Lira Turki Kian Terpuruk, Erdogan Berserah Diri pada Allah

Nilai mata uang Turki, Lira terhadap dolar terus jatuh. Erdogan memilih terus kerja keras dan tawakal.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 10 Agu 2018, 20:00 WIB
Diterbitkan 10 Agu 2018, 20:00 WIB
Menang Pemilu Turki, Erdogan Sapa Ribuan Pendukung di Ankara
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan istri, Emine menyapa pendukung Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) di Ankara, Turki, Senin (25/6). Erdogan menang pemilu presiden Turki dengan meraih 58,76 persen suara. (Presidency Press Service via AP, Pool)

Liputan6.com, Rize - Mata uang Turki, yakni lira, masih terus tertekan. Kabar terkini, USD 1 sudah setara 5,8 lira. Padahal, pada Januari kemarin, dolar masih berada di kisaran 3,7 lira.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang saat ini sudah berkuasa selama 15 tahun tampaknya ingin menyemangati pendukungnya. Walau dolar terus menguat dari lira, dia menyebut Turki masih memiliki Allah.

"Kalau mereka memiliki dolar, kita memiliki rakyat kita, hak, dan Allah," tegas Erdogan saat berorasi di Rize, seperti dikutip dari media Turki T24. Ia pun menambahkan bahwa pemerintahannya akan terus bekerja keras.

Pada Mei lalu, Hurriyet Daily News melaporkan bahwa pemerintahan Turki menyebut ada faktor eksternal yang menyebabkan jatuhnya lira. Beberapa di antaranya adalah permasalahan di Suriah sampai konflik dengan Kurdi.

Belakangan ini, lira sempat turun saat Erdogan dilantik menjadi presiden. Sebab, ia mengangkat Berat Elbayrak, menantunya sendiri, sebagai Menteri Keuangan Turki.

Minggu lalu, Amerika Serikat (AS), juga baru saja memberi sanksi pada dua menteri Turki, yaitu Menteri Kehakiman Abdulhamit Gul dan Menteri Dalam Negeri Suleyman Soylu. Juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders berkata, sanksi itu atas instruksi dari Presiden Donald Trump sebagai bentuk protes atas penangkapan pastor AS Andrew Brunson.

Efeknya, saat itu mata uang Turki kembali menurun menjadi 5 lira per dolar AS. Turki pun melakukan retaliasi dengan menerapkan sanksi yang sama pada pejabat terkait AS.

Erdogan awalnya mengklaim tidak gentar, namun ia sudah meminta agar AS tidak emosi dan kembali memakai akal sehat. "Saya percaya tidak ada masalah yang tak dapat diselesaikan antara kita dan AS, atau negara manapun," kata Erdogan.

Lira Tumbang Akibat Sanksi Trump, Ini Reaksi Turki

Erdogan Bekukan Aset Menteri Kehakiman dan Menlu AS di Turki
Presiden Turki Erdogan. Foto: antaranews.com

Pemerintahan Amerika Serikat (AS) resmi memberikan sanksi terhadap pejabat tinggi Turki melalui Kementerian Keuangan. Langkah ini diambil AS sebagai protes atas penahanan pastor Andrew Brunson yang dituduh berperan dalam upaya kudeta Turki pada 2016.

Dilansir ABC News, dua pejabat tinggi yang kena sanksi adalah Menteri Kehakiman Abdulhamit Gul dan Menteri Dalam Negeri Suleyman Soylu. Segala properti atau interest dalam properti milik dua orang itu di wilayah AS akan diblokir. Warga AS juga dilarang berbinis dengan mereka.

Menteri Gul mengaku tidak peduli karena ia tak punya aset di luar Turki, namun mata uang lira langsung tumbang akibat sanksi tersebut. Kejatuhan mata uang Turki terhadap dolar dikatakan sebagai yang terendah sepanjang masa (all-time low).

Kementerian Luar Negeri Turki menyebut manuver AS adalah bentuk intervensi terhadap sistem hukum Turki. Mereka pun siap melakukan pembalasan.

"Usaha AS untuk memberikan sanksi tidak akan tidak dibalas," ucap Menlu Turki Mevlut Cavusoglu via Twiter.

Menurut Bloomberg, lira jatuh sebesar 2,1 persen menjadi 5 lira per dollar AS. Analis Cristian Maggio dari TD Securities menyebutkan, pasar akan cemas akibat pertikaian diplomatik ini, alhasil lira akan semakin melemah.

Juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders menyampaikan sanksi tersebut datang atas instruksi Donald Trump.  

"Atas arahan Presiden, Kementerian Keuangan menjatuhkan sanksi pada Menteri Kehakiman dan Menteri Dalam Negeri Turki, keduanya memainkan peran terdepan dalam penangkapan dan penahanan pastor Brunson," jelas Sanders di depan awak media.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya