Alasan Milenial Ingin Pindah Kerja dalam 2 Tahun

Survei terbaru menunjukkan para milenial siap pindah kerja dalam 2 tahun ke depan.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 29 Jan 2019, 08:40 WIB
Diterbitkan 29 Jan 2019, 08:40 WIB
Ilustrasi Generasi Milenial (iStockphoto)
Generasi Milenial Tidak Menyadari Bahwa Masalah Kesehatan Tengah Mengintai Mereka Gara-gara Kebiasaan Buruk yang Mereka Kerjakan (Ilustrasi/iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Budaya kerja sudah berbeda dari dulu. Zaman sekarang para pencari kerja mendapat akses lebih luas dalam menemukan kesempatan baru jika mereka kurang puas pada pekerjaan mereka.

Survei milenial tahunan Deloitte menemukan bahwa 43 persen pegawai milenial berencana meninggalkan pekerjaan mereka saat ini pada hitungan 2 tahun ke depan.

Bahkan, 61 persen generasi Z ingin meninggalkan pekerjaan mereka dalam dua tahun ke depan. Sebagai informasi Deloitte menyebut milenial sebagai mereka yang lahir pada tahun 1983 dan 1994, dan generasi Z lahir antar 1995 dan 1999.

Dan di luar dugaan, ternyata para milenial tidak sepenuhnya siap dengan euforia Revolusi Industri 4.0. Tercatat hanya 36 persen milenial yang siap dan 29 persen generasi Z yang merasakan hal serupa.

Dirangkum oleh The Motley Fool, beriku tiga alasan mengapa para pegawai milenial cepat-cepat meninggalkan perusahaan.

1. Cita-cita Tak Sesuai

karier menulis 2
Ilustrasi./Copyright unsplash.com

Kepuasan kerja bagi milenial terletak pada etika serta dampak perusahaan pada masyarakat. Sebanyak 48 persen milenial percaya perusahaannya memiliki etika baik, dan hanya 47 persen yang berpikir tempat kerja mereka memberi dampak positif pada masyarakat.

Lebih lanjut, perusahaan yang mengutamakan untung ketimbang kepuasaan pegawai lebih mungkin kehilangan para pegawai muda. Mereka pun memutuskan berpaling ke kompetitor.

2. Upah Kurang Layak

karier dan cinta
Ilustrasi./Copyright unsplash.com/ander burdain

Meski idealisme tetap dijunjung para pegawai muda, mereka juga ingin merasa bahwa mereka diupah secara adil. Ada 63 persen milenial yang menilai upah sangatlah penting pada kepuasan mereka.

Bila perusahaan tidak memiliki strategi kompensasi yang baik, risikonya adalah kehilangan pegawai kepada kompetitor yang lebih dermawan.

3. Kurang Fleksibel

[Bintang] Travel
Ilustrasi travel. (Instagram/kadekarini)

Ketiadaan fleksibilitas menjadi faktor pendorong lain yang membuat milenial keluar kerja. Walau banyak pekerjaan yang Inilah mengapa para milenial lebih tertarik bekerja di sektor gig economy.

Gig economy adalah pekerjaan seperti kontraktor independen dan freelancer. Pekerjaan seperti ini membantu milenial meraih keseimbangan antara kerja dan kehidupan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya