HARKANNAS 2018, Ajak Kaum Millennial Cinta Makan Ikan

Dalam rangka Hari Ikan Nasional (HARKANNAS) Kementerian Kelautan dan Perikanan mengajak millenial untuk gemar mengkonsimsi ikan dan menjadikan ikan komoditas ekspor unggulan Indonesia.

oleh Chrisensia Oliver Sitio diperbarui 21 Nov 2018, 18:48 WIB
Diterbitkan 21 Nov 2018, 18:48 WIB
HARKANNAS 2018, Ajak Kaum Millennial Cinta Makan Ikan
Dalam rangka Hari Ikan Nasional (HARKANNAS) Kementerian Kelautan dan Perikanan mengajak millenial untuk gemar mengkonsimsi ikan dan menjadikan ikan komoditas Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Hari Ikan Nasional (HARKANNAS) 2018 kembali digelar untuk yang ke -5 kalinya. HARKANNAS sendiri merupakan event tahunan yang diperingati setiap tanggal 21 November, ini tertuang sesuai dengan Keputusan Presiden No. 3 Tahun 2014 tanggal 24 Januari 2014. Untuk HARKANNAS tahun ini, mengangkat tema “Dengan Protein Ikan, Kita Membangun Bangsa”.

Direktur Jenderal Kementrian Kelautan dan Perikanan Rifky Effendi Hardijanto mengatakan bahwa peringatan HARKANNAS 2018 ini ingin dipromosikan lewat media sosial karena penggunaannya yang dianggap sudah sangat menjamur, cepat tepat dan efisien. Selain itu, HARKANNAS kali ini juga mengajak seluruh kaum millennial untuk cinta makan ikan.

“Yang membedakan HARKANNAS tahun ini dengan tahun sebelumnya yaitu kita ingin membangun budaya makan ikan ke arah yang kekinian alias lebih modern.  Makanya kami ingin melibatkan kaum millennial untuk terus menggencarkan dan mempromosikan cinta makan ikan,” tutur Rifky.

Untuk bisa mengakomodir itu, Rifky telah mengagas Seafood Lovers Millennial. Hal tersebut didasari oleh data dari Kementrian Pariwisata, 45% kunjungan wisata di Indonesia baik wisata dari mancanegara maupun domestik adalah wisata kuliner. Padahal hampir seluruh daerah di Indonesia mempunyai makanan khas yang berbahan baku seafood.

Tingkatkan Ekspor

Selain peningkatan membangun konsumsi ikan yang kekinian, yang tidak kalah penting adalah ekspor hasil perikanan. Hal tersebut dapat menambah devisa negara dan menggairahkan ekonomi negara.

Menurut Rifky, ada 3 komoditas produk perikanan yang menjadi primadona ekspor yakni Udang, Tuna dan Patin. Nilai ekspor hingga September 2018, untuk Udang menduduki posisi tertinggi pertama yaitu sebesar USD 1.302,5 juta (37%)  dan kedua Tuna sebesar USD 433,6 juta (12,3%). Nilai ini naik dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2017, dengan kenaikan sebesar 4% untuk Udang dan 21,9% untuk Tuna.

Untuk Patin sendiri, Indonesia baru saja me-launching Patin dengan brand “Indonesian Pangasius – The Better Choice”, yang diluncurkan bersamaan dengan pameran SEAFEX di Dubai pada 30 Oktober 2018 lalu. Harapannya, Patin akan menjadi salah satu komoditas ekspor unggulan yang mampu memanangkan pasar dunia. Pasalnya, Patin atau Indonesian Pangasius ini memiliki keunggulan yang dikembangkan dengan probiotik dan dibudidayakan dalam kolam dengan air tanah yang bersih, dan dengan kepadatan yang lebih rendah dibandingkan negara lain

Branding itu sangat penting. Karena dengan brand itulah kita bisa dikenal oleh dunia. Jadi ketika brand sudah dikenal. Dunia bisa langsung ambil ikan dari kita tidak lewat perantara negara lain. Sehingga secara nilai ekspor perikanan nasional terus meningkat,” ujarnya.

Lebih lanjut, yang tidak kalah dan tetap harus perhatian adalah konsumsi perikanan dalam negeri. HARKANNAS ini juga merupakan momentum untuk memperkuat kerja sama dan membangun koordinasi fungsional yang efektif dengan seluruh komponen pemerintah dan masyarakat dalam rangka menjadikan ikan sebagai salah satu solusi peningkatan gizi masyarakat.

“Ikan merupakan sumber protein yang sangat besar, dengan makan ikan kita bisa lebih sehat dan turut serta dalam mencerdaskan generasi penerus bangsa. Oleh karenanya, kami mengajak seluruh elemen masyarakat bukan sekedar mengkonsumi saja tapi turut serta menggerakan makan ikan menjadi suatu budaya bangsa,” tutur Rifki.

Sementara itu, untuk konsumsi ikan nasional per kapita per tahun trennya selalu naik. Yang mana jika merujuk data sepanjang 5 tahun belakangan, target konsumsi ikan per kapita tahunnya selalu meningkat, tahun 2014 sebesar 38,14 kg (kilogram) per kapita per tahun tahun, 2015 ; 40,9 kg per kapita per tahun tahun, 2016 ; 43,88 kg per kapita per tahun tahun, 2017; 47,12 kg per kapita per tahun tahun, 2018 ; 50 kg per kapita per tahun tahun, sementara untuk tahun 2019 target konsumi perikanan nasional menjadi 54,49 per kapita per tahun tahun.

Hampir pertahunnya target konsumsi ikan nasinal selalu terpenuhi bahkan tidak jarang melebihi target yang ditetapkan. Seperti pada tahun 2015 konsumsi ikan masyarakat mencapai 41,1 kg per kapita per tahun, berhasil melampaui yang ditargetkan sebesar 40,9 kg per kapita per tahun. 

“Ini bukti kalau masyarakat kita sudah mulai sadar akan pentingnya mengkonsumsi ikan bagi kesehatan,” lanjut Rifki.

Rifky menegaskan, pemerintah tidak ingin lagi mendengar adanya kasus gizi ganda (kelebihan dan kekurangan gizi), stunting (bayi lahir pendek) dan lain-lain. Ini, adalah contoh beberapa masalah yang dihadapi bangsa Indonesia yang erat kaitannya dengan pangan dan gizi. Untuk itu, dengan makan ikan diharapkan mampu menjadi solusi atas masalah-masalah seperti itu. Khususnya, dalam mendukung ketersediaan sumber pangan bergizi bagi masyarakat.

“Ikan merupakan komoditas pangan yang mudah didapat di Indonesia, disamping itu harganya juga terjangkau. Dan selain itu juga mempunyai kandungan gizi yang tinggi terutama kandungan protein dan omega 3. Makanya mari budayakan makan ikan,” tegas Rifki.

 

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya