Suku Bunga Acuan BI Bakal Tetap

Bank Indonesia (BI) diperkirakan mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7 day reverse repo rate sebesar 6 persen.

oleh Agustina Melani diperbarui 20 Des 2018, 10:31 WIB
Diterbitkan 20 Des 2018, 10:31 WIB
Suku Bank Bank
Ilustrasi Foto Suku Bunga (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) diperkirakan mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7 day reverse repo rate sebesar 6 persen. Hal ini didorong sentimen eksternal dan internal.

Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede menuturkan, bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) sesuai perkiraan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 2,25 persen-2,5 persen pada pertemuan FOMC Desember 2018.

Hal tersebut mempertimbangkan solidnya ekonomi Amerika Serikat pada 2018 secara khusus penciptaan lapangan kerja di sektor riil yang akan tetap mendukung tingkat pengangguran rendah dalam jangka pendek meski inflasi melandai.

"The Fed juga menurunkan harapkan kenaikan suku bunga tahun depan dari tiga kali dengan besaran 25 basis poin menjadi dua kali dengan besaran 25 basis poin. Ini mempertimbangkan harapan perlambatan ekonomi AS dan global pada 2019," ujar Josua saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (20/12/2018).

Selain itu, menurut Josua juga mempertimbangkan global dalam jangka pendek yang diperkirakan tidak merata dan justru proyeksi pertumbuhan negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, dan kawasan Euro yang melambat pada 2019 sehingga turut mempengaruhi pergerakan volume perdagangan global yang selanjutnya membuat beberapa harga komoditas global terkoreksi dalam beberapa waktu terakhir ini.

"Turunnya harga komoditas khususnya harga minyak dunia yang saat ini di bawah level USD 50 per barel memberikan ruang penguatan terhadap mata uang negara berkembang termasuk rupiah yang saat ini berada di kisaran 14.400-14.550 per dolar AS," kata dia.

Ia menambahkan, inflasi juga diperkirakan terkendali di kisaran 3,5 persen plus minus satu persen pada 2018 dan 2019. Ini seiring harapan harga komoditas global yang laju pertumbuhannya akan turun pada 2019.

Dengan melihat kondisi tersebut, Josua perkirakan suku bunga acuan tetap di level enam persen pada rapat dewan gubernur (RDG) Desember 2018.

“Namun demikian, stance kebijakan moneter yang ketat diperkirakan masih akan bertahan hingga tahun depan terutama mengantisipasi potensi risiko global secara khusus dari kebijakan tarif impor AS terhadap produk Tiongkok yang masih berlangsung hingga tahun depan,” kata dia.

Hal senada dikatakan VP Sales and Distribution PT Ashmore Asset Management Indonesia, Angganata Sebastian. Ia menuturkan, berdasarkan konsensus hingga kini, BI akan tetap pertahankan suku bunga 6 persen.

Namun, ia melihat kemungkinan suku bunga acuan dapat naik bila ada dampak signifikan dari kenaikan suku bunga the Fed terhadap mata uang rupiah. Angganata perkirakan potensi suku bunga acuan naik maksimal 25 basis poin.

 

BI Bakal Naikkan Suku Bunga lagi pada 2019

Suku Bunga
Ilustrasi Foto Suku Bunga (iStockphoto)

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) diprediksi masih menaikkan suku bunga acuan pada 2019. Hal tersebut didorong oleh kenaikan suku bunga Bank Sentral AS atau the Fed yang juga masih akan menaikkan bunga acuan di tahun depan.

Chief Economist PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Anton Gunawan mengatakan, pada tahun depan penyesuaian BI masih akan menyesuaikan suku bunga acuan sebanyak dua kali dengan masing-masing sebesar 25 basis poin menjadi 6,5 persen.

Sebagai informasi, sepanjang tahun 2018 BI telah menaikkan suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate sebanyak 175 bps yaitu pada Mei Juni, Agustus dan November. Saat ini suku bunga acuan BI berada di level 6 persen.

"Dengan The Fed Rate masih akan naik lagi 2019, kami lihat Bank Indonesia akan naikkan dua kali lagi, jadi 6,5 persen. Tapi kalau di sana (The Fed) naiknya hanya 1 hingga 2 kali, bisa saja (suku bunga acuan) naiknya tidak sampai dua kali," kata Anton di Plaza Mandiri Jakarta, Rabu 12 Desember 2018.

Anton mengatakan, hingga saat ini bank Indonesia dinilai masih terus berada dipasar untuk intervensi pasar guna menjaga stabilitas inflasi. BI dipercaya akan selalu menjalankan kebijakan yang bersifat pre-emtive, front loading, dan ahead of the curve.

Sementara untuk inflasi, kata Anton, pihaknya memprediksi inflasi akan berada di kisaran 4 persen. “Selain itu tentu Bank Indonesia menjaga inflasi, inflasi walau ada kecenderungan lemah tetap terjaga di rangepemerintah ke arah kurang lebih 4 persen,” tandas Anton.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 14-15 November 2018 memutuskan untuk menaikkan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 6 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 5,25 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,75 persen.

Keputusan tersebut sebagai langkah lanjutan Bank Indonesia untuk memperkuat upaya menurunkan defisit transaksi berjalan ke dalam batas yang aman. Kenaikan suku bunga kebijakan tersebut juga untuk memperkuat daya tarik aset keuangan domestik dengan mengantisipasi kenaikan suku bunga global dalam beberapa bulan ke depan.

Untuk meningkatkan fleksibilitas dan distribusi likuiditas di perbankan, Bank Indonesia menaikkan porsi pemenuhan GWM Rupiah Rerata (konvensional dan syariah) dari 2 persen menjadi 3 persen serta meningkatkan rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial/PLM (konvensional dan syariah) yang dapat direpokan ke Bank Indonesia dari 2 persen menjadi 4 persen, masing-masing dari Dana Pihak Ketiga (DPK).

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya