Liputan6.com, New York - Menyambut akhir pekan ini, harga emas menguat didorong dolar Amerika Serikat (AS) dan bursa saham AS atau wall street yang tertekan.
Harga emas untuk pengiriman Februari naik USD 2,10 atau 0,2 persen ke posisi USD 1.289,50 per ounce. Pada pekan ini, harga emas naik 0,3 persen tetapi gagal meraih level psikologis USD 1.300 per ounce.
Direktur pelaksana RBC Wealth Management, George Gero menuturkan, pelaku pasar mengharapkan harg a emas ke posisi USD 1.300 segera. Ini mengingat wall street yang tertekan dan pembelian emas baru-baru ini oleh bank sentral China dan Rusia untuk menopang mata uangnya.
Advertisement
Baca Juga
"Selain itu menambah dukungan lebih lanjut untuk emas yaitu the Federal Reserve tidak terburu-buru menaikkan suku bunga akrena pelaku pasar melihat sulitnya menyelesaikan penutupan pemerintahan AS, masalah Brexit meningkat dan tarif perang dagang,” ujar dia, seperti dikutip dari laman Marketwatch, Sabtu (12/1/2019).
Ia menuturkan, harga emas dapat mencapai USD 1.300 untuk kontrak Februari bisa menjadi kabar baik. Gero menunjukkan kontrak harga emas untuk April merupakan kontrak paling aktif kedua dan diperdagangkan lebih tinggi USD 6 dari kontrak Februari. Harga emas untuk April menyentuh level tertinggi USD 1.302,10 pada Jumat pekan ini.
Analis menuturkan, pergerakan dolar AS juga masih menjadi faktor terbesar untuk emas. Indeks dolar AS hanya naik tipis kurang dari 0,1 persen meski secara mingguan melemah 0,6 persen juga membayangi gerak harga emas.
"Kami terus mengharapkan dolar AS menurun karena harapan kenaikan suku bunga the Federal Reserve berkurang," ujar Fawad Razaqzada, Analis Forex.com.
"Terlebih lagi kami pikir ada peluang bagus untuk pasar saham akan berjuang pada 2019. Ini karena perusahaan mungkin berjuang untuk mempertahankan tingkat keuntungan yang sama dengan kita lihat selama bertahun karena kelemahan baru-baru ini yang mencakup kondisi ekonomi di seluruh dunia,” ia menambahkan.
Harga Logam Lainnya
Adapun dolar AS telah melemah pada Januari di tengah harapan the Federal Reserve akan kurang agresif dari yang diperkirakan sebelumnya dalam kebijakan moneter. Dolar AS yang lemah dapat menjadi dampak positif untuk komoditas.
Hal itu terutama tak berdenominasi dolar AS karena menjadikannya lebih murah untuk pembeli yang menggunakan mata uang lain.
Selain itu, pada Kamis pekan ini, pimpinan the Federal Reserve Jerome Powell kembali menekankan kalau bank sentral fleksibel dan sabar untuk mengubah kebijakan moneter jika prospek ekonomi memburuk.
Dia menuturkan, perkiraan kenaikan suku bunga sebanyak dua kali pada 2019 dengan syarat prospek yang sangat kuat.
Direktur Aberdeen Standard Investments, Maxwell Gold menuturkan, harga emas akan berada di kisaran USD 1.275-USD 1.325 pada 2019 yang dipengaruhi keputusan the Federal Reserve. Bank sentral AS diperkirakan hanya menaikkan sekali suku bunga pada 2019 dengan didorong kenaikan inflasi inti dan kekuatan pasar tenaga kerja yang terus menerus.
Ia juga menilai, harga emas dapat sentuh USD 1.425 dengan catatan inflasi menguat. Apalagi the Federal Reserve juga menghentikan normalisasi suku bunga.
Adapun harga emas dapat sentuh USD 1.100 jika the Federal Reserve menaikkan suku bunga sebanyak dua hingga tiga kali selama 2019. Hal tersebut dapat memperkuat dolar AS.
Sementara itu, harga logam lainnya yaitu harga perak naik kurang dari 0,1 persen ke posisi USD 15.656 per ounce. Selama sepekan, harga perak susut 0,8 persen.
Harga tembaga menguat 0,9 persen menjadi USD 2.662 perpound. Harga platinum melemah satu persen menjadi USD 818 per ounce. Harga palladium naik 0,4 persen menjadi USD 1.278,70 per ounce.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement