Pasar Properti Masih Stabil Sampai Akhir 2018

Berdasarkan survei, Sebanyak 6 dari 10 orang berencana membeli rumah pada paruh kedua tahun ini.

oleh Merdeka.com diperbarui 01 Okt 2018, 08:20 WIB
Diterbitkan 01 Okt 2018, 08:20 WIB
20160908-Properti-Jakarta-AY
Sebuah maket perumahan di tampilkan di pameran properti di Jakarta, Kamis (8/9). Sepanjang semester I-2016, pertumbuhan KPR mencapai 8,0%, sehingga diperkirakan pertumbuhan KPR hingga semester I-2017 menjadi 11,7%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Optimisme para pencari rumah pada semester II-2018 diprediksi masih tinggi. Sebanyak 6 dari 10 orang berencana membeli rumah pada paruh kedua tahun ini, baik rumah baru maupun rumah bekas. Data ini merupakan hasil Survei Rumah.com Property Affordability Sentiment Index H2-2018.

Head of Marketing Rumah.com, Ike N. Hamdan mengatakan, sebanyak 63 persen dari 1.000 responden survei Rumah.com Property Affordability Sentiment Index H2-2018 mengaku berniat membeli rumah pada semester kedua 2018 ini. Menariknya, mayoritas responden yang berencana membeli rumah berasal dari golongan berpenghasilan di bawah Rp 7 juta per bulan.

Dalam survei tersebut, sebanyak 53 persen responden yang berencana membeli rumah memiliki penghasilan di bawah Rp 7 juta per bulan. Sementara itu, sebanyak 30 persen memiliki penghasilan berkisar Rp 7 juta hingga Rp 15 juta, dan sisanya berpenghasilaan di atas Rp 15 juta.

Hasil survei ini sekaligus mengindikasikan kondisi ekonomi dan khususnya pasar properti tahun 2018 stabil. Masyarakat dengan penghasilan di bawah Rp 7 juta pun optimistis akan membeli rumah di semester kedua 2018.

"Harga properti memang tidak bisa dibilang murah, tetapi berbagai kebijakan pemerintah seperti pelonggaran aturan Loan to Value (LTV) atau besaran rasio uang muka memudahkan siapapun untuk memiliki rumah. Kalau dulu uang muka paling rendah 15 persen, sekarang pengembang bisa menawarkan uang muka hingga serendah 5 persen, bahkan tanpa uang muka," jelasnya, Senin (1/10/2018).

Kebijakan terbaru dari pemerintah membebaskan pengembang untuk mengatur besaran uang muka. Kebijakan yang diterbitkan bulan Juli 2018 lalu ini terutama diterapkan pada pencari rumah pertama, yakni orang yang belum memiliki rumah. Sementara untuk orang yang hendak membeli rumah kedua dan seterusnya dikenai uang muka mulai dari 10 persen.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Rumah Pertama

20160908-Properti-Jakarta-AY
Pengunjung melihat maket perumahan di pameran properti di Jakarta, Kamis (8/9). Dengan dilonggarkannya rasio LTV, BI optimistis pertumbuhan KPR bertambah 3,7%year on year (yoy) hingga semester I-2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Selaras dengan fakta di lapangan, responden survei Rumah.com Property Affordability Sentiment Index H2-2018 yang berencana membeli rumah berasal dari kalangan pembeli rumah pertama, atau yang akrab dikenal dengan istilah first time buyers. Hasil survei menunjukkan bahwa 57 persen responden yang berencana membeli rumah sepanjang Juli-Desember 2018 merupakan kalangan first time buyers.

Sementara sebanyak 16 persen berasal dari kalangan upgrader, atau orang yang ingin berganti rumah ke skala yang lebih besar atau lebih baik, dari segi harga, luas rumah, maupun lokasi yang lebih strategis. Sisanya 15 persen yang hendak membeli rumah tambahan untuk investasi.

Ketika ditanya seputar rumah yang akan dibeli, sebanyak 50 persen responden yang berniat membeli rumah di paruh kedua tahun ini tidak mempermasalahkan antara jenis rumah baru atau rumah seken. Sementara itu, ada 45 persen yang hanya tertarik membeli rumah baru, dan ada 5 persen responden yang tertarik hanya pada rumah seken.

Selaras dengan tingkat penghasilan, mayoritas responden yang mencari rumah mengincar rumah dengan harga di bawah Rp 750 juta, yakni sebesar 79 persen dari total responden yang mencari rumah.

Country Manager Rumah.com, Marine Novita menjelaskan bahwa di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, dan lainnya, tentu sulit untuk mendapatkan rumah dengan harga di bawah Rp 750 juta. Konsekuensinya adalah membeli apartemen dengan ukuran kecil atau rumah di perbatasan kota.

Bagi sebagian besar orang, penghalang utama membeli rumah bukanlah harga, melainkan minimnya informasi pembiayaan dan cara-cara transaksi. Hal ini wajar karena membeli properti melibatkan uang dalam jumlah besar.

Reporter: Idris Rusadi Putra

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya