Menteri Susi Klaim Penenggelaman Kapal Tingkatkan Produksi Ikan RI

Menteri Susi berharap kebijakan penenggelaman kapal ini seharusnya tidak lagi menjadi perdebatan.

oleh Merdeka.com diperbarui 21 Sep 2018, 12:31 WIB
Diterbitkan 21 Sep 2018, 12:31 WIB
Penenggelaman kapal asing
Penenggelaman kapal asing pencuri ikan di perairan Belawan, Sumatera Utara. (Liputan6.com/Reza Perdana)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan, produksi perikanan terus meningkat. Kenaikan produksi ini juga didukung kebijakan penenggelaman kapal yang dilakukan pemerintah.

"Di ASEAN level kita top. Kita nomor satu jauh meninggalkan yang lain. Jadi jangan suka bilang kita bikin rusak ekonomi perikanan buktinya yang dulu tidak pernah nomor tiga di Asia Tenggara, dari tahun 2015 menjadi nomor satu terus. Kalau 2014, bukan policy kita. Desember 2014 kita mulai menenggelamkan kapal," ujarnya di Kantor Pusat KKP, Jakarta, Jumat (21/9).

Menteri Susi menampik anggapan berbagai pihak bahwa penenggelaman kapal merupakan pekerjaan orang bodoh. Dia menegaskan, justru lebih bodoh apabila membiarkan kapal-kapal tersebut tetap beroperasi mencuri ikan puluhan tahun di lautan Indonesia.

"Jadi kalau ada yang bilang nenggelamin kapal itu kerjaan orang bodoh, lebih bodoh mana negara merdeka, punya kedaulatan membiarkan kapal-kapal asing ribuan bukan 1.000, 2.000 tapi lebih dari 7.000 kapal mencuri bertahun-tahun pakai solar yang disubsidi. Ayo lebih bodoh mana?. Nenggelamin kapal pencuri atau membiarkan pencurian bertahun-tahun," tegas dia.

Dengan adanya penenggelaman kapal pencuri ikan, hasil laut Indonesia pun terus meningkat. Hal ini juga membuat nelayan tidak hanya memperoleh tangkapan ikan-ikan kecil tetapi lebih kepada ikan-ikan besar yang memiliki nilai jual lebih tinggi.

"Yang menarik adalah jumlah volumenya menurun tapi nilainya naik. Berarti penangkapan kita sudah benar dan selektif mencari value yang tinggi bukan hanya sampah yang diangkat ikan ikan kecil saja. Karena policy kita kapal cantrang beralih alat tangkap. Dapat kakap merah yang Rp 60.000 sampai Rp Rp 70.000," jelas dia.

"Jadi Kalau ada yang bilang kinerja perikanan dalam masa pemerintahan bapak Jokowi amburadul seperti di media sosial, ya ini datanya. Kalau ngomong jangan asal ngomong harus pakai data. Berarti policy yang dibuat pemerintah sudah benar," sambungnya.

Oleh karena itu, Menteri Susi berharap kebijakan penenggelaman kapal ini seharusnya tidak lagi menjadi perdebatan. Dia mengajak seluruh pihak agar bersama-sama terus meningkatkan produksi perikanan baik perikanan budidaya maupun perikanan tangkap.

"2018 baru dapat penghitungan satu semester volumenya semester 1, itu kita sudah di USD 2.272 juta, dibandingkan semester 1 tahun lalu kenaikannya 12.88 persen. Kita harapkan akhir tahun akan ada pelonjakan karena musim ikan itu wilayah timur, kalau hujan reda penangkapan bagus mulai Oktober. Jawa selatan juga sama baru musim hujan ini udang, ikan, lobster pada keluar," jelasnya.

 

Reporter: Anggun P Situmorang

Sumber: Merdeka.com

125 Kapal Pencuri Ikan Terindikasi Terlibat Perdagangan Manusia

Satgas 115 menggelar konferensi pers perihal penangkapan kapal pencuri ikan. Foto: Liputan6.com/Bawono Yadika
Satgas 115 menggelar konferensi pers perihal penangkapan kapal pencuri ikan. Foto: Liputan6.com/Bawono Yadika

Menteri Kelautan dan Perikanan RI Susi Pudjiastuti telah memimpin penenggelaman 125 kapal pencuri ikan di lautan Indonesia.

Penenggelaman ini dilakukan serentak di 11 titik seluruh Indonesia pada 20 Agustus 2018.  Susi Pudjiastuti mengaku, selain menangkap ikan ilegal di laut indonesia, sebagian kapal yang ditangkap juga terindikasi melakukan tindak kejahatan kemanusiaan.

"Beberapa ada indikasi penjualan manusia juga. Untuk itu kita tahan mahkoda dan bawahannya," kata Susi di kantornya, Selasa (21/8/2018).

Untuk itu, selaku komandan Satgas 115, Susi meminta kepada seluruh pihak untuk terus meningkatkan kewaspadaannya, mengingat masih adanya aksi-aksi yang sama, meski jumlahnya telah menurun.

Susi mengungkapkan, saat ini wilayah Sulawesi Utara masih menjadi zona merah mengingat masih menjadi lahan bagi para kapal-kapal pencuri ikan. 

"Pengamanan perairan Sulawesi Utara dari kapal-kapal asing yang masuk ke Indonesia masih menjadi tantangan besar bagi kita," ujar dia.

Seperti diketahui, penenggelaman kapal dilakukan berdasarkan keputusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde) untuk 116 kapal dan berdasarkan penetapan pengadilan untuk 9 kapal.

Kapal yang ditenggelamkan mayoritas adalah kapal-kapal berbendera asing. Kapal bendera Vietnam sebanyak 86 kapal, Malaysia 20 kapal, Filipina 15 kapal, dan Indonesia 5 kapal.

Adapun lokasi penenggelaman selain Bitung yaitu Cirebon, Aceh, Tarakan, Belawan, Merauke, Natuna, Ambon, Batam, Anambas dan Pontianak. Dari seluruh lokasi itu, paling banyak di Natuna dengan 40 kapal pencuri ikan yang ditenggelamkan.

 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya