Ada Embung, Produksi Beras NTT Bakal Meningkat

Melalui proyek strategis nasional, pemerintah membangun banyak embung di NTT, salah satunya embung Saina.‎

oleh Septian Deny diperbarui 09 Jan 2018, 15:10 WIB
Diterbitkan 09 Jan 2018, 15:10 WIB
Kementerian PUPR bangun 830 embung dalam 3 tahun. (Foto: Kementerian PUPR)
Kementerian PUPR bangun 830 embung dalam 3 tahun. (Foto: Kementerian PUPR)

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah berupaya mempercepat pembangunan dan pemerataan di sejumlah wilayah bagian timur Indonesia, salah satunya di Nusa Tenggara Timur (NTT). Salah satunya melalui pembangunan embung di provinsi tersebut.

Dalam rapat terbatas pada Februari 2017 disebutkan, 30 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) NTT berasal dari sektor pertanian dan perikanan. Hal itu menunjukkan jika kedua sektor tersebut merupakan kunci kesejahteraan masyarakat NTT.

Oleh karenanya, melalui proyek strategis nasional, pemerintah membangun banyak embung di NTT, salah satunya embung Saina.‎ "Pemerintah telah membangun 74 embung di Kabupaten Rote Ndao," ujar Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat meresmikan embung Saina, Rote Ndao, NTT, Selasa (9/1/2018).

Masyarakat NTT juga menyambut positif pembangunan banyak embung ini. Kini, di sekitar embung yang dibangun, banyak terhampar lahan-lahan pertanian baru yang dapat meningkatkan produktivitas pertanian masyarakat setempat.

"Kita melihat tadi di sekitar embung ini masyarakat menyambut dengan membuat sawah-sawah baru kemudian menanam jagung, di bawah tadi saya lihat padi-padi sudah mulai ditanam. Saya kira apa yang kita bangun ini disambut masyarakat dengan hal-hal yang produktif," kata dia.

Produktivitas inilah yang nantinya diharapkan dapat ikut meningkatkan produksi beras dari NTT. "Tadi Pak Bupati menyampaikan di sini sudah surplus, sudah diambil Bulog. Ini yang kita harapkan, produksi beras di Kabupaten Rote Ndao yang terus meningkat," lanjut dia.

Kepala Negara juga menyatakan kunci peningkatan kesejahteraan masyarakat NTT yaitu adanya pasokan air yang cukup. Untuk itulah pemerintah terus membangun embung-embung di NTT untuk menjaga pasokan air.

"Kalau air ada, urusan pertanian, kebun, dan keperluan air baku akan terselesaikan. Dengan 74 embung yang sudah ada ini kita harapkan produktivitas pertanian dan kebun akan meningkat," ungkap dia.

Sebagai informasi, hingga saat ini pemerintah telah membangun sebanyak 1.100 embung di seluruh wilayah NTT. Bersamaan dengan pembangunan 74 embung yang dikhususkan di Kabupaten Rote Ndao, turut dibangun pula 24 embung lainnya di kawasan lain di NTT.

Adapun embung Saina yang berlokasi di Desa Oelolot, Kecamatan Rote Barat, Kabupaten Rote Ndao memiliki kapasitas tampung seluas 102.709 meter kubik. Embung tersebut diharapkan dapat melayani kebutuhan air baku dan peternakan bagi sekira 225 warga sekitar.

 

Kementerian PUPR Bangun 830 Embung dalam 3 Tahun

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan merampungkan 111 embung pada tahun ini. Dengan 719 embung yang sudah dibangun (tahun 2015-2016), maka total embung yang dibangun sebanyak 830 embung dalam tiga tahun.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, pembangunan embung untuk mendukung ketahanan air dan kedaulatan pangan. "Ada embung berukuran besar dan embung kecil yang akan kita selesaikan tahun ini," kata dia dalam keterangan tertulis, beberapa waktu lalu.

Embung merupakan bangunan konservasi air berbentuk kolam untuk menampung air hujan dan air limpahan atau rembesan saat musim hujan. Sehingga, air dapat dimanfaatkan saat musim kemarau. Volume embung maksimal 500 ribu meter kubik dengan kedalaman kurang dari 15 meter.

Kementerian PUPR melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas tengah membangun dua embung baru dan merehabilitasi satu embung.

Kepala BBWS Brantas Fauzi Idris mengungkapkan, dua embung yang berada pada tahap pembangunan yakni Embung Kalipang di Desa Kalipang Kecamatan Grogol dan Embung Ngrayut di Desa Rembang Kepuh Kecamatan Ngadiluwih.

"Untuk Embung Ngrayut saat ini progresnya sudah 70,7 persen dan ditargetkan selesai pada Juni 2017," kata Fauzi.

Pembangunan Embung Ngrayut telah dimulai sejak awal 2017 dengan total anggaran Rp 1,9 miliar. Embung tersebut dibangun sebagai upaya konservasi sumber daya air dengan luas tampungan sebesar 1.965 m2 dan volume kapasitas tampungan 4.028 m3. Embung Ngrayut difungsikan untuk pemenuhan kebutuhan air irigasi, perikanan, serta menjadi salah satu pilihan destinasi wisata lokal.

Pembangunan Embung Kalipang juga dimulai awal 2017 dengan anggaran sebesar Rp 7 miliar. Embung ini masuk tahap konstruksi dengan progres 8,7 persen. Embung Kalipang memiliki kapasitas tampungan total mencapai 14.258 m3.

Selain membangun dua embung baru, BBWS Brantas juga tengah merehabilitasi Embung Joho di Desa Joho, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri. Rehabilitasi bertujuan untuk memperbaiki bangunan embung dari kerusakan. Embung Joho sendiri selama ini berfungsi sebagai konservasi sumber daya air dengan kapasitas tampungan total sebesar 29.300 m3 dan untuk kebutuhan irigasi seluas 614 hektar. Total anggaran untuk rehabilitasi Embung Joho sebesar Rp 2,1 miliar dengan progres konstruksi saat ini 38,46 persen. (Amd/Gdn)

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya