Liputan6.com, Jakarta - Harga emas naik pada perdagangan Jumat ke posisi tertinggi dalam tiga bulan karena para investor melakukan aksi beli. Pelemahan bursa saham di hampir seluruh bursa saham di dunia membuat investor mengamankan posisi dengan memborong emas.
Mengutip Reuters, Sabtu (27/10/2018), harga emas di pasar spot naik 0,2 persen menjadi USD 1.234,35 per ounce pada pukul 14.00 waktu New York. Sebelumnya, harga emas di pasar spot sempat naik 1 persen menjadi USD 1.243,32 per ounce, merupakan level tertinggi sejak Juli.
Advertisement
Baca Juga
Sedangkan harga emas di pasar berjanagka ditutup naik USD 3,40 atau 0,28 persen menjadi USD 1.235,80 per ounce. Spot emas berada di jalur untuk kenaikan mingguan keempat, kenaikan beruntun terlama sejak Januari.
"Kami terus melihat arus uang keluar dari aset berisiko ke dalam aset safe haven. Itu adalah salah satu dari penggerak utama dari pasar emas ini," kata David Meger, Direktur Perdagangan Logam Mulia, High Ridge Futures.
Saham-saham di seluruh dunia turun pada perdagangan Jumat dan ditetapkan sebagai penurunan mingguan terburuk dalam lebih dari lima tahun.
"Dengan penurunan ekstrim saham, emas menjadi surga sementara yang aman. Tetapi reli ini tidak berlangsung lama dan mengganggu kenaikan jika saham kembali menguat," kata George Gero, Managing Director RBC Wealth Management.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Obligasi
Gero menambahkan, selain emas, obligasi juga menjadi tempat lindung nilai yang aman dari pelemahan pasar saham. Dolar AS yang masih mahal membuat emas belum menjadi pilihan utama untuk lindung nilai.
Alasannya, Dolar AS yang mahal juga membuat harga emas lebih mahal bagi investor yang bertransaksi dengan mata uang di luar dolar AS.
Beberapa investor lebih memilih untuk menaruh dana mereka di obligasi. Kenaikan suku bunga Bank Sentral AS membuat dolar AS menguat dan imbal hasil obligasi melonjak. Dua hal ini menjadi lawan yang cukup kuat bagi emas.
Advertisement