Jurus KKP Tingkatkan Konsumsi Ikan Generasi Milenial

Milenial Indonesia diharapkan tidak terjebak dan ketergantungan pada makanan cepat saji (junkfood).

oleh Septian Deny diperbarui 25 Nov 2018, 12:10 WIB
Diterbitkan 25 Nov 2018, 12:10 WIB
Semester I 2018, Ekspor Perikanan Alami Peningkatan
Nelayan memindahkan ikan laut hasil tangkapan di Pelabuhan Muara Angke, Jakarta, Kamis (26/10). Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyatakan hasil ekspor perikanan Indonesia menunjukkan peningkatan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus berupaya mendongkrak tingkat konsumsi ikan masyarakat. Salah satunya melalui kampanye Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) dan Seafood Lovers Millennial.

Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP, Rifky Effendi Hardijanto mengatakan, tren konsumsi ikan nasional terus mengalami kenaikan. Data dari KKP, sepanjang 5 tahun terakhir, target konsumsi ikan per kapita per tahun selalu meningkat.

Pada 2014, konsumsi ikan tercatat sebesar 38,14 kg per kapita per tahun, pada 2015 naik menjadi 40,9 kg per kapita per tahun. Kemudian, pada 2016 43,88 kg per kapita per tahun, tahun 2017 sebesar 47,12 kg per kapita per tahun dan tahun 2018 menjadi 50 kg per kapita per tahun.

‎"Sementara, untuk tahun 2019 nanti, target konsumsi perikanan nasional menjadi 54,49 per kapita per tahun," ujar dia di Jakarta, Minggu (24/11/2018).

Meski demikian, kata Rifky, KKP tidak akan berhenti sampai di situ. Pihaknya akan terus mendengungkan akan pentingnya konsumsi ikan. Pasalnya, ikan sangat berperan penting dalam Gerakan Peningkatan Gizi pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (Gerakan 1.000 HPK), di mana dapat mengurangi permasalahan balita stunting dan kurang gizi.

"Dampak dari kurang gizi dapat menyebabkan 'Otak Kosong' bersifat permanen tak terpulihkan yang bermutu sumber daya manusia yang rendah sehingga dapat menjadi beban suatu negara. Karenanya untuk mencegah masalah ini KKP menggagas Seafood Lovers Millennial," jelas dia.

Menurut Rifky, latar belakang digagasnya Seafood Lovers Millennial ini selain ingin membangun budaya makan ikan ke arah yang kekinian alias lebih modern, juga berkaitan dengan bonus demografi Indonesia selama rentang waktu 2020-2035 yang akan mencapai puncaknya pada 2030.

"Kita bisa lihat Jepang, penduduknya pintar dan cerdas karena konsumsi makan ikannya tinggi, kita menginginakan generasi kita pun demikian. ‎Tahun 2030 Indonesia akan dapat bonus demografi dalam bentuk kelompok usia produktif yang mendominasi populasi. Makanya kita harus cetak, generasi emas kita yang sehat dan pintar," kata dia.

Menurut Rifky, ikan dikenal kaya akan kandungan gizi seperti asam lemak omega-3 yang bermanfaat untuk mengembangkan sistem saraf dan otak pada janin. Ini adalah salah satu cara membuat anak cerdas sejak dalam kandungan.

"Kita mengharapkan IQ anak-anak Indonesia itu IQ-nya bisa 110 seperti anak-anak Jepang dan Korea, dimana basisnya adalah protein ikan,” lanjut dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Ketergantungan Junkfood

junkfood-131204b.jpg
junkfood

Melalui Seafood Lovers Millennial, Rifky berharap para generasi muda Indonesia tidak lagi terjebak dan ketergantungan pada makanan cepat saji (junkfood).

"Seperti contoh pemerintah Jepang kini kembali menggerakkan gemar makan ikan, karena masuknya junk food, anak muda di sana juga kini terjebak junkfood. Harapannya generasi muda kita sudah mau beralih makan ikan,” ungkap dia.

KKP akan membuat konsep Seafood Lovers Millennial yang sifatnya siap santap (ready to eat) di mana ikan diolah menjadi produk makanan yang kekinian, seperti dalam bentuk fillet bahkan es krim.

"Poinnya kami ingin jadikan ikan sebagai bahan baku makanan. Agar generasi milenial kian cinta makan ikan," tandas dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya