Bangun Kilang Lambat, Kementerian ESDM Dorong Pertamina Gandeng Investor Asing

Pemerintah mendorong PT Pertamina (Persero) memberikan kesempatan kepada investor asing, untuk bekerjasama dalam pembangunan fasilitas pengolahan minyak (kilang).

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 29 Nov 2018, 13:49 WIB
Diterbitkan 29 Nov 2018, 13:49 WIB
ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah mendorong PT Pertamina (Persero) memberikan kesempatan kepada investor asing, untuk bekerjasama dalam pembangunan fasilitas pengolahan minyak (kilang).

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Djoko Siswanto mengatakan, proses pembangunan kilang yang dilakukan Pertamina mel‎ambat. Oleh karena itu, ia mendorong perusahaan energi tersebut membuka kesempatan pihak asing berpartisipasi.

‎"Jalan agak lambat. Kami imbau pertamina membuka selebar-lebarnya kalau ada investasi asing yang akan join untuk kerja sama dengan Pertamina untuk bangun kilangnya," kata Djoko, saat menghadiri Pertamina Energy Forum, di Jakarta, Kamis (29/11/2018).

Menurut ‎Djoko, saat ini tidak perlu mempermasalahkan porsi investor asing dalam pembangunan kilang, bahkan jika ada investor yang siap mengambil porsi 99 persen dalam pembangunan kilang.‎

"Bahkan sampai mungkin sharenya 99 enggak apa-apa disetujui saja," ujar dia.

Djoko mengungkapkan, porsi Pertamina dalam pembangunan kilang sudah tidak menjadi persoalan. Sebab yang menjadi fokus saat ini adalah percepatan pembangunan kilang, sehingga dapat mengurangi impor Bahan Bakar Minyak (BBM).

"Terserah b to b. Misalnya anggarannya Rp 100 triliun, anggaran Rp 100 triliun kalau Pertamina tidak punya Rp 50 triliun misalnya Rp 10 triliun punyanya. Ya sudah 10 persen (Pertamina). Bangun kilang butuh uang," kata dia.

 

Penuhi Kebutuhan Energi, Pertamina Cari Sumber Alternatif

20151007-Ilustrasi Tambang Minyak
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) mencari cara mengoptimalkan penyerapan sumber daya alam Indonesia. Langkah tersebut untuk memenuhi kebutuhan energi ke depan yang terus mengalami pertumbuhan.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati men‎gatakan, permintaan energi Indonesia akan terus meningkat setiap tahunnya, tercatat populasinya naik sekitar 1,24 persen per tahun. Perekonomian juga tumbuh 5,2 sampai 5,3 persen pada 2019 mendatang.

" Seiring dengan meningkatnya hal tersebut, Pertamina memperkirakan permintaan energi juga terus meningkat," kata Nicke, saat menghadiri Pertamina Energy Forum, di Jakarta, Rabu 28 November 2018.Kebutuhan energi dari sektor kelistrikan meningkat 8,15 persen per tahun hingga 2030. Sementara pertumbuhan permintaan energi dari sektor transportasi diproyeksikan sekitar 3,43 persen per tahun.

Pemerintah Indonesia memiliki rencana yang sangat agresif dalam membangun infrastruktur dari 2015 hingga 2019. Pembangunan tersebut mencakup pembangunan jalan baru sepanjang 2.600 kilometer (km), jalan tol sepanjang 1.000 km, 15 lapangan udara, 24 pelabuhan serta rel kereta api baru sepanjang 3.258 km.

"Seluruh pembangunan ini nantinya akan mendorong mobilisasi orang dan barang secara masif, kemudian berujung pada peningkatan kebutuhan energi di masa mendatang,"‎ tuturnya.

Situasi seperti ini tentunya membuka kesempatan besar bagi seluruh pemain energi, termasuk bagi Pertamina. Namun di sisi lain, ada tantangan yang perlu dicari solusinya, dengan mengamankan pasokan energi untuk dapat mengimbangi pertumbuhan populasi, ekonomi, infrastruktur serta permintaan energi tersebut.

Pertamina telah memiliki rencana pengembangan bisnis ke depan dalam rangka mengoptimalkan kekayaan alam Indonesia. Diantarnya Bahan Bakar Nabati (BBN), saat ini Pertamin tengah menjajaki studi pembangunan Green Refinery di Indonesia, yaitu kilang yang khusus mengolah vegetasi seperti sawit, tebu dan lainnya menjadi biofuel.

“Untuk mendukung program pemerintah menurunjan defisit transaksi berjalan, kami berencana memproduksi B20, pengurangan impor BBM dan gas elpiji. Kalau kita bisa kurangi impor 225.000 barrel itu akan sangat membantu program pemerintah tersebut. Sementara untuk B20 kita akan mulai kembangkan proyek green energy di Dumai dan Plaju,” jelas Nicke.

Hal tersebut sedang dibahas Energy Forum (PEF) 2018, dengan tema Unleashing Domestic Resources for Energy Security. Acara ini menjadi wadah para pemangku kepentingan dan masyarakat untuk mendapatkan informasi terkini dan akurat, mengenai upaya Pemerintah dan Pertamina dalam memenuhi kebutuhan energi nasional.

“Dengan tema tersebut, kami ingin mengajak seluruh pihak untuk menilik kembali kekayaan yang sudah tersedia di alam Indonesia, dan bertukar pikiran untuk mengoptimalkannya menjadi sumber energi, demi mencapai cita-cita ketahanan dan kemandirian energi nasional,” tandasnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya