Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Rabu pekan ini. Rupiah masih ada peluang untuk kembali melemah pada perdagangan hari ini.Â
Mengutip Bloomberg, Rabu (25/7/2018), rupiah dibuka di angka 14.517 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.545 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah diperdagangkan di kisaran 14.505 per dolar AS hingga 14525 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah telah melemah 7,30 persen.
Advertisement
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar (JIsdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.515 per dolar AS. Patokan pada hari ini lebih menguat jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.541 per dolar AS.
Baca Juga
Menurut analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada, nilai tukar rupiah pada Rabu ini masih berpotensi mendapat tekanan dari dinamika pergerakan mata uang global. Depresiasi pada euro dan keberlanjutan devaluasi yuan China akan menjadi sentimen negatif bagi mata uang Garuda.
Euro melemah imbas kecemasan petinggi Uni Eropa terkait ancaman pengenaan tarif impor atau bea masuk oleh AS.
Di sisi internal, reaktivasi Sertifikat Bank Indonesia pada Senin lalu, belum banyak membantu menguatkan rupiah. SBI baru bisa menyerap modal asing setelah tujuh hari masa tunggu (holding period) oleh perbankan sebagai pembeli di pasar perdana selesai atau berarti pekan depan.
Rupiah kembali menembus level 14.500 per dolar AS setelah melemah pada akhir perdagangan kemarin.
Meski dolar AS sempat tertekan dalam beberapa hari terakhir, rupiah mesti tetap waspada dengan potensi penguatan kembali Greenback, Rabu ini. Rupiah bisa kembali bertenaga jika diberikan sentimen positif dari domestik.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Dibanding Negara Lain
Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pelemahan atau depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat sejak Januari hingga 20 Juli 2018 telah mencapai 6,93 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan beberapa negara seperti Malaysia, Vietnam dan Thailand.
Berdasarkan data Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, depresiasi mata uang Malaysia sebesar 0,38 persen, Vietnam sebesar 1,52 persen, Thailand 2,60 persen dan China sebesar 4,42 persen. Namun di bawah Indonesia masih ada Filipina yang terdepresiasi sebesar 7,24 persen dan India sebesar 8,12 persen.Â
BACA JUGA
"Rupiah itu melemah mulai Januari sampai sekarang 6,93 persen. Yang lebih baik dari kita adalah China 4,42 persen kemudian Thailand bath, dong Vietnam, ringgit Malaysia, Japanese yen. Yang lebih jelek dari kita cuma dua, satu Filipina peso, kedua India rupee," ujarnya pada Selasa 24 Juli 2018.
Data-data tersebut menunjukkan tidak hanya Indonesia yang mengalami pelemahan nilai tukar. Hal ini lebih kepada kondisi ekonomi global yang tidak menentu.
Advertisement