Liputan6.com, Jakarta Wilayah Lombok di Nusa Tenggara Barat (NTB) kembali diguncang gempa magnitudo 7.0 pada Minggu (20/8/2018). Imbas dari gempa ini membuat sistem kelistrikan Lombok padam.
Direktur Utama PT PLN (Persero) Sofyan Basir mengatakan, setidaknya 50 lokasi di Lombok mengalami pemadaman listrik akibat gempa.
"Sesegera mungkin (kita tangani). Kita sudah turun buat bantuan pangan dan kelistrikan. Kami sudah ada di sana. Sudah terang lagi sebagian, tinggal 50 lokasi. Ya 70 persen lah," ujar dia di Jakarta, Senin (20/8/2018).
Advertisement
Baca Juga
Direktur Bisnis Regional, Jawa Bagian Timur, Bali dan Nusa Tenggara, Djoko Abumanan menambahkan, 180 travo bahkan ikut hancur akibat gempa susulan pada Minggu tersebut.
"Itu hancur semua 180 travo, kita kerjasama sama Angkatan Laut. Dari 180 ada 30 travo yang harus kita ganti. itu di Gili. Tiang bisa kita ganti. Tapi kalau jaringan, kita udah maksimal recovery. Yang di Gili itu sudah pulih, jaringan," kata Djoko.
Dia menuturkan jika gempa susulan ini juga terasa hingga Pulau Sumbawa. Sistem kelistrikan Sumbawa yang mengalami pemadaman sebesar 17 persen dari total keseluruhan. Pemadaman ini terjadi di beberapa daerah, antara lain seluruh wilayah Alas, sebagian Taliwang yaitu di daerah Pelabuhan Pototano.
"Itu ahad malam kita juga kolaps, jam 6 malam. Itu pas terjadi gempa, kita kolaps, lokasinya di Lombok Utara. Dampaknya, di Mataram dan Lombok Utara, Tanjung. Termasuk Gili trawangan, tiga gili ini kolaps sistemnya. Pas tanjung, dievakuasi, tanjungnya dulu. sehingga wisatawan di bawa keluar,"Â dia menandaskan.
Â
 * Update Terkini Asian Games 2018. Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini
Kementerian PUPR Siapkan Rumah Tahan Gempa di Lombok
Gempa bumi atau gempa Lombok belum berhenti mengguncang bumi Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) hingga awal pekan ini.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat, hingga Senin (20/8/2018) pukul 11.00 WITA, telah terjadi 101 gempa susulan pasca-gempa 7.0 SR yang menerpa Lombok pada Minggu, 19 Agusutus 2018.
Menindaklanjuti hal ini, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah mempersiapkan infrastruktur tahan gempa yang diperuntukkan bagi berbagai unit bangunan, mulai dari perumahan, sekolah, rumah sakit, hingga rumah ibadah.
Baca Juga
"Rumah sakit, sekolah, dan fasilitas umum pasti konstruksinya dibuat tahan gempa. Dalam hal ini ada ratusan sekolah, puskesmas, puluhan masjid besar," ujar Dirjen Cipta Karya Kementerian PUPR Danis H Sumadilaga di Jakarta, Senin pekan ini.
"Ini butuh proses, saya perkirakan bisa selesai dua tahun. Kalau yang rumah masyarakat mudah-mudahan segera dalam waktu satu tahun," tambah dia.
Untuk rumah masyarakat, Kementerian PUPR telah mempersiapkan Rumah Instan Sederhana Sehat (Risha) sebagai tempat hunian tahan gempa, yang secara konstruksi lebih menghemat biaya dan waktu.
Menurut data terakhir yang dimilikinya, Danis menyebutkan, ada sekitar 36 ribu unit rumah di Lombok yang terbilang rusak berat akibat gempa Lombok.
Namun begitu, terdapat dua unit rumah contoh teknologi Risha di Lombok Utara yang hingga kini kondisinya masih utuh, yakni Balai Dusun Akar-Akar Utara dan Sekolah Adat Bayan.
Adapun bila teknologi ini diterapkan untuk membangun satu unit rumah sederhana tahan gempa tipe 36, dia menghitung, itu akan menghabiskan dana sekitar 50 juta.
"Dibutuhkan biaya sekitar Rp 1,5 juta per meter persegi untuk membangun satu Risha. Jadi kalau tipe 36 kalikan saja, bisa sekitar Rp 50 juta," tutur dia.
Â
Â
Â
Advertisement