BI Beli Surat Berharga Negara Rp 70,7 Triliun hingga 18 Maret 2025

Pembelian surat berharga oleh Bank Indonesia dari pasar sekunder dikeluarkan sebesar Rp 47,31 triliun. Sementara pada pasar primer dalam bentuk Surat Perbendaharaan Negara sebesar Rp 23,43 triliun.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana Diperbarui 19 Mar 2025, 17:00 WIB
Diterbitkan 19 Mar 2025, 17:00 WIB
BI Kembali Pertahankan Suku Bunga Acuan di 5 Persen
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo bersiap menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RGD) Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (19/12/2019). RDG tersebut, BI memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) sebesar 5 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia telah membeli surat berharga negara (SBN) yang diterbitkan pemerintah senilai Rp 70,74 triliun di sepanjang tahun ini hingga 18 Maret 2025.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, pembelian surat utang pemerintah dari pasar sekunder ini bertujuan untuk memperkuat operasi moneter. Sekaligus mencerminkan sinergi erat antara kebijakan moneter dan kebijakan fiskal pemerintah.

"Selama tahun 2025 hingga 18 Maret 2025, Bank Indonesia telah membeli SBN sebesar Rp 70,74 triliun," ujar Perry dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, Rabu (19/3/2025).

Dari jumlah tersebut, pembelian dari pasar sekunder dikeluarkan sebesar Rp 47,31 triliun. Sementara pada pasar primer dalam bentuk Surat Perbendaharaan Negara sebesar Rp 23,43 triliun.

"Ke depan, berbagai instrumen yang telah diterbitkan akan dioptimalkan guna terus memperkuat ketahanan eksternal ekonomi Indonesia dan meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter," imbuh Perry.

Terpisah, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga mengklaim bahwa surat utang negara (SUN) laku keras dalam sesi lelang pada Selasa (18/3/2025) kemarin. Tercermin dari jumlah penawaran masuk (incoming bid) sebesar Rp 61,75 triliun, lebih tinggi dua kali lipat lebih dari target indikatif Rp 26 triliun.

"Jadi Kementerian Keuangan target dari lelang ini Rp 26 triliun. Namun tawaran yang masuk Rp 61,75 triliun, atau 2,38 kali lipat," ujar Sri Mulyani dalam sesi konferensi pers di Kantor Pusat DJP, Jakarta, beberapa waktu lalu.

 

Promosi 1

Pede Investor Percaya Pemerintah

Sri Mulyani Indrawati membantah dirinya akan mundur dari Menteri Keuangan
Sri Mulyani Indrawati membantah dirinya akan mundur dari Menteri Keuangan... Selengkapnya

Sri Mulyani pede, penawaran masuk pada surat utang negara ini menggambarkan investor yang tetap percaya terhadap pemerintah dalam mengelola anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).

"Penawaran yang masuk sangat kuat. Artinya kepercayaan investor masih kuat terhadap pemerintah dan APBN. Jadi, kepercayaan investor tergambarkan dari incoming bid baik, Rp 61,75 triliun," kata dia seraya menegaskan kembali.

Kepercayaan itu turut dilandasi penawaran yang dilakukan oleh investor asing yang mencapai Rp 13,95 triliun, atau sekitar 22,59 persen dari Rp 61,75 triliun.

Dari total Rp 61,75 triliun incoming bid, Kementerian Keuangan memenangkan dana sebesar Rp 28 triliun. "Artinya di atas indikatif target yang kita tetapkan (Rp 26 triliun)," imbuh Sri Mulyani.

"Dari Rp 28 triliun tadi, komposisi investor asing yang memenangkan penawaran mencapai Rp 5,38 triliun. Artinya, 19,04 persen dari total awarded dimenangkan oleh asing," terang dia.

 

Imbal Hasil Baik

Lebih lanjut, Sri Mulyani mengutarakan, tingkat imbal hasil atau yield yang dicapai dalam lelang surat utang negara kali ini relatif baik. Artinya, pemerintah tidak perlu harus memberikan premi atau tambahan imbal hasil untuk bisa menarik investor.

"Imbal hasil yang dicapai melalui penawaran hari ini mencapai level yang baik. Tingkat yield yang diberikan dalam lelang ini sama dengan yang di secondary market," ucap dia.

Berikut rincian awarded bid beserta yield untuk masing-masing seri/tenor:

  • SPN tenor 12 bulan (Rp 2,00 triliun): 6,25000 persen
  • FR0104 tenor 5 tahun (Rp 12,70 triliun): 6,70023 persen
  • FR0103 tenor 10 tahun (Rp 7,15 triliun): 7,01985 persen
  • FR0106 tenor 15 tahun (Rp 1,75 triliun): 7,03713 persen
  • FR0107 tenor 20 tahun (Rp 4,10 triliun): 7,07804 persen
  • FR0105 tenor 40 tahun (Rp 300 miliar): 7,10892 persen.
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya