Kebijakan Pelonggaran Likuiditas Bank Sentral China Pernah Dijalankan BI

Upaya pelonggaran likuiditas yang dilakukan Bank Sentral China adalah suatu kewajaran.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Jan 2019, 17:32 WIB
Diterbitkan 18 Jan 2019, 17:32 WIB
BI Tahan Suku Bunga Acuan
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menggelar konferensi pers di Jakarta, Kamis (17/1). Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Januari 2019 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 6 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo angkat suara terkait kebijakan Bank Sentral China (PBOC) yang berencana menyuntikkan likuiditas ke perbankan sebesar 560 miliar yuan atau USD 83 miliar. Menurutnya, upaya itu tersebut dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Bank Sentral China.

"Jadi begini ya PBOC atau bank sentral di Tiongkok itu juga menganut bauran kebijakan. Di satu sisi bagaimana stabilitas mata uang yen dan di sisi lain juga bagaimana mengendorkan likuiditasnya di dalam negeri," kata Perry saat ditemui di Kompleks Masjid BI, Jakarta, Jumat (18/1/2019).

"Kalau kita lihat kan Tiongkok, ingin menjaga juga tidaknya stabilitas eksternalnya termasuk dampak dari ketegangan, tapi juga bagaimana tetap ekonominya tumbuh," tambahnya.

Perry memandang, upaya pelonggaran likuiditas yang dilakukan Bank Sentral China adalah suatu kewajaran. Sebab, dirinya menilai proyeksi pertumbuhan ekonomi negeri tirai bambu tersebut berada di bawah perkiraan. Sehingga, langkah tersebut cukup tepat untuk dilakukan.

"Perkiraan kami memang ada risiko ekonomi Tiongkok yang semula bisa diperkirakan tumbuh 6,5 persen tahun ini. Ada risiko-risiko turun menjadi 6,2 persen, makanya Bank Sentral Tiongkok melakukan langkah-langkah bauran kebijakan tadi itu yang mereka lakukan," jelasnya.

Perry mengatakan, sebetulnya kondisi yang terjadi pada Bank Sentral China tidak berbeda jauh yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Di mana, Bank Indonesia juga sempat melakukan beberapa upaya pelonggaran likuiditas untuk mengerek pertumbuhan ekonomi.

"Karena ingin juga mensupport perbaikan ekonomi seperti dikita, suku bunga kita tetep hawkish, preemtive dan forward looking untuk stabilitas eksternal. Tapi bukan berarti stance kebijakan kita likuiditas ketat. Sebab likuiditas kita longgar ya kita sudah melonggarkan tahun lalu seperti, penyangga likuiditasmakroprudensial. Kita dalam operasi moneter juga melakukan ekspansi di samping kontraksi," jelasnya.

"Jdi secara klausal, kita pastikan bahwa likuiditas di pasar maupun diperbankan baik rupiah maupun valas itu itu berjalan sama, juga di Tiongkok di satu sisi harus menjaga stabilitas dari mata uang yen," sambung Perry.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Suntik Dana Tunai

Menkeu Sri Mulyani Raker Dengan Komisi XI Bahas Perekonomian 2019
Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengikuti rapat kerja bersama Komisi XI, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (16/1). Rapat kerja beragendakan membahas perekonomian tahun 2019.( Liputan6.com/JohanTallo)

Seperti diketahui, Bank Sentral China (PBOC) secara bertahap telah memandu stabilisasi biaya pinjaman tanpa memangkas suku bunga pinjaman antar bank, salah satunya dengan menyuntikkan uang tunai untuk kebutuhan perbankan.

PBOC menyuntikkan likuiditas ke perbankan sebesar 560 miliar yuan atau USD 83 miliar pada pertengahan pekan ini. Hal tersebut merupakan injeksi tunai terbesar melalui skema reverse repo sebagai upaya PBOC melonggarkan kebijakan ekonomi di tengah perlambatan ekonomi.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya