BI: Pertumbuhan Ekonomi Negara Maju dan Berkembang Melambat di 2019

Kkondisi tersebut juga dipengaruhi oleh stance kebijakan moneter The Fed AS lebih dovish dan diprakirakan menurunkan kecepatan kenaikan suku bunga Fed Fund Rate (FFR).

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Jan 2019, 17:51 WIB
Diterbitkan 17 Jan 2019, 17:51 WIB
BI Tahan Suku Bunga Acuan
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menggelar konferensi pers di Jakarta, Kamis (17/1). Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Januari 2019 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 6 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)
Liputan6.com, Jakarta Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengatakan pertumbuhan ekonomi dunia melandai, baik negara maju maupun berkembang. Namun ketidakpastian pasar keuangan sedikit mereda.
 
"Pertumbuhan ekonomi AS 2019 diprakirakan melambat akibat pasar tenaga kerja yang semakin ketat dan dukungan fiskal yang terbatas," kata Perry di kantornya, Kamis (17/1/2019).
 
 
Dia menyebutkan, kondisi tersebut juga dipengaruhi kebijakan moneter Bank Sentral (The Fed) Amerika Serikat (AS) lebih dovish dan diperkirakan menurunkan kecepatan kenaikan suku bunga Fed Fund Rate (FFR).
 
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Eropa diprediksi juga melambat pada 2019 sehingga dapat pula memengaruhi kecepatan normalisasi kebijakan moneter bank sentral Eropa (ECB).
 
"Di negara berkembang, pertumbuhan ekonomi Tiongkok terus melambat dipengaruhi oleh melemahnya konsumsi dan ekspor neto antara lain akibat ketegangan hubungan dagang dengan AS dan dampak proses deleveraging yang masih berlanjut," ujarnya.
 
Sejalan dengan prospek pertumbuhan ekonomi dunia itu, harga komoditas global diperkirakan menurun. Ini termasuk harga minyak dunia akibat peningkatan pasokan dari AS.
 
Sementara itu, ketidakpastian pasar keuangan sedikit mereda dan mendorong aliran modal ke negara berkembang sejalan dengan lebih rendahnya perkiraan kecepatan kenaikan FFR dan berkurangnya eskalasi ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok.
 
 
 
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com

Ekonomi Indonesia

Dengan kondisi tersebut, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia  tetap kuat ditopang permintaan domestik.
 
"Berbagai indikator pertumbuhan ekonomi triwulan IV-2018 menunjukkan permintaan domestik tetap kuat ditopang oleh konsumsi, baik konsumsi swasta maupun konsumsi Pemerintah," ujarnya.
 
Konsumsi swasta diprakirakan tetap baik seiring terjaganya daya beli dan keyakinan konsumen serta dampak positif persiapan pemilu. Konsumsi pemerintah tumbuh kuat ditopang belanja barang dan bantuan sosial.
 
Namun demikian, ekspor diperkirakan masih terbatas dipengaruhi pertumbuhan ekonomi dunia yang melandai dan harga komoditas ekspor Indonesia yang menurun.
 
Sementara itu, impor mulai menurun sejalan dengan kebijakan yang ditempuh, meskipun masih tumbuh tinggi untuk memenuhi permintaan domestik.
 
"Ke depan, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2019 tetap baik yakni pada kisaran 5,0-5,4 persen, ditopang oleh terjaganya permintaan domestik dan membaiknya ekspor neto," tutupnya.
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya