Liputan6.com, Jakarta - Indonesia berpotensi besar menjadi negara eksportir hewan ternak. Namun masih ada sejumlah hal yang menjadi pekerjaan rumah (PR) yang harus diselesaikan, salah satunya soal kesehatan hewan ternak.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan), I Ketut Diarmita mengatakan, di era globalisasi seperti saat ini, ekonomi di dunia akan menjadi lebih terbuka. Produk-produk Indonesia juga akan lebih terintegrasi di pasar dunia, termasuk produk yang dihasilkan di sektor peternakan.
"Indonesia bertekad untuk menjadi bagian dari dunia dalam pemenuhan pangan asal hewan, sehingga pemerintah terus berupaya untuk mendorong ekspor," ujar dia di Jakarta Convention Center, Jakarta, Rabu (4/7/2018).
Advertisement
Baca Juga
Namun saat ini masalah kesehatan hewan dan keamanan produk hewan menjadi isu penting dalam perdagangan internasional dan seringkali menjadi hambatan dalam menembus pasar global.
Oleh sebab itu, lanjut dia, untuk memanfaatkan peluang ekspor, perlu adanya dukungan dari seluruh stakeholder terkait, terutama dalam penerapan standar-standar internasional mulai dari hulu ke hilir untuk peningkatan nilai tambah dan daya saing.
"Status kesehatan hewan menjadi kunci utama untuk membuka peluang ekspor ke negara lain. Kami melalui berbagai kesempatan internasional maupun regional, Indonesia secara konsisten memberikan informasi terkait jaminan kesehatan hewan dan keamanan pangan untuk produk yang akan di ekspor guna menembus dan memperlancar hambatan atau barier lalu lintas perdagangan," ujar dia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pencapaian nilai ekspor komoditas sub sektor peternakan pada 2017 meningkat sebesar 14,85 persen dibandingkan 2016.
Nilai ekspor USD 623,9 juta atau setara dengan Rp 8,5 triliun yang telah diraih pada 2017 diharapkan mampu bertambah secara signifikan baik dari nilai maupun volume ekspor.
Pada 2017, kontribusi volume ekspor sub sektor peternakan terbesar pada kelompok hasil ternak sebesar 64,07 persen, dengan negara tujuan ekspor terbanyak adalah Hongkong sebesar 23,10 persen dan China sebesar 21,96 persen. Saat ini produk peternakan Indonesia juga sudah mampu menembus lebih dari 110 negara.
RI Jajaki Perluas Ekspor Produk Peternakan ke Timur Tengah dan Asia
Sebelumnya, Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan, kebijakan Kementerian Pertanian (Kementan) untuk mewujudkan Indonesia menjadi lumbung pangan di dunia pada 2045 sedikit demi sedikit telah dapat dibuktikan. Hal tersebut terbukti dengan capaian ekspor sub sektor peternakan di Indonesia cukup fantastis.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pencapaian nilai ekspor komoditas sub sektor peternakan tahun 2017 meningkat sebesar 14,85 persen dibandingkan tahun 2016. Nilai ekspor USD 623,9 juta atau setara dengan Rp 8,5 triliun yang telah diraih pada 2017.
"Di 2017, ekspor USD 623,9 juta atau setara dengan Rp 8,5 triliun. Ke depan diharapkan mampu bertambah secara signifikan baik dari nilai maupun volume ekspor," ujar Amran saat memberi sambutan pada acara pembukaan Indo Livestock 2018 Expo dan Forum Tahun 2018 di Jakarta, Rabu 4 Juli 2018.
Pada 2017, kontribusi volume ekspor sub sektor peternakan terbesar pada kelompok hasil ternak sebesar 64,07 persen, dengan negara tujuan ekspor terbanyak adalah Hongkong (23,10 persen) dan China (21,96 persen). "Saat ini produk peternakan Indonesia sudah mampu menembus lebih dari 110 negara," ujar Amran.
Amran mengatakan, peluang perluasan pasar untuk komoditas peternakan di pasar global masih sangat terbuka luas. Ada permintaan dari negara di daerah Timur Tengah dan negara lain di kawasan Asia sangat berpotensi untuk dilakukan penjajakan.
"Keunggulan halal dari kita juga dapat menjadi daya tarik tersendiri untuk ekspor produk peternakan ke wilayah tersebut dan negara muslim lainnya," ujar dia.
Dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia kontribusi sub sektor peternakan sebesar 1,57 persen terhadap PDB Nasional Tahun 2017.
Untuk pembentukan PDB sektor pertanian pada 2017, sub sektor peternakan berkontribusi sebesar 15,87 persen. Pertumbuhan PDB subsektor peternakan juga menunjukkan tren positif. Pada 2017 tumbuh sebesar 3,83 persen.
Dari data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Badan Pusat Statistik (BPS) Agustus 2017, terdapat sekitar 3,84 juta tenaga kerja yang bekerja di subsektor peternakan.
Sub sektor peternakan berkontribusi menyerap 11,51 persen tenaga kerja sektor pertanian. Sementara terhadap total tenaga kerja nasional, sub sektor peternakan berkontribusi sebesar 3,17 persen.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement