Perdagangan Global hingga Konsumsi Swasta Jadi Risiko Ekonomi RI

Bank Dunia prediksi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) riil Indonesia mencapai 5,3 persen pada 2018.

oleh Bawono Yadika diperbarui 27 Mar 2018, 20:36 WIB
Diterbitkan 27 Mar 2018, 20:36 WIB
20160109-Pertumbuham-ekonomi-2016-Jakarta-AY
Terlihat latar belakang gedung dan bangunan kota Jakarta, Sabtu (9/1/2016). Pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2016 diprediksi akan berada di angka 5%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Dunia prediksi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) riil Indonesia mencapai 5,3 persen pada 2018. Pertumbuhan ekonomi Indonesia di bawah target pemerintah Indonesia dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 sebesar 5,4 persen.

"Proyeksi Indonesia PDB di 2018 yakni 5,3 persen. Hal ini penting diketahui mengingat prediksi ini dekat dengan estimasi dari potensi PDB pemerintah yang ada," tutur Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste, Rodrigo Chaves, di Soehane Hall, Jakarta (27/3/2018).

Rodrigo menjelaskan, ada beberapa risiko perlu diwaspadai yang dapat jadi penghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia. Risiko itu dari harga komoditas, konsumsi sektor swasta lamban, dan kondisi perdagangan global.

"Perdagangan global yang lebih lambat dan juga melambatnya pertumbuhan konsumsi sektor swasta yang terjadi di tingkat domestik. Kondisi harga komoditas juga diperkirakan menjadi penghambat tahun ini," ujar dia.

 

Selanjutnya

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2017  Optimis Capai 5,3 Persen
Pemandangan gedung pencakar langit terlihat dari kawasan Sudirman, Jakarta, Sabtu (14/1). Serta proyeksi lembaga-lembaga perekonomian dunia terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Sementara itu, Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Indonesia, Frederico Gil Sander mengatakan selama 15 tahun terakhir, kebijakan fiskal Indonesia hanya fokus pada stabilitas makroekonomi saja.

Dia menyarankan Indonesia lebih fokus memperhatikan 60 persen keluarga menengah bawah pada 2018. Hal ini guna mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan dan inklusif.

"Untuk mendukung pertumbuhan yang inklusif, Indonesia perlu melakukan belanja lebih efektif untuk pendidikan, membelanjakan lebih banyak di bidang prioritas seperti infrastruktur, kesehatan, dan juga bantual sosial," kata dia.

Dalam laporannya, Bank Dunia memperkirakan pengeluaran pada pemilihan umum (pemilu) dan harga komoditas yang lebih baik akan memberikan dorongan pada perekonomian Indonesia. Hal ini juga memicu peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga dalam kurun waktu dua tahun ke depan.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya