Liputan6.com, Jakarta - Penelitian yang dilakukan oleh situs penyedia lowongan kerja JobStreet.com mengungkap sebuah fakta unik terkait karakter generasi mineral di dunia kerja. Ternyata, besaran gaji tidak selalu manjadi dasar pertimbangan bagi generasi milenial untuk betah di satu tempat kerja.
"HRD itu stres hadapi milenial karena yang dicari bukan gaji. Itu data tarik utama. Tapi kalau tidak challenge (mereka akan pindah)," kata Country Manager JobStreet.com, Faridah Lim, di Jakarta, Kamis (13/12/2018).
Hal yang justru dicari milenial adalah pengalaman serta kenyaman dalam bekerja. Generasi milenial bisa saja bertahan di suatu tempat kerja yang menurutnya nyaman meskipun gaji yang dia terima tak begitu besar.
Advertisement
Baca Juga
"Kalau dapat gaji yang besar tapi kalau monoton, tidak nyaman, tidak fleksibel, itu juga membuat mereka tidak lama," jelas dia.
Dia menambahkan, saat ini sebagian besar pekerja dengan status fresh graduate masih menerima gaji dengan standar UMR. Beberapa bisa memperoleh gaji yang lebih tinggi, dengan catatan pekerja yang bersangkutan memiliki skill dan kemampuan khusus yang dibutuhkan perusahaan.
"Dari sisi perusahaan sudah sangat comply dengan UMR pemerintah. Jika entry untuk umum maka gaji masih sebatas UMR, yang memiliki skill general. Jika punya skill khusus, misalnya programmer, dari universitas terkemuka itu bisa tinggi. Yang berkemampuan generik itu misalnya Rp 4 juta. Yang mempunyai ketrampilan khusus bisa Rp 7 juta," tandasnya.
Reporter: Wilfridus Setu Embu
Sumber: Merdeka.com
Hati-hati Generasi Milenial, Kesalahan Ini Bisa Bikin Gagal Berbisnis
Generasi milenial adalah sebutan yang paling ‘pas’ bagi yang hidup pada era maraknya penggunaan teknologi canggih seperti sekarang. Hampir seluruh aktivitas bisa dijajaki dengan bantuan teknologi, tak terkecuali soal merintis usaha.
Dengan kemampuan dalam menguasai teknologi dan kerja keras, kesuksesan dalam menjalankan usaha akan datang dengan sendirinya. Namun, yang namanya kesalahan dalam menjalankan usaha sering kali menimpa kaum milenial.
BACA JUGA
Akibatnya, laju perkembangan usaha pun terganggu. Agar masalah tersebut tidak berdampak buruk pada usaha, milenial perlu menghindari kesalahan-kesalahan dalam berbisnis sebagai berikut, seperti dikutip dari Cermati.com.
1. Kurang Bijak saat Menjual Produk
Sukses atau tidaknya usaha yang dirintis sangat tergantung pada jenis produk yang diperdagangkan. Usahakan untuk lebih lihai melakukan riset pasar guna mengetahui jenis produk yang paling banyak diminati konsumen.
Setelah itu, perhatikan jumlah pesaing yang ada di sekeliling. Apabila jumlah pesaing sudah sangat banyak, itu berarti Anda harus lebih bijak dalam menjual produk.
Gunakan bantuan teknologi untuk menjajakan produk yang dijual. Kalau perlu, bergabunglah ke sebuah platform jual-beli online untuk mendorong tingkat penjualan.
2. Kemampuan Manajemen yang Masih Minim
Menjalankan usaha tidak pernah lepas dari namanya manajemen. Manajemen di sini tidak hanya distribusi dan pemasaran, tapi juga keuangan.
Tingkat manajemen yang masih rendah akan berdampak negatif pada kelangsungan usaha. Kalau tidak segera diperbaiki, usaha yang Anda geluti pun lambat laun akan menuai kerugian, bahkan gulung tikar.
Tidak ada salahnya untuk mengikuti beberapa pelatihan ataupun seminar untuk menambah wawasan mengenai cara memanajemen usaha. Ilmu yang didapat sebaiknya dipraktikkan langsung pada usaha yang telah dirintis untuk membuktikan apakah manajemen itu tepat sasaran atau tidak.
3. Melupakan Target yang Ingin Dicapai
Target adalah tolok ukur kesuksesan yang ingin dicapai saat melakukan sesuatu. Manajemen yang bagus sekalipun akan terasa sia-sia jika usaha yang dirintis tidak memiliki target yang jelas.
Sebab Anda tidak tahu apa yang akan dicapai dan bagaimana cara mencapai hal tersebut. Cakupan target yang dipasang dalam merintis usaha sangatlah sederhana, tapi luas.
Misalnya, menentukan omzet penjualan dalam satu hari ataupun satu bulan. Dengan demikian, Anda bisa mengukur sejauh mana tingkat pencapaian yang sudah diraih.
Selain canggih, gaya hidup generasi milenial juga bisa dibilang cukup “wah”. Banyak generasi milenial yang mementingkan kemewahan daripada kesederhanaan. Keuntungan yang didapat pun tidak lagi dipakai untuk mengembangkan usaha, tetapi untuk bersenang-senang.
Sebelum terlambat, berubahlah dari sekarang. Ubah kebiasaan hidup di balik selimut kemewahan menjadi lebih sederhana dan apa adanya. Budayakan menabung karena menabung itu banyak manfaatnya.
5. Terlalu Konservatif dalam Memilih Instrumen Investasi
Laju pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat dijadikan sebagai momen paling pas untuk menggeluti dunia investasi. Inilah yang dilakukan anak-anak milenial sekarang.
Saking antusiasnya berinvestasi, generasi milenial jadi sering terjebak kasus investasi bodong yang akhirnya merugikan diri sendiri. Boleh saja untuk terjun ke dunia investasi, tapi perhatikan ke mana arus kas yang dimiliki akan diinvestasikan.
Pilih instrumen investasi dengan teliti dan sesuai kebutuhan. Perlu diperhatikan, yang tidak kalah penting adalah jangan terlalu konservatif dan terlalu berani mengambil risiko, apalagi jika Anda belum mahir di bidang investasi.
Advertisement