BI: Modal Asing Masuk RI Tembus USD 1,9 Miliar di Desember

Kondisi neraca perdagangan Indonesia pada Desember 2018 masih mencatat defisit meski aliran masuk modal asing terus masuk.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Jan 2019, 18:28 WIB
Diterbitkan 17 Jan 2019, 18:28 WIB
Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia Gratis, Ini Syaratnya
Ilustrasi Modal Asing. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) mencatat arus masuk modal asing (capital inflow) cukup deras selama Desember 2018. Aliran masuk modal asing pada Desember 2018 mencapai USD 1,9 miliar.

"Dan berlanjut pada Januari 2019," kata Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo di Jakarta, Kamis (17/1/2019).

Namun, kondisi neraca perdagangan Indonesia pada Desember 2018 masih mencatat defisit meski aliran masuk modal asing terus masuk.

"Defisit neraca perdagangan tercatat sebesar USD 1,1 miliar dipengaruhi penurunan kinerja ekspor, khususnya ekspor nonmigas akibat kondisi global yang kurang kondusif," jelas dia.

Kendati demikian, dia menyebutkan saat ini posisi cadangan devisa (cadev) pada akhir Desember 2018 cukup tinggi sebesar USD 120,7 miliar, atau setara dengan pembiayaan 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

"Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah guna memperkuat ketahanan sektor eksternal, termasuk pengendalian defisit transaksi berjalan pada 2019 menuju kisaran 2,5 persen dari PDB," dia menandaskan.

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

Impor Minyak Mentah Jadi Penyebab Utama Defisit Neraca Perdagangan

20161025-Bea-Cukai-Kembangkan-ISRM-untuk-Pangkas-Dwelling-Time-Jakarta-IA
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (25/10). Kebijakan ISRM diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pelayanan dan efektifitas pengawasan dalam proses ekspor-impor. (Liputan6.com/Immaniel Antonius)

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia sepanjang 2018 mengalami defisit sebesar USD 8,57 miliar. Angka defisit tersebut terbesar sejak tahun 1975.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Daerah Penghasil Migas Andang Bachtiar mengatakan, defisit neraca perdagangan Indonesia kali ini disebabkan oleh tingginya impor minyak mentah dan Bahan Bakar Minyak (BBM). Hal ini seiring dengan meningkatnya permintaan BBM dalam negeri dan semakin turunnya produksi minyak mentah.

"Nilai impor minyak Indonesia meningkat dari USD 24,3 miliar pada 2017 menjadi USD 29,8 miliar pada 2018. Meningkatnya impor minyak mentah dan BBM menjadi penyebab utama defisit neraca perdagangan yang terburuk sepanjang berdirinya republik," kata Andang dalam diskusi publik Outlook Energi dan Pertambangan Indonesia 2019, di Kawasan Cikini, Jakarta, Kamis (17/1/2019).

Pemerintah perlu dengan serius mengatasi defisit neraca perdagangan, terutama menekan laju impor. Sebab dia menilai, impor minyak Indonesia pada 2025 diproyeksikan dapat meningkat tiga kali lipat dibandingkan saat ini.

"Jadi ini pekerjaan rumah besar karena impor minyak kita 2025 dalam rencana energi nasional tiga kali lipat dari yang sekarang impor kita," imbuhnya.

Dia berharap dengan berbagai kebijakan pemerintah saat ini, termasuk impementasi penerapan biodisel atau B20 dapat menekan impor. "Tapi harus terus menerus kita kawal kita teriakkan ini bagian yang mencederai dari makro ekonomi kita," pungkasnya.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya