Awal Bangun Kilang Bontang, Pertamina Genggam 10 Persen Saham

Pertamina menyatakan, tahap awal yang dilakukan berupa kajian pembangunan kilang usai calon mitra terpilih.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 30 Jan 2018, 18:30 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2018, 18:30 WIB
Penjelasan Pertamina Terkait Proyek Pembangunan Kilang Bontang
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Ardhy N Mokobombang (tengah) dan Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko Gigih Prakoso (kanan) saat memberikan keterangan di Gedung Pertamina, Jakarta, Selasa (30/1). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) memilih calon mitra pembangunan kilang Bontang‎, Kalimantan Timur yaitu, perusahaan minyak asal Oman, Overseas Oil and Gas LLC (OOG) dengan menggandeng perusahaan trading asal Jepang Cosmo Oil International Pte Ltd (COI).

Direktur Mega Proyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Ardhy N Mokobombang mengatakan, setelah calon mitra terpilih, tahap awal yang dilakukan berupa kajian pembangunan kilang. Pertamina hanya berpartisipasi 10 persen dalam proyek tersebut tanpa mengeluarkan biaya.

"Untuk share, dalam tahap awal persiapan sampai study bahkan mungkin kajian-kajian ini.  Kami berpartisipasi hanya 10 persen," kata Ardhy, di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Selasa (30/1/2018).

Ardhy melanjutkan, setelah dilakukan kajian kemudian dilanjutkan proses akhir investasi (Final Investment Decision/FID). Dalam proses tersebut‎ Pertamina akan memutuskan untuk meningkatkan porsi pembangunan atau tetap dengan angka awal.

"Setelah FID coba kami review kembali apakah menambah share apa enggak, kami sebelum FID adalah 10 persen. 10 persen ini kami dapatkan secara cuma-cuma," tutur dia.

Direktur Perencenanaan Investasi dan Manajemen Risiko Pertamina Gigih Prakoso mengungkapkan, meski hanya memiliki porsi 10 persen dalam kajian Kilang Bontang, Pertamina tetap memegang kendali atas proyek tersebut. Lantaran Pertamina memiliki komitmen untuk menyerap hasil produk kilang.

‎"Dengan 10 persen bukan berarti kami enggak bisa mengendalikan, tetapi secara company secara umum kami enggak punya suara. Akan tetapi ini bisa desain kami punya komitmen mengambil produk untuk ketahanan nasional," tutur Gigih.

Gigih menjelaskan, Pertamina mengambil porsi hanya 10 persen dalam kajian ‎pembangunan Kilang Bontang karena ingin memberikan keleluasaan calon mitra dalam melakukan kajian, serta menyusun rencana pembangunan kilang.

"Bukan berarti kami enggak punya funding. Komitmen Pertamina pada proyek ini cukup besar, walau 10 persen ini penting karena mendukung ketahanan nasional," tutur Gigih.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Perusahaan Konsorsium Oman dan Jepang Bakal Bangun Kilang Bontang

Penjelasan Pertamina Terkait Proyek Pembangunan Kilang Bontang
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Ardhy N Mokobombang (tengah) saat memberikan keterangan, Jakarta, Selasa (30/1). Nilai proyek pembangunan ini diperkirakan akan mencapai USD10 miliar atau sekitar Rp130 triliun. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) menetapkan perusahaan minyak asal Oman yakni Overseas Oil and Gas LLC (OOG) dengan menggandeng perusahaan trading asal Jepang Cosmo Oil International Pte Ltd (COI) sebagai mitra untuk pembangunan kilang Bontang.

Diretur Mega Proyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Ardhy N Mokobombang mengatakan,‎ pembangunan kilang Bontang merupakan salah satu program pemerintah, untuk membangun kilang baru atau Grass Root Refinery (GRR) yang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan ketahanan dan kemandirian energi Indonesia. Nilai proyek pembangunan kilang diperkirakan mencapai US$ 10 miliar atau sekitar Rp 130 triliun.

Ardhy mengungkapkan, sebelum menetapkan konsorsium terebut, Pertamina melakukan seleksi calon mitra untuk proyek GRR Bontang. ‎Proses pemilihan ini dilaksanakan berdasarkan skema penugasan pemerintah melalui Keputusan Menteri ESDM 7935 K/10/MEM/2016 tanggal 9 Desember 2016.

"Proses seleksi dijalankan sejak Januari 2017 yang pada awalnya diikuti oleh sekitar 100 perusahaan pendaftar. Selanjutnya, setelah tahapan seleksi awal, project expose, hingga tahap Request for Information dan Workshop diperoleh 8 calon mitra potensial," kata Ardhy, di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Selasa (30/1/2018).

Selanjutnya, Pertamina menyampaikan persyaratan terkait dengan perubahan struktur bisnis GRR Bontang kepada mitra potensial tersebut, yakni dari sisi keuangan Pertamina tidak ikut mendanai proyek dan Pertamina mendapatkan lebih dari 10 persen saham dari proyek tanpa mengeluarkan biaya.

Selain itu, Pertamina juga menyampaikan perubahan struktur bisnis terkait dengan deposit dana yang dilakukan oleh mitra. Pasokan minyak mentah dengan Pertamina berhak memasok sampai 20 persen dari minyak mentah GRR Bontang. Product Offtake dengan Pertamina tidak memberikan jaminan offtake serta Pertamina bersedia bekerjasama untuk joint marketing.

Dari proses tersebut, ada dua calon mitra potensial yang menyampaikan kesanggupannya. Akhirnya Pertamina memilih OOG sebagai mitra strategis, dengan beberapa pertimbangan antara lain OOG mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah Oman untuk pendanaan proyek kilang Bontang dan penyediaan pasokan minyak‎ mentah, serta memiliki kemitraan strategis dengan COI dalam hal dukungan teknis dan pemasaran produk.

"Tahapan selanjutnya, Pertamina dan mitra terpilih akan menandatangani Frame Work Agreement yang dilanjutkan dengan Feasibility Study (FS) yang akan diselesaikan pada pertengahan 2019, dan dilanjutkan dengan penyusunan engineering package (FEED) hingga akhir 2020. Ditargetkan kilang Bontang beroperasi pada 2025," jelas dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya