap mental mengambil alih tanggung jawab keuangan sendiri.

Betul! Sudah bukan waktunya lagi meratapi nasib. Meski banyak tantangan berat, Anda harus bangkit dan mulai membuat strategi demi masa depan anak-anak. Untuk mengatur kehidupan sebagai single parent, Anda harus segera memeriksa kondisi diri, keluarga dan keuangan.

Lalu kembali ke tujuan keuangan: apa yang menjadi prioritas Anda dan keluarga. Serta pikirkan bagaimana mencapai tujuan keuangan tersebut. Jangan lupakan untuk selalu memonitor dan mengevaluasinya.

Paling tidak, dikutip dari Danaxtra.com, Minggu (19/11/2017), berikut ini bisa Anda lakukan untuk mengontrol keuangan sebagai orang tua tunggal:

1. Komposisi Anggaran Realistis

Satu hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan keuangan adalah mengetahui anggaran. Anda harus bisa mengidentifikasi pendapatan dan pengeluaran bulanan.

Secara umum, Anda bisa membuat patokan komposisi anggaran berdasarkan penghasilan sebagai berikut:

Biaya hidup = 40 persen-60 persen

Cicilan utang (KPR, dan kartu kredit) = maksimal 30 persen

Tabungan dan investasi = minimal 10 persen

Keperluan sosial dan sedekah = 2,5 persen-10 persen

Hiburan = maksimal 10 persen

Buatlah anggaran yang realistis, dan diskusikan secara terbuka dengan anak. Ungkapkan juga alasan kepada anak mengapa mereka tidak bisa berbelanja seleluasa ketika masih ada ayahnya. Sangat penting bagi para orang tua tunggal untuk memiliki rincian keuangan dalam memenuhi kebutuhan anak.

Catat setiap perencanaan, penerapan anggaran secara rinci dan jelas. Anda dapat mengetahui pola pemasukan dan pengeluaran melalui catatan keuangan. Dengan mengetahui pola, Anda dapat memprediksi jumlah pengeluaran di waktu yang akan datang. Anda dapat menyiapkan dananya dari sekarang agar saat waktunya tiba, tidak perlu sampai mengutang.

2. Selalu Buat Prioritas Keuangan

Dalam kehidupan sehari-hari, single parent harus pandai-pandai memilah kembali mana yang merupakan keinginan, kebutuhan, dan kewajiban. Jika sudah dapat membedakan masing-masing, maka dengan sendirinya juga akan dapat melakukan pengurangan anggaran.

Seorang penulis finansial David Bach, mengungkapkan adanya the latte factor atau angka kecil yang habis tanpa sadar di sana-sini. Masuk dalam kriteria ini seperti makan di luar, ngopi-ngopi cantik alias ngafe, membeli buku dan majalah. Juga untuk membayar tagihan layanan yang kurang berguna seperti TV kabel, biaya administrasi bank dan kartu kredit, mengeluarkan biaya saat membuka itunes atau play store, dan belanja online.

Ia menyarankan untuk mencatat dan melakukan evaluasi pengeluaran, misalnya selama tiga bulan. Berapa pun pengeluarannya walaupun hanya membeli permen, tulislah. “Dari sana Anda akan tahu, ke mana saja bocor halus keuangan keluarga Anda,” katanya.

3. Lunasi Utang-Utang yang Masih Ada

Anda perlu membuat daftar kewajiban finansial yang harus dibayar. Rencanakan pembayaran untuk utang-utang tersebut sesuai dengan aset yang dimiliki. Setidaknya untuk jangka waktu beberapa bulan, sebelum kondisi keuangan Anda stabil kembali.

(baca juga : Tips Mengatasi Utang yang Mulai Berbahaya)

Sebenarnya lebih bagus jika sebelum perceraian, Anda mulai mendiskusikan dan menyapakati pembagian kewajiban dengan sang mantan. Seperti pembayaran KPR, maupun kredit kendaraan bermotor yang tidak akan berubah yang tidak akan berubah atas nama kendati Anda berdua sudah berpisah.

Bicarakan apakah utang-utang itu harus dibagi dua atau dilanjutkan sesuai dengan porsi kemampuan masing-masing.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Proteksi

 

4. Dana Pendidikan dan Proteksi

Beberapa kesalahan finansial dari seorang single parent antara lain, dia melulu fokus pada pemenuhan sehari-hari, tidak tidak matang mempersiapkan dana pendidikan. Padahal sebagai satu-satunya pencari nafkah dalam keluarga, dia harus mampu memenuhi kehidupan anak. Baik dalam kehidupan sehari-hari sampai dana pendidkannya hingga anak mandiri.

Upayakan untuk selalu memikirkan masa depan sejak awal, misalnya dengan mempersiapkan asuransi kesehatan, asuransi pensiun, dana pendidikan, atau bahkan liburan ketika Anda sudah pensiun nanti.

Dalam hal keuangan, single parent memiliki risiko lebih besar. Salah satu alasannya karena beban tanggung jawab dan beban kerja lebih besar, sehingga juga lebih berisiko dalam hal kesehatan. 

Dengan demikian, single parent membutuhkan proteksi lebih besar dibanding saat masih berpasangan. Asuransi paling penting untuk ibu tunggal adalah asuransi jiwa agar ada dana yang bisa digunakan bagi pengganti Anda untuk mengurus anak-anak jika terjadi kematian.

Selain itu, Anda sebaiknya juga membeli asuransi kesehatan dan pendidikan agar gaji yang telah dikumpulkan bertahun-tahun tidak habis hanya untuk membiayai perawatan medis. Untuk membayar premi asuransi dan mengumpulkan dana darurat, Anda bisa mengambil dari pos pengeluaran cicilan utang, tabungan, dan investasi, serta mengurangi anggaran hiburan.

5. Coba Sisihkan Dana Darurat

Menyisihkan dana darurat biasanya sangat sulit dilakukan, terutama jika Anda merupakan satu-satunya sumber finansial bagi keluarga. Namun, menyiapkan dana cadangan merupakan cara terbaik untuk melindungi Anda.

Mohon dicatat single parent, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan, dan berapa biaya yang dibutuhkan atas kejadian tersebut. Untuk itulah, pos dana darurat perlu dibuat.

Sekalipun berat, mari mencoba membuat dana darurat yang bisa menutup biaya hidup selama enam bulan. Financial planner yang lain menganjurkann alokasi kurang dari 10 persen dari total pendapatan sebagai dana darurat.

Usahakan untuk terus mengalokasikan dana darurat dengan jumlah minimal 6-12 lebih besar dari total pendapatan Anda, tergantung dari status dan jumlah orang yang harus dihidupi. Akan sangat baik jika dana itu ditempatkan di rekening terpisah.

6. Jangan Lupa Kesejahteraan Diri Sendiri

Tak bisa dipungkiri, pada kenyataannya beban finansial yang ditanggung single parent jauh lebih besar ketimbang saat masih memiliki pasangan. Namun, jangan lupa juga perlindungan finansial bagi diri sendiri. Seringkali single parent hanya fokus pada cara menghidupi tanggungannya hingga kadang-kadang lupa dengan investasi untuk menyejahterakan diri.

Anda juga mesti ingat suatu saat juga harus berhenti bekerja. Apakah karena tidak mampu lagi atau sudah masuk usia pensiun. Sebelum itu terjadi, pikirkan bagaimana hidup di masa tua nanti. Orangtua tunggal pun harus memikirkan diri ketika pensiun.

Usahakan untuk memiliki tabungan pensiun supaya bisa tetap bahagia untuk masa tua.

 

Pisahkan dana

7. Don’t take the egg in the one basket

Hal lain yang harus diperhatikan single parent, jangan hanya bergantung kepada satu sumber pendapatan. Jika terjadi sesuatu yang tak diinginkan, single parent tetap bisa bernapas berkat sumber pendapatan lainnya.

Tidak ada salahnya untuk mencari dan menemukan sebuah pekerjaan sampingan yang dapat menambah penghasilan Anda, terutama jika Anda memiliki sejumlah kebutuhan yang tidak terpenuhi dengan hanya mengandalkan penghasilan dari pekerjaan yang ada saat ini.

8. Belajar Berinvestasi

Lakukan investasi di dalam keuangan, agar keluarga memiliki jaminan masa depan di masa yang akan datang. Tidak harus dalam jumlah besar saja, Anda juga bisa melakukan investasi dalam jumlah yang kecil terlebih dahulu, tentunya yang sesuai dengan kondisi keuangan Anda saat ini.

Namun, Anda harus tetap berhati-hati dalam memilih instrumen investasi. Berinvestasilah dalam berbagai instrumen yang jelas dan memiliki risiko yang rendah, agar uang tidak hilang dan menguap dengan percuma.

9. Persiapkan Waris

Saat ini, Anda merupakan satu-satunya orangtua, sehingga jika sampai terjadi sesuatu dengan Anda, Anda dapat mengatur mengenai waris atau kekayaan untuk anak. Terlebih lagi bila Anda memiliki anak yang masih di bawah 17 tahun.

Oleh sebab itu, diskusikan dengan notaris dan perencana keuangan untuk mengamankan waris dan distribusikan harta ke anak.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya