Jamin Kualitas Benih, Pengusaha Minta Pemerintah Lakukan Validasi Berkala

Usai validasi, petani maupun pemerintah akan mendapatkan data yang akurat mengenai kualitas bibit dan produksi beras di tingkat petani.

oleh Merdeka.com diperbarui 24 Okt 2018, 18:07 WIB
Diterbitkan 24 Okt 2018, 18:07 WIB
Ilustrasi Benih Beras
Ilustrasi Benih Beras. (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mendorong pemerintah untuk melakukan validasi berkala terhadap benih-benih padi yang sudah beredar dan ditanam petani.

Hal tersebut bertujuan memastikan kualitas benih, terutama produktivitasnya benar-benar sesuai dengan informasi yang diterima petani ketika menerima benih tersebut.

Sebagai contoh, pemerintah perlu melakukan pemeriksaan lapangan terhadap benih yang diklaim dapat menghasil produksi 10 ton per hektar. Usai pemeriksaan bisa dipastikan jika produktivitas memang benar-benar mencapai 10 ton per hektar atau meleset.

"Itu kan yang jadi di tanah 2 hektar. Begitu tanah 50 ribu hektar (produksi) rata-ratanya berapa. Jadi kalau bicara 10 ton per hektar itu baru awal. Tadi kan dijelaskan sesudah 3 tahun berjalan, atau lima harus ada validasi, yang dibilang 10 ton, oh ternyata rata-rata hanya 7 ton," kata Ketua Komite Tetap Ketahanan Pangan Kadin Indonesia, Franciscus Welirang, di Jakarta, Rabu (24/10/2018).

"Nggak bisa Anda mengatakan saya menghasilkan benih 10 ton, di lahan yang berapa luas, di mana, untuk itu sudah mulai dibagikan," lanjut dia.

Dengan demikian, baik petani maupun pemerintah akan mendapatkan data yang akurat mengenai kualitas bibit dan produksi beras di tingkat petani.

"Ngomong saja sama petaninya memang berani jamin dia hasilnya 10 ton per hektar?. Kalau mau jamin, wah nggak capai, oh itu kamu pupuknya, kan banyak variasinya. Harus ada validasi itu yang confirmed," tandasnya.


Bulog: Stok Beras Saat Ini Capai 2,7 Juta Ton

Pasokan Melimpah dan Stok Gudang Penuh, Operasi Pasar Tidak Perlu
Bulog tak perlu melakukan operasi pasar beras. Karena jika stok beras di pasar berlebih, akan beresiko bagi petani.

Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) mencatat stok beras Indonesia di gudang milik perseroan saat ini mencapai 2,7 juta ton. Beras ini berasal dari pengadaan dalam negeri sebesar 950 ribu ton dan impor sebesar 1,85 juta ton.

"Dengan adanya pengadaan luar negeri yang sekarang masuk ini, kurang lebih stok Bulog mendekati nanti kalau total semua sama impor masih di atas 2,5 juta ton, jadi hampir 2,7 juta ton," ujar Direktur Pengadaan Bulog Bachtiar di Kantor BPS, Jakarta, Selasa (24/10/2018).

Bachtiar menjelaskan, impor sebanyak 2 juta ton yang disetujui pada rapat koordinasi terbatas (rakortas) pada awal tahun tidak seluruhnya dimasukkan ke dalam negeri. Hal ini karena stok pengadaan dalam negeri telah mencukupi.

"Impor sudah diputuskan melalui rakortas yang dipimpin oleh Menko Perekonomian (Darmin Nasution) jadi yang masuk 1,85 juta bukan 2 juta. Ini prosesnya sedang berjalan. Kami sudah hampir 1,5 juta ton ini sudah masuk gudang. Dan sebagian masih dalam pengangkutan masuk gudang," jelasnya.

Lebih lanjut, Bachtiar mengatakan, stok pengadaan dalam negeri masih akan terus bertambah. Saat ini, 950 ribu ton stok beras terdiri dari beras jenis premium sekitar 150 ribu ton dan 800 ribu ton merupakan beras jenis medium.

"Pengadaan dalam negeri yang ada di Bulog sekarang kurang lebih masih ada 800 ribu ton. Ini pengadaan dalam negeri. Terus berikutnya, stok beras premium juga punya. Beras premium, sekitar 150 ribu ton. Nah ini, berbentuk beras premium. Jadi sebenarnya, untuk stok dalam negeri kita ya beras premium medium kurang lebih hampir 950.000 ton atau setara hampir mendekati 1 juta," jelasnya.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya