Produksi Gas Pertamina EP Naik 112 Persen di Sulawesi Tengah

Produksi PT Pertamina EP Asset 4 di Lapangan Donggi-Matindok, Sulawesi Tengah melonjak hingga 112,30 persen.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 20 Sep 2018, 14:15 WIB
Diterbitkan 20 Sep 2018, 14:15 WIB
Gas Bumi
Ilustrasi Foto Gas Bumi (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Produksi gas anak usaha PT Pertamina (Persero) Tbk yakni PT Pertamina EP Asset 4 di Lapangan Donggi-Matindok, Sulawesi Tengah melonjak hingga 112,30 persen pada 17 September 2018.

General Manager PT Pertamina EP Asset 4, Agus Amperianto menyampaikan, pencapaian tersebut tak lepas dari penekanan aspek Health Safety Security Environment (HSSE) yang coba diterapkan di Lapangan Donggi-Mantidok.

Dia menuturkan, nilai HSSE itu juga turut diterapkan di lingkungan Asset 4 dengan berbagai tujuan. Antara lain, memastikan manajemen risiko yang efektif dan mengembangkan sistem untuk akreditasi ISO standard yang relevan, serta menyoroti kekuatan dan kelemahan sistem manajemen menuju perkembangan yang berkelanjutan.

"Selain itu, juga untuk mengidentifikasi sejumlah persyaratan yang berkembang dan memonitor implementasinya sebagai demonstrasi best practice, membuat atau mengkonfirmasi sejumlah persyaratan regulasi dengan jaminan kepada stakeholders bahwa standar eksternal telah dipenuhi, dan untuk Mengembangkan skill pekerja dan budaya behavioral yang benar," tambah dia.

Menurut catatan Pertamina EP, penjualan gas Lapangan Donggi-Matindok pada 2018 meningkat sebesar 32,6 persen dibanding tahun lalu. 

Apabila di penghujung 2017 penjualan gas Lapangan Donggi-Matindok berada di 25,640.53 MMSCFD, per 17 September 2018 penjualan gas di sana sudah mencapai angka 22,349.86 MMSCFD.

Dari sisi produksi kondensat, di lapangan tersebut juga meningkat sebesar 84.7 persen dari tahun sebelumnya.  Pada akhir 2017, produksi kondensat Lapangan Donggi-Matindok sebesar 219,637.37 barrel, sedangkan hingga 17 September 2018 produksi kondensat Donggi-Matindok Field sudah mencapai 232.181.11 barrel.

 

 

Target Produksi Minyak Pertamina EP

20151007-Ilustrasi Tambang Minyak
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Sebelumnya, PT Pertamina EP menargetkan dapat memproduksi minyak di atas 100 barel per hari (bph). Per 13 September 2018,‎ produksi minyak anak usaha PT Pertamina (persero) tersebut telah di atas 100 persen.

Direktur Utama PT Pertamina EP Nanang Abdul Manaf mengatakan, perusahaannya memiliki keinginan untuk mengembalikan produksi minyak ke level di atas 100 ribu barel per hari (bph).

Berdasarkan pencapaian, produksi minyak Pertamina EP per 13 September 2018 sebesar 94.624 bp‎h dari atau 113 persen dari target Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) sebesar 83 ribu bph. Untuk gas mencapai ‎1034.1 MMSCFD atau 105 persen dari target RKAP sebesar 986 MMSCFD.

"Ini merupakan kado untuk HUT ke-13 Pertamina EP, keluarga besar Pertamina EP sangat bangga diberikan kesempatan untuk terus berkontribusi dalam ketahanan energi nasional,” kata Nanang, di Jakarta, Jumat (14/9/2018).

Kenaikan produksi ini terutama seiring peningkatan produksi dari lapangan Sukowati sebesar kisaran 1200 bph dari sumur SKW-27, SKW-12A, lapangan Subang sebesar kisaran 600 bph dari pemboran lapangan Jatiasri, dan Bambu Besar, Lapangan Jatibarang sebesar kisaran 700 bph dari Stimulasi distruktur Akasia Bagus, serta Lapangan Tambun sebesar 450 dari Reopening sumur PDL-01.

Pencapaian PEP yang sudah diatas target merupakan tonggak harapan Perusahaan untuk semakin giat meningkatkan produksi sampai 100 ribu BOPD.

Pencapaian tersebut bukan tidak mungkin apabila melalui sinergi seluruh fungsi-fungsi terkait dan juga dukungan dari pemangku kepentingan.

Menurutnya, ada beberapa hal yang akan terus menjadi pedoman dalam kegiatan operasional, antara lain yang terpenting adalah aspek Keselamatan, Kesehatan, dan Keamanan Kerja (HSSE) sehingga seluruh kegiatan harus operational excellence.

Dia menilai bahwa keselamatan kerja merupakan yang utama, seluruh insan Pertamina EP mempunyai tekad untuk dapat kembali ke rumah dan berkumpul dengan keluarga dengan selamat.

Selain itu, aspek lainnya adalah environment atau lingkungan. Dalam kegiatan operasional juga harus memperhatikan keberadaan masyarakat di sekitar wilayah kerja perusahaan. Hal ini tentunya terkait dengan dukungan pemangku kepentingan terhadap kegiatan operasional perusahaan.

“Kami tidak bisa menjalankan operasi tanpa dukungan dari pemangku kepentingan,” Nanang menegaskan.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya