Rupiah Terus Melemah, BI Siap Naikkan Suku Bunga

Bank Indonesia tidak menutup ruang bagi penyesuaian suku bunga kebijakan BI 7-day repo rate.

oleh Merdeka.com diperbarui 30 Apr 2018, 20:32 WIB
Diterbitkan 30 Apr 2018, 20:32 WIB
Persiapan Uang Tunai Bi
Petugas melakukan pengepakan lembaran uang rupiah di Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (21/12). Bank Indonesia (BI) mempersiapkan Rp 193,9 triliun untuk memenuhi permintaan uang masyarakat jelang periode Natal dan Tahun Baru. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) akan terus menjaga stabilitas sistem keuangan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah menaikkan suku bunga acuan pada saat nilai tukar rupiah terus mengalami tekanan. 

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, tugas dari Bank Indonesia adalah menjaga stabilitas perekonomian dan angka inflasi yang rendah dan stabil. Termasuk mengantisipasi tekanan terhadap nilai tukar rupiah.

Karena itu, dia mengatakan BI tidak akan segan-segan melakukan penyesuaian suku bunga acuan atau BI 7-day repo rate, jika tekanan terhadap nilai tukar rupiah berindikasi mengganggu stabilitas perekonomian.

"Bank Indonesia akan terus apabila tekanan terhadap nilai tukar terus berlanjut serta berpotensi mengganggu stabilitas perekonomian, Bank Indonesia tidak menutup ruang bagi penyesuaian suku bunga kebijakan BI 7-day repo rate," ungkapnya usai Rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan, di Bank Indonesia, Jakarta, Senin (30/4/2018).

"Jadi yang mau saya katakan, kita belum tentu akan naikan (7-day repo rate). Apabila perlu kita tidak akan ragu. Untuk jaga stabilitas sistem keuangan dan inflasi yang kita targetkan sesuai dengan targetnya," jelasnya.

Meskipun demikian, Agus menegaskan bahwa kebijakan tersebut akan dilakukan secara hati-hati dengan mempertimbangkan situasi terkini.

"Akan kita bahas secara baik dan tergantung dari datanya. Kita masih akan mengkaji dan tergantung dengan data. Kalau kita mau naikkan itu bentuknya bauran kebijakan," ujarnya.

Selain itu, untuk menjaga stabilitas sistem keuangan, BI akan berada di pasar untuk memastikan tersedianya likuidasi dalam jumlah yang memadai baik valas maupun rupiah serta berkoordinasi dengan lembaga terkait untuk mendorong lindung nilai.

"Juga memantau perkembangan perekonomian global dan dampaknya pada perekonomian domestik. Serta memperkuat second line of defence bersama institusi terkait," tandas dia.

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

Rupiah Hari Ini

Persiapan Uang Tunai Bi
Petugas mengecek lembaran uang rupiah di Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (21/12). Guna memenuhi kebutuhan uang tunai selama perayaan Natal dan Tahun Baru 2018, Bank Indonesia (BI) menyiapkan uang kartal sebanyak Rp 193,9 triliun. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada awal pekan ini. Dolar AS memang sedikit melemah di kawasan Asia setelah mengalami penguatan yang cukup besar pada minggu lalu.

Mengutip Bloomberg, Senin (30/4/2018), rupiah dibuka di angka 13.874 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.893 per dolar AS.

Dari pagi hingga sore hari, rupiah bergerak di kisaran 13.870 per dolar AS hingga 13.900 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 2,34 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.877 per dolar AS, menguat tipis jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 13.879 per dolar AS.

Dolar AS memang sedikit tertekan di kawasan Asia pada awal pekan ini setelah pada pekan lalu terus mengalami penguatan.

Pada pekan lalu, indeks dolar yang merupakan indeks yang mengukur nilai tukar dolar AS terhadap sekeranjang mata uang yang lain, naik lebih dari 1,3 persen. Kenaikan tersebut terbesar dalam lebih dari dua bulan.

Kenaikan tersebut karena melonjaknya imbal hasil surat utang pemerintah AS ke level 3 persen. "Dolar AS sebenarnya masih ada tenaga untuk terus menguat tetapi sepertinya agak tertahan saat ini," jelas analis Sumitomo Mitsui Banking Corporation, Singapura, Satoshi Okagawa.  

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya