Harga Beras Naik Bisa Picu Kemiskinan

Bank Dunia menyatakan, apabila harga beras naik sekitar 10 persen, akan ada 1,2 juta orang miskin baru.

oleh Merdeka.com diperbarui 12 Nov 2018, 17:46 WIB
Diterbitkan 12 Nov 2018, 17:46 WIB
Harga Beras di Pasar Induk Cipinang
Seorang kuli angkut menurunkan beras dari atas truk di Pasar Induk Cipinang, Jakarta, Senin (25/9). Pedagang beras Cipinang sudah menerapkan dan menyediakan beras medium dan beras premium sesuai harga eceran tertinggi (HET). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Lead Economist World Bank untuk Indonesia, Vivi Alatas menyebut salah satu faktor kemiskinan terjadi karena tingginya harga jual beras di tingkat masyarakat.

Dia menuturkan, apabila harga beras naik sekitar 10 persen, akan ada 1,2 juta orang miskin baru. "Karena tiga seperempat orang miskin net consumer beras. Artinya saat harga beras naik ada tiga orang yang dirugikan dan satu orang diuntungkan dari kenaikan harga beras," kata Vivi saat ditemui di Universitas Indonesia (UI), Depok, Senin (12/11/2018).

Vivi mengungkapkan, saat ini harga beras di Indonesia sendiri 70 persen lebih tinggi dari pada harga di tingkat internasional. Jadi peran pemerintah menjadi perlu dalam menstabilisasikan harga beras di tingkat pasar. Dengan demikan masyarakat tidak lagi menjerit karena harga beras yang tinggi.

"(Pemerintah perlu) memastikan harga beras affordable. Supaya orang yang sudah naik kelas tidak turun kelas lagi," imbuhnya.

Diketahui, sebanyak 2,4 juta ton beras disiapkan untuk pelaksanaan operasi pasar di seluruh Indonesia dalam rangka menghadapi potensi kenaikan harga beras menjelang Hari Raya Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2019.

Menteri Perdagangan (Mendag), Enggartiasto Lukita mengatakan, beras 2,4 juta ton tersebut disiapkan dan akan digelontorkan ke pasar oleh Bulog. 

"Untuk operasi pasar, disiapkan 2,4 juta ton beras Bulog," kata Mendag Enggar usai Rapat Koordinasi Nasional Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga Barang Kebutuhan Pokok Menjelang Natal 2018 dan Tahun Baru 2019 di Batam, Kepulauan Riau, dikutip dari Antara, Minggu 11 November 2018.

Operasi pasar merupakan upaya pemerintah untuk mengintervensi harga pasar yang meninggi di saat-saat tertentu. Ketika harga beras meningkat, maka Bulog diminta melepas kebutuhan pangan itu ke masyarakat dengan harga yang ditentukan pemerintah, demi menyetabilkan kembali harga.

"Peran Bulog, saat ketersediaan berkurang harga naik, maka Bulog melakukan operasi pasar dengan harga yang di tetapkan. Masyarakat harus diberikan pilihan. Kalau operasi pasar berjalan berdasarkan pengalaman, 10.000-15.000 ton per hari terserap," ujar Enggartiasto.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

 

Pedagang Ungkap Penyebab Kenaikan Harga Beras Medium

Kementerian Perdagangan Akan Revitalisasi 1.200 Pasar Tradisional Tahun Ini
Pedagang menata beras dagangannya di PD Pasar Jaya Gondangdia, Jakarta, Jumat (19/1). Kementerian Perdagangan akan merevitalisasi 1.200 pasar tradisional pada 2018. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Ketua Koperasi Beras Cipinang, Zulkifli Rasyid menyatakan, kenaikan harga beras medium dalam beberapa waktu terakhir akibat minimnya stok di pasaran. Pemerintah diminta segera menggelontorkan stok yang dimiliki Perum Bulog.

Dia mengungkapkan, sebelumnya pemerintah mengaku memiliki stok sebanyak 1,5 juta beras medium di gudang-gudang milik Bulog. Di tengah kenaikan harga, seharusnya stok tersebut bisa segera digelontorkan ke pasar.

"Sekarang itu tinggal bagaimana pemerintah mengatasi kekurangan beras medium,” ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat 9 November 2018.

Zulkifli menjelaskan, yang sebenarnya terjadi di lapangan saat ini yaitu para pedagang banyak menerima pesanan beras medium. Padahal stoknya sudah hampir kosong.

Saat ini, para pedagang menyiasati pasokan dengan mencampur antara beras premium seharga Rp 9.500 per kilogram dengan beras menir yang harganya Rp 7.000 per kilogram.

“Itu juga permintaan pembeli, dan harganya Rp 8.500-Rp 8.750 per kg,” ungkap dia.

Sementara itu,‎ Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Jaya, Arief Prasetyo Adi juga membenarkan jika minimnya stok menjadi penyebab kenaikan harga beras medium. Hal ini berkaitan dengan pasokan dari sentra-sentra produksi beras.

"Stok minim karena jumlah panen beras pada akhir tahun ini sedikit meskipun kualitasnya bagus,” jelas dia.

Lantaran jumlah panen sedikit, lanjut dia, harga gabahnya pun melambung. Saat ini, harga gabah untuk beras medium sekitar Rp 5.000 per kg, tidak lagi Rp 3.000 seperti sebelumnya.

"Dengan harga gabah yang melambung berdampak terhadap meroketnya harga beras medium. Untuk sesuai dengan HET agak susah.‎ Untuk menekan harga di pasaran, pemerintah DKI telah meminta kepada Bulog untuk mengguyur pasar dengan beras medium. Di Cipinang itu kebutuhan beras medium 6-7 ribu ton per minggu,” tandas dia.

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya