Liputan6.com, Jakarta Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian merayakan hari ulang tahun (HUT) ke-52 tahun pada Minggu (22/7/2018) ini.
Pada momen ini, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengenang kembali sejarah terbentuknya kementerian yang mengurusi sektor perekonomian ini di Tanah Air.
Darmin menuturkan jika Kemenko Perekonomian terbentuk pada 1966 silam. "Menko pertama dibentuk setelah situasi 65, berarti 52 tahun. Sejak itu menko eksis. Tugas dan fungsinya lebih banyak mengkoordinasi ketimbang pekerjaan operasional," kata dia usai mengikuti jalan santai di kantornya.
Advertisement
Dia mengaku jika sebetulnya tugas Kemenko Perekonomian tidak banyak. Namun lebih kepada membuat dan merumuskan kebijakan serta mengkoordinasikannya dengan kementerian dan lembaga lain. "Kerjaan kita sebenarnya kebijakan dan koordinasi kebijakan di semua bidang," jelas dia.
Dia mencontohkan, hal yang terjadi di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang berada di bawah naungan Kemenko Kemaritiman. Namun bila ada satu kebijakan menyangkut perekonomian tetap harus berkoordinasi dengan Kemenko Perekonomian.
"Begitu juga Kementerian Perhubungan, pariwisata tapi sebaliknya juga untuk hal menyangkut kemaritiman atau sosial, ya itu di kemenko yang lain," kata dia.
Terakhir, Menko Darmin mengungkapkan harapannya di hari ulang tahun ke-52 tersebut.
"Harapan tentu saja bisa makin efektif, melakukan koordinasi situasi dunia juga sekarang sedang ngga bisa dibilang tenang, betul-betul sedang mulai bergolak," dia menandaskan.
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
Menko Darmin: Pelemahan Rupiah Sesuai Kondisi Ekonomi Global
Nilai tukar rupiah melemah hingga menyentuh level 14.500 per dolar AS pada perdagangan Jumat ini. Angka ini menyusul adanya pernyataan Gubernur Bank Sentral AS The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell yang mengindikasikan konsistensi menaikkan suku bunga acuan empat kali tahun ini.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, tebakan atas kenaikan suku bunga tersebut membuat pasar keuangan merespons langsung. Kemudian, berdampak pada penguatan USD dan berujung pada pelemahan rupiah
"Mereka melangkah mengambil kebijakan kan ada hubungannya dengan ucapan dari Gubernur The Fed mengenai dia akan push segera mengejar supaya tingkat bunga, inflasi di atas 2 persen. Orang membacanya dia mau naikin ini beneran," ujar Darmin di Kantornya, Jakarta, Jumat (20/7/2018).
Baca Juga
Darmin mengatakan, pergerakan nilai tukar ini masih bisa berubah sesuai dengan kondisi perekonomian global. Indonesia sendiri akan terus mencari upaya agar dalam menghentikan laju pelemahan rupiah dengan menyiapkan beberapa kebijakan.
"Gini, segala sesuatu itu masih bisa naik dulu atau turun lagi, itu masih bergerak begitu. Jadi jangan terlalu dianggap itu sudah keseimbangan baru," jelasnya.
"Jadi kita sendiri mengambil kebijakan. BI ngambil, pemerintah ngambil ya seperti penerapan biodiesel ini. Ini hubungannya dengan kebijakan-kebijakan semua itu loh," tandasnya.
Reporter: Anggun P. Situmorang
Sumber:Â Merdeka.com
Advertisement