Liputan6.com, Jakarta - Perkembangan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada triwulan IV 2017 relatif terkendali. Utang luar negeri Indonesia pada akhir triwulan IV 2017 tercatat US$ 352,2 miliar atau tumbuh 10,1 persen jika dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
"Perkembangan utang luar negeri ini terjadi baik di sektor publik maupun swasta, sejalan dengan kebutuhan pembiayaan untuk pembangunan infrastruktur dan kegiatan produktif lainnya," tulis laporan Bank Indonesia, Senin (19/2/2018).
Berdasarkan jangka waktu, struktur utang luar negeri Indonesia pada akhir triwulan IV 2017 terbilang aman. Utang luar negeri tetap didominasi berjangka panjang yang memiliki pangsa 86,1 persen dari total utang luar negeri dan pada akhir triwulan IV 2017 tumbuh 8,5 persen (yoy).
Advertisement
Baca Juga
Sementara itu, utang luar negeri berjangka pendek tumbuh 20,7 persen (yoy).
Menurut sektor ekonomi, posisi utang luar negeri swasta pada akhir triwulan IV 2017 terutama dimiliki oleh sektor keuangan, industri pengolahan, listrik, gas, dan air bersih (LGA), serta pertambangan.
Pangsa ULN keempat sektor tersebut terhadap total utang luar negeri swasta mencapai 76,9 persen, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pangsa pada triwulan sebelumnya sebesar 77 persen.
Pertumbuhan utang luar negeri pada sektor keuangan, sektor industri pengolahan, dan sektor LGA meningkat dibandingkan dengan triwulan III 2017. Di sisi lain, ULN sektor pertambangan mengalami kontraksi pertumbuhan.
Â
Masih Terkendali
Bank Indonesia memandang perkembangan ULN pada triwulan IV 2017 masih terkendali. Rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir triwulan IV 2017 tercatat stabil di kisaran 34 persen.
Selain itu, rasio utang jangka pendek terhadap total ULN juga relatif stabil di kisaran 13 persen. Kedua rasio ULN tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan beberapa negara peers.
"Bank Indonesia terus memantau perkembangan ULN dari waktu ke waktu untuk meyakinkan bahwa ULN dapat berperan secara optimal dalam mendukung pembiayaan pembangunan tanpa menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas makroekonomi," tutup laporan tersebut.Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement