Wika Dipercaya Bangun Jalan Tol Melayang di Filipina

Jalan tol layang ini menelan biaya konstruksi sebesar 43,754 miliar Peso atau setara dengan Rp 11,578 triliun.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 30 Mei 2018, 10:49 WIB
Diterbitkan 30 Mei 2018, 10:49 WIB
WIKA
(Foto: Wika.co.id)

Liputan6.com, Jakarta PT Wijaya Karya (Persero) Tbk kembali meningkatkan perannya di pasar global. Kali ini, Wika berekspansi ke pasar Filipina.

Di Filipina, Wika dipercaya membangun jalan tol elevated yang bernama Proyek Manila – Taguig Express Way (MTEx) yang bekerjasama dengan Citra Consortium yang terdiri dari PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk, PT Citra Persada Infrastruktur, dan CLGP Philipine Holding Inc.

Proyek Manila Taguig Expressway (MTEX) akan dibangun dengan konstruksi melayang 18,18 kilometer di sepanjang tepian Sungai Pasig.

Jalan tol layang ini menelan biaya konstruksi sebesar 43,754 miliar Peso atau setara dengan Rp 11,578 triliun (kurs US$ 1 = Rp 14.000).

MTEx ini kelak akan menghubungkan antara Metro Manila Skyway Stage 3 dan Metro Manila Expressway ke jantung kota Pasig, Makati dan Manila.

Direktur Utama Perseroan, Tumiyana menyampaikan bahwadengan disepakatinya kesepahaman antara WIKA dan Citra Konsorsium, diyakini akan semakin memperkuat portofolio WIKA di pasar luar negeri.

“Kami menyambut baik penandatanganan nota kesepahaman bersama ini untuk memperkuat eksistensi WIKA di Filipina” jelas Tumiyana dalam keterangannya, Rabu (30/5/2018).

Selain rencana Proyek Manila – Taguig Expressway, WIKA juga telah memulai rekonstruksi Clarin Bridge di Bohol, Filipina. Clarin Bridge termasuk dalam Bohol Circumferential Road yang runtuh akibat gempa bumi 7,2 skala richter di Filipina pada tahun 2013.

Dalam pengerjaan proyek tersebut, WIKA dan perusahaan lokal Filipina VT Lao Construction dipercaya untuk melakukan rekonstruksi Clarin Bridge dengan nilai kontrak 445,8 juta Peso Filipina.

Jembatan sepanjang 104 meter ini ditargetkan akan selesai pada Oktober 2019 dan diharapkan akan mempermudah akses menuju daerah pariwisata serta mempercepat arus mobilisasi barang dan jasa di Provinsi Bohol.

Perolehan kontrak jalan tol elevated dan jembatan di Filipina semakin menjejak langkah ekspansi WIKA di negara-negara Asia Tenggara.

Sebelumnya, WIKA telah berkiprah pada pelaksaaan proyek-proyek strategis di negara-negara kawasan ASEAN dalam 2 tahun terakhir, antara lain Limbang Cable Stay Bridge, Malaysia (2018), Maubin Pyapon Road Rehabilitation Project, Myanmar (2017).

WIKA juga cukup ekpasnsif dalam pengeerjaan beberapa proyek di Timor Leste, yangt terdiri dari Construction of New Steel Bridge 100 m, Soibada (2017), Road Rehabilitation JCT A09 Package 1 Municipio de Manatutu (2017), dan Construction of Natar Bora Road Package 1 & 2 (2017).

Laba Wika Turun 30,14 Persen pada Kuartal I 2018

Ilustrasi laporan laba rugi.
Ilustrasi laporan laba rugi.

PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (Wika) mencatatkan penjualan yang cukup tinggi pada kuartal I 2018. Namun, tingginya angka penjualan tak mampu mendorong laba perseroan. 

Direktur Keuangan Wika, ANS Kosasih, mengatakan bahwa Wika berhasil mencatatkan penjualan Rp 6,26 triliun untuk periode kuartal I 2018. Torehan tersebut mampu berkontribusi pada laba bersih perseroan yang mencapai Rp 171,22 miliar.

Meskipun laba yang dihasilkan cukup tinggi, angka tersebut turun 30,14 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat Rp 245,07 miliar.

Kosasih menjelaskan, ada beberapa alasan yang membuat laba perseroan mengalami tekanan dalam periode ini. Salah satunya adalah investasi perseroan di jalan tol dan kawasan Transit Oriented Development (TOD) atau properti yang terhubung dengan infrastruktur transportasi publik.

"Ada beberapa investasi Wika di beberapa jalan tol dan infrastruktur transportasi publik lainnya serta di beberapa kawasan TOD yang membuat margin WIKA seakan turun," jelas dia seperti dikutip dari keterangan tertulis, Rabu (2/5/2018). 

"Selain itu, ada pula investasi jalan tol yang sudah selesai seperti jalan tol Soreang - Pasir Koja yang sudah diresmikan Presiden yang saat ini telah dioperasikan oleh WIKA dan tentunya belum melampaui payback period," kata dia.

Kosasih melanjutkan, penurunan laba tersebut tidak berdampak kepada kesehatan keuangan perseroan. Bahkan, ia cukup yakin pada 2018 ini Wika bisa melampaui banyak rekor kinerja yang telah dicapai sebelumnya.

Kas dan setara kas yang dimiliki perseroan mencapai Rp 10,25 triliun atau naik 28,10 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Total utang berbunga (interest bearing debt) WIKA tercatat Rp 12,25 triliun dan ekuitas sebesar Rp 14,73 triliun.

Hal ini menunjukkan rasio utang berbunga terhadap ekuitas dan net gearing ratio masing-masing hanya sebesar 0,83 kali dan 0,14 kali.

"Hal ini menunjukkan bahwa posisi keuangan WIKA saat ini masih sangat sehat dan kuat," tegas Kosasih.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya