Liputan6.com, Jakarta - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memandang jaringan listrik Indonesia perlu menerapkan industri 4.0, dengan menggunakan jaringan pintar (smart grid) untuk mendorong pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT).
Peneliti Pusat Ekonomi LIPI Maxensiun Tri Sambodo mengatakan, listrik yang dihasilkan pembangkit EBT fluktuasi, sehingga membutuhkan jaringan yang merespons cepat untuk mengatur pasokan dari pembangkit lain. Hal ini dapat dipenuhi dengan menggunakan smart grid.
"Karea EBT nature fluktuasi, manajemen ini membutuhkan smart grid teknologi," kata Max, di Kantor LIPI, Jakarta, Jumat (1/3/2019).
Advertisement
Baca Juga
Dengan menggunakan smart grid pasokan listrik Indonesia bisa jauh lebih stabil karena pengaturannya secara otomatis, sedangkan saat saat ini jaringan listrik masih konvensional yang membutuhkan waktu lama untuk mengalihkan sumber pasokan listrik.
"Saat ini juga kita sudah punya skada, tapi itu industri 1.0. sektor listrik yang didirong membuat smart grid," tuturnya.
Max mengungkapkan, pemerintah perlu membuat peta jalan untuk penerapan smart grid di Indonesia, termasuk penyediaan investasinya. Dia mengakui, saat biaya yang dibutuhkan untuk membangun smart grid.
"Maka kita perlu banyak support, invest awal memang tinggi, tapi lambat laun kita bisa EBT semakin baik, jadi kita tinggal pilih, kita milih murah sekarang tapi kayak gini terus, tapi mahal sedikit tapi lebih baik kedepannya," tandasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
RI Jalin Kerja Sama Pengembangan Energi Rendah Karbon dengan Inggris
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menjalin kerja sama dengan Inggris. Kerja sama ini untuk pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) yang rendah.
Untuk merealisasikan kerja sama ini, Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Ego Syahrial menandatangani Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) bersama Duta Besar Inggris untuk Indonesia, ASEAN, dan Timor Leste, H.E. Moazzam Malik.
Ego mengatakan, melalui kerja sama ini Inggris akan berkontribusi dalam penyediaan infrastruktur energi terbarukan, dengan skala kecil di Indonesia Timur sehingga mampu memicu pertumbuhan ekonomi.
BACA JUGA
"Inggris akan berkontribusi dalam penyediaan infrastruktur energi terbarukan untuk skala kecil di Indonesia Timur, karena saya percaya meskipun dilakukan dalam skala kecil, hal itu merupakan upaya untuk mengurangi kemiskinan dan memicu pertumbuhan ekonomi," kata Ego, di Kantor ESDM, Jakarta, Rabu (20/2/2019).
Menurut Ego, kerja sama antara Indonesia dengan Inggris ini, akan membantu pengembangan energi terbarukan di Indonesia, yang belakangan ini telah terdapat kemajuan yang cukup signifikan. Hingga akhir 2018, kapasitas terpasang panas bumi sudah mencapai 1.948.5 Mega Watt (MW), kapasitas terpasang dari PLTB Sidrap sebesar 75 MW, dan kontribusi dari Pembangkit Listrik Bioenergi adalah sekitar 1,858,5 MW.
“Beberapa tahun belakangan, telah terdapat kemajuan dalam pengembangan Energi Terbarukan di Indonesia. Saat ini kita sedang mempersiapkan PLTB Jeneponto dengan kapasitas 72 MW agar dapat segera beroperasi," paparnya.
Advertisement