Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Selasa ini.
Mengutip Bloomberg, Selasa (26/2/2019), rupiah dibuka di angka 13.976 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.017 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.975 per dolar AS hingga 13.997 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah menguat 2,79 persen.
Advertisement
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.990 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.007 per dolar AS.
Baca Juga
Analis Monex Investindo Futures Dini Nurhadi Yasyi mengatakan, informasi bahwa Presiden AS Donald Trump akan menunda pemberlakuan tarif impor terhadap China, memberikan harapan kepada pasar.
"Meskipun Trump tidak bilang bakal tidak naikin, cuma ditunda, tapi itu menimbulkan ekspektasi pasar kalau negosiasinya berjalan dengan baik," ujar Dini dikutip dari Antara.
Menurut Dini, masalah perang dagang memang sangat sensitif dan berpengaruh terhadap negara berkembang, termasuk Indonesia. Kabar penundaan pemberlakuan tarif impor oleh Trump tersebut, lanjutnya, sedikit meredakan kekhawatiran pasar terhadap kondisi ekonomi global.
"Mengingat IMF pernah bilang salah satu penyebab yang membuat 'outlook' perlambatan ekonomi global adalah perang dagang. Ini ada kabar positif, setidaknya itu sedikit mengurangi kekhawatiran," kata Dini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
BI Nilai Rupiah Masih Terlalu Murah
Nilai tukar rupiah mengalami tren penguatan terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) dalam beberapa hari terakhir ini. Namun meskipun sudah mengalami penguatan, Bank Indonesia (BI) melihat bahwa level saat ini masih murah atau undervalued.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengatakan nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) ke depannya masih berpotensi untuk terus menguat.
"Nilai tukar rupiah ke depan akan bergerak stabil dan rupiah saat ini masih undervalued," kata Perry saat ditemui di Mesjid BI, Jakarta, Jumat (22/2/2019).
Perry mengungkapkan ada 4 faktor yang akan menjadi pendorong stabilitas rupiah di tahun ini.Â
BACA JUGA
"Jadi ke depan stabilitas rupiahakan didukung oleh 4 hal, yakni masuknya aliran modal asing tambah suplai valas (valuta asing) dalam negeri ,kedua fundamental ekonomi lebih baik dari sisi pertumbuhan,inflasi rendah dan CAD yang juga menurun," ujarnya.
Selain itu, kenaikkan suku bunga AS atau FFR yang dilakukan oleh The Fed tidak akan seagresif tahun lalu. Hal itu membuat posisi Rupiah semakin aman di pasar.
"Tentu saja ketiga FFR yang kan lebih rendah semula 3 kali, kemudian diturunkan 2 kali dan diperkirakan tahun ini hanya naik 1 kali FFR," jelasnya.
Terakhir adalah mekanisme pasar yang dinilai semakin membaik.
"Keempat mekanisme pasar yang terus semakin baik, baik di swap, dan DNDF (Domestic Non Deliverable Forward)," tutupnya.
Advertisement