Pengembangan Kota Mandiri Harus Diikuti Akses Transportasi

Keterjangkauan akses merupakan kunci utama suatu kota mandiri bisa cepat berkembang.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 05 Agu 2018, 08:32 WIB
Diterbitkan 05 Agu 2018, 08:32 WIB
20171205-ilustrasi kota mandiri.
ilustrasi kota mandiri.

Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Real Estate Indonesia (DPP REI) Soelaeman Soemawinata menekankan pentingnya perluasan akses transportasi menuju kawasan kota mandiri yang kini marak berdiri di pesisir Jakarta.

Pria yang akrab disapa Eman ini mengatakan, keterjangkauan akses merupakan kunci utama suatu kota mandiri bisa cepat berkembang.

"Prinsipnya, kota mandiri baru harus multi-modal transportation system. Itu hukum transportasi, semisal selain jalan tol harus ada akses lain. Tidak boleh akses ke satu titik hanya satu jalur," ungkap dia saat berbincang dengan Liputan6.com, seperti dikutip Minggu (5/8/2018).

Namun begitu, ia menambahi, syarat utama kota mandiri masa kini adalah yang mempunyai akses langsung ke jalan tol. Sebab fungsi kota mandiri saat ini sudah bergeser, dari mulanya area pemukiman menjadi kawasan ekonomi baru.

"Lihat saja kalau hari libur, orang di Kelapa Gading suka ramai berbondong-bondong mencari barang ke Serpong, BSD sana. Event-event besar kelas internasional kan sekarang juga sering diadain di sana," paparnya.

Jangan sampai, lanjutnya, pengembang kota mandiri gigit jari lantaran terlalu antusias membangun kawasan pemukiman baru tanpa mempertimbangkan aspek keterjangkauan tadi.

"Soalnya ada yang di luar-luar (Jakarta) kayak Telaga Kahuripan (Parung, Kabupaten Bogor). Karena akses ke sananya susah, jadi enggak berkembang," ucap dia.

Oleh karena itu, Eman mengimbau pengembang agar mementingkan unsur akses transportasi sebagai pertimbangan utama dalam membangun sebuah kota mandiri baru.

Sebagai contoh, dia menyebutkan Citra Maja Raya yang rencananya kelak akan tersambung lalu lintas KRL dan Jalan Tol Serpong-Balaraja.

"Kalau misal Maja hanya mengandalkan kereta api sekarang ini, itu rawan. Soalnya kalau KRL mati, akses ke sana juga mati," ujar Eman.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Mengintip Konsep Kota Mandiri di Luar Negeri

ilustrasi kota mandiri.
ilustrasi kota mandiri.

Pengembangan kota mandiri yang terintegrasi semakin marak beberapa tahun belakangan. Konsep ini memang dinilai dapat memberikan banyak keuntungannya yaitu semakin mendekatkan pemilik rumah dengan pusat kegiatan ekonomi dan bisnis juga sebagai solusi pemerataan pembangunan ekonomi.

Fenomena maraknya pembangunan kota mandiri ini ternyata tidak hanya dialami di Indonesia, banyak pula negara-negara lain yang membangun kota mandiri dengan konsep yang unik, bahkan dengan nilai investasi yang sangat tinggi.

Salah satunya seperti Songdo International Business District, sebuah proyek kota mandiri terbesar di Korea Selatan. Kota pintar ini dibangun di area seluas 1500 hektar dan 600 hektar diantaranya dibangun di atas lahan reklamasi.

Mengutip Lamudi, Minggu (22/7/2018), proyek ambisius ini, disebut-sebut sebagai pengembangan real estate swasta terbesar dalam sejarah. 

Dalam proyek ini dibangun banyak proyek real estate, seperti 80 ribu unit apartemen, 5 juta meter persegi ruang kantor dan 900 ribu meter persegi ruang ritel.

Itu belum termasuk adanya fasilitas rumah sakit, hotel hingga universitas dengan kualitas internasional yang saat ini sudah terdaftar sebanyak 5 buah yakni Chadwick International, George Mason University Korea, Ghent University Global Campus, State University of New York Korea dan The University of Utah Asia Campus.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya