Liputan6.com, Jakarta - Salah satu persoalan dunia kerja di Indonesia saat ini adalah ketidakcocokan atau miss match yang masih tinggi antara lulusan perguruan tinggi dan kebutuhan dunia kerja.
Untuk menyelesaikan masalah tersebut, Kementerian Ketenagakerjaan meminta kepada perguruan tinggi (PT) untuk menyusun kurikulum sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.
Advertisement
Baca Juga
Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Hanif Dhakiri menjelaskan, sebagian besar sarjana atau lulusan perguruan tinggi masih belum mendapatkan kerja karena ilmu yang didapat tidak bisa diterapkan di dunia kerja.
"Sebanyak 63 persen lulusan perguruan tinggi tidak match dengan kebutuhan dunia kerja. Sistem pendidikan di perguruan tinggi harus berorientasi dengan kebutuhan dunia kerja. Perguruan tinggi harus bisa menjawab tantangan ini," ungkap Hanif seperti dikutip dari Merdeka.com, Senin (5/3/2018).Â
Â
MoU
Hanif pun meminta kepada perguruan tinggi menjalin kerja sama dengan dunia kerja. Ia pun mengapresiasi Memorandum of Understanding (MoU) antara Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) dengan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) HM Lukman Edy di Pekanbaru, Riau, tentang Pelatihan Sertifikasi Profesi belum lama ini.
MoU tersebut dilakukan oleh Direktur Jenderal (Dirjen)Â Pembinaan, Pelatihan, dan Produktivitas (Binalattas) Kemnaker Bambang Satrio Lelono, dan Ketua STAI, HM Syahrial.
"Saya menyambut baik MoU antara Binalattas Kemnaker dan STAI. Dengan MoU ini mahasiswa STAI ketika lulus selain memiliki Ijazah juga akan memiliki sertifikat profesi yang diakui dunia kerja dan mnemilki kompetensi tinggi," kata Hanif.
Reporter : Haris Kurniawan
Sumber : Merdeka.com
Advertisement