Luncurkan INDI 4.0, Menperin Ingin Industri Indonesia Lebih Produktif

PMI manufaktur Indonesia pada triwulan I-2019 berada di angka 52,65 persen, lebih tinggi dari triwulan IV-2018 sebesar 52,58 persen.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Apr 2019, 16:30 WIB
Diterbitkan 16 Apr 2019, 16:30 WIB
Menperin Airlangga dan Wakil PM Selandia Baru Buka New Zealand Tech Day 2018
Menteri Perindustrian RI, Airlangga Hartarto dan Wakil PM sekaligus Menlu Selandia Baru, Winston Peters usai menghadiri New Zealand Tech Day 2018, Jakarta (4/10). New Zealand Tech Day menghadirkan lima perusahaan terbaik Selandia Baru. (Foto:Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah meluncurkan Indonesia Industry 4.0 Readiness Index atau INDI 4.0 (INDI 4.0). INDI 4.0 merupakan standar acuan untuk mengukur kesiapan perusahaan untuk bertransformasi ke era industri 4.0.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, saat ini sudah ada 326 perusahaannya yang dievaluasi lewat INDI 4.0 makin banyak perusahaan yang siap menyongsong era industri 4.0.

"Kita lihat per hari ini kita sudah melakukan Indi 4.0 Readiness Index itu 326 perusahaan sudah dievaluasi harapannya ada 10-20 persen ready masuk 4.0," kata dia, di acara acara Indonesia Industrial Summit 2019 di ICE BSD, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (16/4/2019).

Dengan demikian, kata dia, perusahaan-perusahaan dapat mendapatkan manfaat dari implementasi industri 4.0. Salah satunya peningkatan produktivitas.

"Tujuan dari 4.0 apa, dari hasil presentasi kemarin, produktivitas yang sudah mengaplikasikan 4.0 itu naik rata-rata di atas 30-40 persen. Dan memang untuk melaksanakan 4.0 ada capex-nya ada investasinya yang besarnya sampai 20 Persen. Jadi ini lah yang kita dorong," jelas dia.

Ketua Umum Partai Golkar ini pun mengatakan bahwa saat ini sektor manufaktur Indonesia tengah dalam mode ekspansi. Hal itu ditunjukkan oleh nilai Prompt Manufacturing Index (PMI) yang dirilis oleh Bank Indonesia (BI).

PMI manufaktur Indonesia pada triwulan I-2019 berada di angka 52,65 persen, lebih tinggi dari triwulan IV-2018 sebesar 52,58 persen. "Kalau industri kita berharap dengan adanya PMI di atas 52 persen modenya lagi ekspansif nah tentu kalau industri kita lihatnya nggak bisa short kita harus lihat long term," ungkap dia.

"Nah target kita tentu ada peningkatan kapasitas ekspor meningkat, kemudian domestik demand meningkat," tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Jurus Menperin Tekan Impor Produk Petrokimia

Pembukaan GIIAS 2018
Presiden Joko Widodo (Jokowi) didampingi Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto saat meninjau mobil konsep Daihatsu pada pembukaan GAIKINDO Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2018 di ICE BSD, Tangsel, Kamis (2/8). (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Sebelumnya, Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto menegaskan pemerintah terus berupaya untuk menekan impor produk petrokimia, seperti plastik. Salah satunya lewat upaya mendorong investasi pada sektor tersebut.

Meskipun demikian, dia mengatakan jika implementasi rencana investasi sektor Petrokimia membutuhkan jangka waktu yang jauh lebih panjang dibandingkan industri lain.

"Tentu kita harapkan realisasi investasi petrokimia bisa dimulai. Tapi kalau ditanya berapa lama, membangun industri petrokimia, ya 3 sampai 4 tahun, tahun 2022 baru jadi. Kalau kita bicara industri yang lain juga minimal 1,5 sampai 2 tahun," kata dia di Tangerang Selatan, Banten, Selasa (16/4/2019).

"Kalau mempercepat Petrokimia itu kan nggak kayak bikin pabrik tahu. Jadi itu butuh waktu 4 tahun," tegas dia.

Ketua Umum Partai Golkar ini menjelaskan, sambil menunggu realisasi investasi petrokimia, Kementerian Perindustrian mendorong tumbuhnya industri recycle plastik.

"Nah, salah satu yang mempercepat itu adalah mendorong sirkulasi ekonomi yaitu recycleplastik. Karena kebutuhan kita terhadap industri petrokimia kan 5 juta ton plastik produk karena plastik itu digunakan untuk konstruksi, otomotif, untuk banyak barang," ujar dia.

"Karena recycle plastik saat sekarang baru 10 persen. Ini kita mau dorong naik menjadi 25 persen dan kalau menggunakan industri recycle investasinya jauh lebih rendah, implementasinya kurang dari 1 tahun," lanjut Airlangga.

Kebutuhan Plastik

Menperin Airlangga dan Wakil PM Selandia Baru Buka New Zealand Tech Day 2018
Menteri Perindustrian RI, Airlangga Hartarto usai membuka New Zealand Tech Day 2018 di Jakarta, Kamis (4/10). New Zealand Tech Day 2018 diselenggarakan dalam rangkaian perayaan 60 tahun hubungan bilateral Selandia Baru dan Indonesia. (Foto:Istimewa)

Sejauh ini, kebutuhan plastik tersebut baru dipenuhi pabrik milik PT Chandra Asri Petrochemical Tbk.

Ke depannya investasi yang sudah berjalan di sektor Petrokimia seperti PT Lotte Chemical Indonesia plus ekspansi yang dilakukan PT Chandra Asri dapat menambah suplai plastik.

"Kebutuhan kita yang 5 juta ton kan baru dipenuhi oleh Chandra Asri 1 juta, nanti dengan Lotte tambahan 1 juta plus Chandra Asri ekspansi, kira-kira 3 juta. Sementara itu masih ada kebutuhan impor. Dari pada kita impor terlalu banyak, ya kita recycle saja," tandasnya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya