Liputan6.com, Jakarta - PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) mencatatkan efek beragun aset berbentuk surat partisipasi (EBA-SP) senilai Rp 2 triliun di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat (9/3/2018).
Direktur Utama SMF, Ananta Wiyogo menyatakan, pencatatan EBA-SP ini merupakan kerja sama dengan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN). Dia optimistis, instrumen EBA-SP dapat mendukung pengembangan basis investor domestik.
"Investor cukup confident akan efek ini, karena efek ini penerbitanya adalah SMF yang merupakan BUMN yang 100 persen dimiliki oleh pemerintah dengan peringkat idAAA dari Pefindo baik secara korporasi maupun surat utangnya," tutur dia.
Advertisement
Baca Juga
Sementara itu, Direktur Utama BTN Maryono mengatakan, sekuritisasi KPR melalui skema EBA-SP ini adalah keempat bagi bank BTN dan juga produk EBA-SP digemari para investor karena agunan asset KPR yang nilainya terus naik.
Maryono menjelaskan, ini merupakan komitmen BTN dalam memelopori pengembangan pasar modal dan produk EBA.
"Dengan transaksi sekuritisasi ini, akan memberi peluang besar bagi Bank BTN dalam mendukung pembiayaan perumahan bagi masyarakat menengah ke bawah dan juga mendukung program satu juta rumah sebagai program pemerintah saat ini," imbuh dia.
EBA-SP SMF dan BTN masing-masing dibagi dalam tiga seri. Seri A1 senilai Rp 700 miliar, seri A2 senilai Rp 1,124 triliun dan EBA seri B senilai Rp 176 miliar dengan suku bunga untuk seri A1 7,00 persen, dan juga seri A2 7,50 persen. EBA-SP ini berkode EBA-SP SMF-BTN04 dan telah mendapat peringkat idAAA dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Perfindo).
SMF Fokus Garap Pasar Indonesia Timur
Sebelumnya, PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF mengaku akan fokus meningkatkan pembiayaan KPR untuk wilayah timur Indonesia dalam kinerjanya di 2018. Selama ini, sebagian besar debitur SMF berada di wilayah barat.
Direktur Utara SMF Ananta Wiyogo menjelaskan, kinerja SMF sepanjang 2018 mampu menyalurkan pembiayaan KPR dengan total 846 ribu debitur, di mana terdiri dari 76 persen pinjaman dan 24 persen sekuritisasi.
"Total debitur tersebut 87 persen masih berasal dari wilayah Indonesia barat, untuk yang wilayah tengah dan timur 12 persen. Jadi kita akan coba perkuat dan fokus ke tengah dan timur," kata dia di kantornya, Jumat 2 Maret 2018. Peningkatan pembiayaan di wilayah tengah dan timur Indonesia ini dalam rangka mendukung pemerataan ekonomi seperti yang diprogramkan pemerintah selama ini.
Adapun strategi pembiayaan perumahan supaya lebih kuat di wilayah tengah dan timur Indonesia ini salah satunya adalah menggandeng Bank Pembangunan Daerah (BPD). SMF saat ini sudah ada beberapa kerja sama dengan BPD, hanya saja ini akan lebih ditingkatkan.
BPD dianggapnya memiliki satu data dan penguasaan wiayah yang cukup baik. Dengan demikian, akan memudahkan rencana SMF dalam memperluas pasar di wilayah Indonesia timur.
"Yang akan banyak kita salurkan KPR untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), di mana nanti BPD yang sediakan perangkatnya kalau butuh pelatihan dananya kita sediakan," ucap dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement