Liputan6.com, Jakarta - Lailatul Qadar merupakan malam yang agung dalam Islam. Dalam hadis nabi, Rasulullah SAW mengisyaratkan bahwa malam lebih baik dari seribu bulan itu ada di antara sepuluh malam terakhir Ramadhan, lebih khususnya pada malam-malam ganjil.
Rasulullah SAW pun menganjurkan umatnya meraih Lailatul Qadar, mengingat banyak keutamaan yang akan diraih oleh muslim jika mendapatkan malam kemuliaan tersebut.
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
Artinya, “Carilah Lailatul Qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” (H.R. Bukhari)
Advertisement
Baca Juga
Pada 10 malam terakhir Ramadhan, masjid-masjid biasanya dipenuhi dengan orang yang i’tikaf. Iktikaf diartikan sebagai aktivitas berdiam diri di masjid dalam waktu tertentu untuk beribadah.
Sebenarnya, iktikaf bisa dilakukan selain bulan Ramadhan. Namun, karena pada sepertiga akhir Ramadhan terdapat malam Lailatul Qadar, maka banyak muslim yang memilih mengisi malam-malam penghujung bulan suci dengan beribadah di masjid.
Sebagai suatu ibadah, i’tikaf harus diawali dengan niat, sebagaimana ibadah lainnya. Berikut niat-niat i’tikaf agar aktivitas berdiam diri di masjid selama meraih Lailatul Qadar dapat bernilai pahala.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Niat I’tikaf
I’tikaf terdiri dari tiga macam, yakni i’tikaf mutlak, i’tikaf terikat waktu tanpa terus menerus, serta i’tikaf terikat waktu dan terus menerus. Niat i’tikaf disesuaikan dengan i’tikaf apa yang dilakukan.
I’tikaf mutlak walaupun lama waktunya cukuplah berniat sebagai berikut:
نَوَيْتُ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ للهِ تَعَالَى
Artinya, “Aku berniat i’tikaf di masjid ini karena Allah.”
Sedangkan i’tikaf yang terikat waktu, selama satu bulan misalnya, niatnya adalah sebagai berikut.
نَوَيْتُ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ يَوْمًا/لَيْلًا كَامِلًا/شَهْرًا لِلهِ تَعَالَى
Artinya, “Aku berniat i’tikaf di masjid ini selama satu hari/satu malam penuh/satu bulan karena Allah.”
نَوَيْتُ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ شَهْرًا مُتَتَابِعًا
Artinya, “Aku berniat i’tikaf di masjid ini selama satu bulan berturut-turut karena Allah.”
Sementara niat i’tikaf yang dinadzarkan adalah sebagai berikut.
نَوَيْتُ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ فَرْضًا للهِ تَعَالَى
Artinya, “Aku berniat i’tikaf di masjid ini fardhu karena Allah.”
نَوَيْتُ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ شَهْرًا مُتَتَابِعًا فَرْضًا للهِ تَعَالَى
Artinya, “Aku berniat i’tikaf di masjid ini selama satu bulan berturut-turut fardhu karena Allah.”
Dalam i’tikaf mutlak, jika seseorang keluar dari masjid tanpa maksud kembali, kemudian kembali, maka ia harus berniat lagi. Dan i’tikaf keduanya dianggap sebagai i’tikaf baru. Berbeda halnya jika ia berniat kembali, baik kembalinya ke masjid semula maupun ke masjid lain, maka niat sebelumnya tidak batal dan tidak perlu niat baru.
Advertisement
Amalan-Amalan saat I’tikaf
Mengutip situs Muhammadiyah.or.id, ada beberapa amalan (ibadah) yang dapat dilaksanakan oleh orang yang melaksanakan i’tikaf, yaitu;
1. Melaksanakan sholat sunah, seperti salat tahiyatul masjid, sholat lail, dan lain-lain
2. Membaca al-Qur’an dan tadarus al-Qur’an
3. Berdzikir dan berdo’a (bisa memperbanyak bacaan Allāhumma innaka afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu 'annī)
4. Membaca buku-buku agama
Wallahu’alam.
