Wall Street Tergelincir Dibebani Pembicaraan AS-China

Wall Street bergoyang karena investor mempertimbangkan kemungkinan AS dan China mencapai kesepakatan untuk mengakhiri perang dagang yang sedang berlangsung.

oleh Nurseffi Dwi Wahyuni diperbarui 12 Feb 2019, 05:31 WIB
Diterbitkan 12 Feb 2019, 05:31 WIB
Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street bergoyang pada hari Senin (Selasa pagi WIB) karena investor mempertimbangkan kemungkinan AS dan China mencapai kesepakatan untuk mengakhiri perang dagang yang sedang berlangsung.

Dikutip dari CNBC, Selasa (12/2/2019), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup 53,22 poin lebih rendah di level 25.053,11, berbalik dari kenaikan sebelumnya 90 poin. Indeks S&P 500 turun 0,1 persen menjadi 2.709,80 karena kenaikan di sektor industri dibatasi oleh kerugian sektor kesehatan dan komunikasi. Indeks Nasdaq Composite ditutup 0,1 persen lebih tinggi pada 7.307,90.

"Pasar sekarang menunggu informasi tentang masalah perdagangan dan geopolitik yang masih ada," kata Brent Schutte, Kepala Strategi Investasi Northwestern Mutual Wealth Management. "Semua hampir berada di titik tunggu, mencoba menilai apakah ada kemungkinan terjadi kesepakatan perdagangan," kata Schutte.

Axios melaporkan mengutip dua pejabat administrasi, bahwa penasihat Presiden Donald Trump telah secara informal membahas mengadakan pertemuan puncak dengan Presiden Cina Xi Jinping bulan depan di Mar-a-Lago, klub pribadi Trump di Florida. Pertemuan ini dapat berlangsung secepat pertengahan Maret, kata laporan itu. 

Laporan itu muncul setelah Trump mengatakan pekan lalu bahwa pertemuan antara dia dan Xi tidak akan terjadi sebelum batas waktu awal Maret. Jika kesepakatan perdagangan tidak tercapai sebelum batas waktu, tarif tambahan AS untuk barang-barang Tiongkok akan berlaku. Namun tenggat waktu itu bisa dipindahkan, kata seorang pejabat Gedung Putih kepada CNBC pekan lalu.

Pejabat AS dan Tiongkok akan melanjutkan pembicaraan perdagangan minggu ini dengan fokus pada kekayaan intelektual. "Amerika Serikat adalah produsen hebat teknologi, dan inovasi, serta pengetahuan, dan rahasia dagang. Dan kita harus beroperasi di lingkungan tempat hal-hal itu dilindungi," kata Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer pekan lalu.

"[Kami] mengharapkan kesepakatan perdagangan antara AS dan China pada akhir bulan ini," tulis Ed Yardeni, presiden dan kepala strategi investasi di Yardeni Research. "Tiongkok sangat membutuhkan kesepakatan untuk menenangkan permintaan Trump untuk perdagangan yang lebih adil sehingga ia tidak akan memaksakan putaran tarif impor AS dari China lagi."

Negosiasi perdagangan terjadi di tengah melambatnya data ekonomi dari Tiongkok. Pertama kalinya penjualan ritel Tahun Baru Imlek mencatat pertumbuhan satu digit sejak pemerintah mulai menerbitkan data pada 2005. Bulan lalu, pemerintah Cina mengungkapkan ekonomi negara itu tumbuh pada laju paling lambat dalam 28 tahun.

Ada juga fokus yang berkembang pada kemungkinan penutupan pemerintah kedua, mengingat bahwa Demokrat dan Republik tetap berselisih mengenai kebijakan perbatasan. Di akun twitter-nya Trump  menyatakan di akhir pekan ini, "Saya benar-benar percaya mereka (Demokrat) menginginkan penutupan."

Saham Tesla naik lebih dari 2,3 persen setelah seorang analis di Canaccord Genuity memutakhirkannya menjadi beli dari ditahan. Analis juga menaikkan target harganya menjadi USD 450 per saham dari USD 330, menyiratkan kenaikan 47 persen selama 12 bulan ke depan.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya