BI Tahan Suku Bunga, Darmin Sebut Situasi Ekonomi RI Jauh Lebih Tenang

Situasi ekonomi Indonesia saat ini sudah mulai stabil setelah diguncang berbagai faktor internal dan eksternal beberapa bulan belakangan.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Jan 2019, 20:33 WIB
Diterbitkan 17 Jan 2019, 20:33 WIB
(Foto: Merdeka.com/Dwi Aditya Putra)
Kuliah umum oleh Menko Bidang Perekonomian Darmin Nasution (Foto:Merdeka.com/Dwi Aditya Putra)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan kebijakan Bank Indonesia (BI) untuk menahan suku bunga acuan 6 persen bulan ini sesuai dengan kondisi saat ini.

Situasi ekonomi Indonesia saat ini sudah mulai stabil setelah diguncang berbagai faktor internal dan eksternal beberapa bulan belakangan.

"Itu bisa gampang indikatornya kalau kalian lihat. Angkanya seperti apa, paling tidak kursnya tidak melemah, arahnya. Sehingga situasinya jauh lebih tenang," ujar Menko Darmin saat ditemui di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (17/1/2019).

Dia mengatakan, ditahannya suku bunga acuan bank sentral juga dipengaruhi Amerika Serikat. Negara Paman Sam tersebut memberi sinyal akan lebih bersabar dalam menaikkan suku bunga. Faktor lain adalah capital inflow (arus modal) yang mulai masuk ke dalam negeri.

"Ya iya orang Amerika juga tidak bergerak kenapa jadi pusing, ialah. Dan, capital inflow kan jalan," jelasnya.

Mantan Direktur Jenderal Pajak tersebut menambahkan, pemerintah saat ini mulai mencari kebijakan baru untuk mendongkrak ekspor Indonesia yang mengalami pelemahan tahun lalu. "Kita sudah mulai bisa menyusun kebijakan-kebijakan yang akan dilakukan untuk ekspor."

Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan Januari 2019 Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan Bank Indonesia (BI) 7-day Reverse Repo Rate atau suku bunga acuan pada angka 6 persen. Bank Indonesia juga menahan suku bunga Deposit Facility pada angka 5,25 persen dan Lending Facility 6,75 persen.

"Rapat Dewan Gubernur BI pada 16-17 Januari 2019 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day repo" ujar Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo di Kantor BI, Jakarta, Kamis (17/1).

Perry menjelaskan keputusan tersebut sejalan dengan upaya pemerintah menurunkan defisit transaksi berjalan atau Current Account Defisit (CAD) ke dalam batas yang aman.

"Dan mempertahankan daya tarik aset keuangan domestik," ujarnya.

Bank Indonesia juga terus menempuh strategi operasi moneter untuk menjaga kecukupan likuiditas, baik di pasar Rupiah maupun pasar valas (valuta asing) sehingga dapat mendukung terjaganya stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan.

"Ke depan, Bank Indonesia akan terus mengoptimalkan bauran kebijakan dan memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk menjaga stabilitas ekonomi dan memperkuat pertahanan eksternal termasuk untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan sehingga turun menuju ke kisaran 2,5 persen terhadap PDB pada tahun 2019," tutupnya.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

BI Tahan Bunga Acuan di Level 6 Persen

BI Tahan Suku Bunga Acuan
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menggelar konferensi pers di Jakarta, Kamis (17/1). Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Januari 2019 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 6 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang berlangsung pada 16-17 Januari 2019 memutuskan untuk menahan Bank Indonesia (BI) 7-day Reverse Repo Rate atau suku bunga acuan pada angka 6 persen. BI juga menahan suku bunga Deposit Facility pada angka 5,25 persen dan Lending Facility 6,75 persen.

"Rapat Dewan Gubernur BI pada 16-17 Januari 2019 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day repo" ujar Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, di Kantor BI, Jakarta, Kamis (17/1/2019).

Perry menjelaskan keputusan tersebut sejalan dengan upaya menurunkan defisit transaksi berjalan atau Current Account Defisit (CAD) ke dalam batas yang aman. "Dan mempertahankan daya tarik aset keuangan domestik," ujarnya.

Bank Indonesia juga terus menempuh strategi operasi moneter untuk menjaga kecukupan likuiditas, baik di pasar rupiah maupun pasar valas (valuta asing) sehingga dapat mendukung terjaganya stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan.

"Ke depan, BI akan terus mengoptimalkan bauran kebijakan dan memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk menjaga stabilitas ekonomi dan memperkuat pertahanan eksternal termasuk untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan sehingga turun menuju ke kisaran 2,5 persen terhadap PDB pada tahun 2019," tutupnya.

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya