Berkunjung ke Amerika Serikat, Menteri Rini Pamerkan Kemajuan Indonesia

Menteri BUMN Rini Soemarno menerangkan bahwa saat ini Indonesia merupakan negara dengan ekonomi terbesar ke-15 di dunia.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 24 Jul 2018, 20:59 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2018, 20:59 WIB
Menteri BUMN Rini Soemarno menghadiri Investment Forum yang diprakarsai Central for Strategic & International Studies (CSIS) di Washington DC, Amerika Serikat.(Dok Kementerian BUMN)
Menteri BUMN Rini Soemarno menghadiri Investment Forum yang diprakarsai Central for Strategic & International Studies (CSIS) di Washington DC, Amerika Serikat.(Dok Kementerian BUMN)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno membeberkan capaian kinerja Pemerintahan Presiden Joko Widodo selama 3 tahun terakhir (2014-2017) pada acara Investment Forum yang diprakarsai Central for Strategic & International Studies (CSIS) di Washington DC, Amerika Serikat.

Hadir mendampingi Rini, Deputi bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei dan Konsultan Gatot Trihargo, Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Fajar Harry Sampurno bersama sejumlah Direktur Utama BUMN.

Menteri Rini menerangkan bahwa saat ini Indonesia merupakan negara dengan ekonomi terbesar ke-15 di dunia dan juga yang ke-3 tumbuh paling cepat di antara negara-negara yang tergabung dalam G20.

Ekonomi Indonesia tumbuh dengan stabil dan sehat dengan utang fiskal sebesar 27 persen dari PDB. Peringkat kemudahan berbisnis Indonesia pun naik dari urutan ke 120 menjadi peringkat 91 di dunia, diikuti dengan peningkatan investasi mencapai 50 persen.

"Tidak cuma itu, elektrifikasi nasional melonjak dari 84 persen menjadi 95 persen. Angka kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan semuanya menurun. Dengan sederet perkembangan yang menggembirakan tersebut, menandakan masa depan bangsa Indonesia yang lebih baik dan cerah," ujar Rini dalam keterangannya, Selasa (24/7/2018).

Ia melanjutkan, Indonesia juga telah siap untuk ekonomi digital. Hadirnya dukungan jaringan 3G dan 4G telah membawa Indonesia melompat ke era digital. Dalam lima tahun terakhir tercatat akses internet telah melonjak dari 22 persen menjadi 50 persen.

Sektor financial technology kian bertumbuh dengan deretan startup yang menawarkan berbagai layanan keuangan yang lebih luas.

"Kami melihat potensi besar dalam ekonomi digital dan BUMN di Indonesia merangkul digital dengan cara besar. Kami telah memulai digital transformasi di semua sektor. Mulai dari energi, keuangan, telekomunikasi, layanan publik dan logistik. Kami percaya ini baru permulaan, dan kami menantikan lebih banyak lagi inovasi di masa depan," ungkap Rini.

Capaian positif tersebut tak lepas dari peran kinerja seluruh perusahaan BUMN. Total pendapatan seluruh BUMN pada 2017 mencapai US$ 151 Miliar, angka tersebut setara dengan 15 persen dari PDB Indonesia. BUMN yang terdaftar pada lantai pasar modal mewakili 25 persen dari total kapitalisasi pasar Indonesia. Bahkan aset kolektif BUMN Indonesia jumlahnya telah mencapai USD 538 Miliar.

"Artinya sebagai kelompok, total aset BUMN kami lebih besar dari Temasek dan Khazanah meskipun aset keduanya digabungkan," jelas Rini.

Total ekuitas BUMN pada 2017 pun meningkat cukup baik menjadi US$ 179 Miliar dari semula US$ 168 Miliar pada 2016. Begitupun dengan total laba bersih BUMN meningkat dari semula US$ 12 Miliar pada 2016 menjadi US$ 14 Miliar pada akhir 2017.

 

Hal Lain

Menteri BUMN Rini Soemarno menghadiri Investment Forum yang diprakarsai Central for Strategic & International Studies (CSIS) di Washington DC, Amerika Serikat.(Dok Kementerian BUMN)
Menteri BUMN Rini Soemarno menghadiri Investment Forum yang diprakarsai Central for Strategic & International Studies (CSIS) di Washington DC, Amerika Serikat.(Dok Kementerian BUMN)

Rini melanjutkan, sejak 2015 pihaknya telah banyak melakukan transformasi di tubuh BUMN dengan tujuan memperkuat partisipasi perusahaan negara dalam memacu pertumbuhan ekonomi di berbagai daerah di Indonesia.

Untuk mencapai tujuan tetsebut, Kementerian BUMN membangun strategi yang fokus pada empat pilar, yakni menciptakan sinergi di seluruh BUMN, fokus pada down streaming industri, meningkatkan konten lokal di semua proyek, mengintegrasikan bisnis pembangunan, dan memungkinkan kemandirian finansial.

Salah satu contohnya adalah program 35 Gigawatt yang dikerjakan oleh PT PLN (Persero). Elektrifikasi ini bertujuan mempercepat industrialisasi serta meningkatkan kemudahan investasi di Indonesia melalui jaminan kehandalan listrik. Bahkan, Pemerintah juga fokus dalam memperluas kapasitas untuk energi terbarukan termasuk panas bumi, pembangkit listrik tenaga angin dan biofuel.

Tidak berhenti sampai di situ, Pemerintah Indonesia juga mempercepat proyek infrastruktur konektivitas darat melalui jalan tol dan kereta. Dalam tiga tahun terakhir, panjang jalan tol telah meningkat menjadi 1,092 Kilometer (Km), naik 33 persen dibanding tahun 2014 yang baru mencapai 820 Km. Pada 2019 ditargetkan panjang jalan tol akan mencapai 1580 Km. Ruas-ruas jalan tol baru ini akan menghubungkan dari timur ke barat di pulau Jawa dan utara ke selatan di pulau Sumatera.

"Selain itu kami sedang membangun berbagai transportasi darat untuk melayani kami publik seperti kereta ringan LRT di Jakarta dan Palembang. Didukung juga dengan pengembangan konektivitas laut dan udara. Segala kemajuan dan percepatan infrastruktur tersebut kami siapkan sebagai upaya ke depan menerima kehadiran investor," pungkas Rini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya