Layanan Transhipment Internasional Bakal Tekan Biaya Logistik

Keberadaan pelabuhan yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia diharapkan mampu menjadi pintu gerbang bagi tumbuhnya ekonomi nasional.

oleh Septian Deny diperbarui 25 Apr 2019, 11:26 WIB
Diterbitkan 25 Apr 2019, 11:26 WIB
Aktivitas di JICT
Aktivitas di Jakarta International Container Terminal, Jumat (15/3). BPS mencatat nilai ekspor pada Februari 2019 tercatat sebesar US$12,53 miliar atau turun 10,05 persen dari bulan sebelumnya, yakni US$13,93 miliar.(Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Keberadaan pelabuhan yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia diharapkan mampu menjadi pintu gerbang bagi tumbuhnya ekonomi nasional.

Kepala Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Priok Jakarta, Hermanta mengatakan,‎ sebagai negara kepulauan, Indonesia menyimpan potensi besar terlebih letaknya yang strategis karena berada di persilangan jalur perdagangan internasional. 

"Pelayaran menjadi sektor penting dalam menyokong kehidupan sosial, ekonomi, pemerintahan, pertahanan, keamanan, budaya dan lainnya untuk menyatukan pulau-pulau yang terpisah dengan lautan luas," ujar dia di Jakarta, Kamis (25/4/2019).

Merujuk data World Economic Forum dalam laporan The Global Competitiveness Report 2018 rating pelabuhan Indonesia menduduki peringkat 41 dari 140 negara. Sedangkan tingkat efisiensi dari pelabuhan menduduki peringkat 61. 

"Naiknya score Indonesia di pilar Infrastruktur khususnya di pelabuhan membawa Indonesia menduduki peringkat 45, naik 2 peringkat dari tahun sebelumnya. Di Asia Tenggara, tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada dalam peringkat 4 setelah Singapura, Malaysia dan Thailand," kata dia.

Hermanta menuturkan, pihaknya mendukung upaya pemerintah untuk terus mendorong pelabuhan sebagai motor penggerak ekonomi nasional.‎

Salah satunya dengan memberi persetujuan melalui Ditjen Bea dan Cukai beberapa waktu lalu kepada Jakarta International Container Terminal (JICT) untuk melayani alih muat kargo internasional mulai Maret 2019. 

Dalam surat tersebut disebutkan, JICT menjadi dedicated area untuk perpindahan barang antar terminal (cross terminal movement) ke PT JICT dan TPK Koja.

Dengan persetujuan otoritas kepabeanan, semua kapal dari luar negeri yang akan melakukan transshipment ke pelabuhan di negara tujuan berikutnya dapat melakukannya lewat JICT. 

"Layanan transshipment internasional akan membawa dampak efisiensi bagi rantai logistik Indonesia," ungkap dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Selanjutnya

Aktivitas di JICT
Aktivitas di Jakarta International Container Terminal, Jumat (15/3). BPS mencatat impor pada Februari 2019 turun tajam 18,61 persen menjadi US$12,2 miliar dibanding bulan sebelumnya US$14,99 miliar. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Hermanta mengungkapkan, JICT sebagai terminal pelabuhan dengan volume kegiatan, produktivitas kerja dan alat paling tinggi dibandingkan yang lain di Tanjung Priok, harus semakin mampu menarik lebih banyak kegiatan ekspor dan impor serta memberikan pelayanan lebih baik.

"JICT merupakan pelabuhan ke 26 tersibuk di dunia dan merupakan pelabuhan tersibuk di Indonesia," lanjut dia.

Menurut Hermanta, JICT selama 20 tahun beroperasi telah menyetor pajak kepada negara dan keuntungan kepada Pelindo II senilai Rp 15,4 triliun. JICT telah melayani bongkar muat peti kemas 37,3 juta TEUs dan menjadi salah satu terminal kontainer terbaik di Asia. 

"Melihat perkembangan infrastruktur dan fasilitas pelabuhan di Indonesia, bukan tidak mungkin pelabuhan menjadi sektor yang mampu mendongkrak daya saing dan perekonomian nasional. Seperti yang tertera dalam Global Competitiveness Report 2018, jika Indonesia mempertahankan dan meningkatkan kinerja dan daya saing akan mampu meningkatkan pendapatan yang lebih tinggi dan berkelanjutan di masa depan," tandas dia.

 

JICT Jadi Pelabuhan Peti Kemas Pertama yang Layani Transhipment International

Aktivitas di JICT
Aktivitas di Jakarta International Container Terminal, Jumat (15/3). BPS mencatat nilai ekspor pada Februari 2019 tercatat sebesar US$12,53 miliar atau turun 10,05 persen dari bulan sebelumnya, yakni US$13,93 miliar.(Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Sebelumnya, Pelabuhan Tanjung Priok dalam hal ini Jakarta International Container Terminal (JICT) resmi melayani proses transhipment internasional. Bahkan JICT tercatat sebagai pelabuhan petikemas pertama di Indonesia yang dapat melakukan kegiatan transhipmentinternasional ini.

Direktur Utama PT JICT, Gunta Prabawa mengatakan, layanan transhipment internasional ini mulai beroperasi pada akhir Februari 2019. Hal tersebut setelah Kementerian Keuangan melalui Direktorat Jendral Bea Cukai menyetujui JICT untuk melayani kapal kapal Internasional yang akan melakukan transhipment di terminalnya.

"Selama ini, Indonesia menjadi pelabuhan transhipment untuk kapal domestik yang akan mengirimkan kargonya keluar Indonesia dengan kapal asing. Dengan adanya persetujuan dari Bea dan Cukai tersebut, maka JICT resmi menjadi pelabuhan peti kemas pertama di Indonesia yang dapat melakukan kegiatan transhipment internasional. Di mana semua kapal dari luar Indonesia yang akan melakukan transhipment ke pelabuhan tujuan berikutnya, dapat melakukannya lewat JICT," ujar dia di Jakarta, Rabu, 20 Maret 2019.

‎Selain memberikan pelayanan transhipment, lanjut Gunta, JICT juga menerima kapal-kapal yang memberikan layanan pelayaran langsung (direct service) ke beberapa pelabuhan Internasional di dunia seperti Afrika, Australia, Eropa dan Amerika.

Pada tiga bulan pertama di 2019 ini, JICT menerima empat pelayaran baru yang sandar di JICT, yaitu Hyundai, SITC dan dua service baru dari CMA, yang salah satunya direct service ke Australia.

‎"Layanan transhipment internasional akan memberikan efisiensi bagi rantai logistik di Indonesia. Jika selama ini JICT dan Pelabuhan Tanjung Priok hanya menjadi pelabuhan transhipment bagi kapal kapal domestik dan intra Asia, maka dengan di bukanya layanan transhipment bagi kapal internasional, JICT akan menjadi alternatif bagi pelayaran pelayaran yang selama ini hanya bisa melakukan alih kapal di Singapura atau Malaysia," kata dia.

Gunta menyatakan, sistem dan infrastruktur di JICT sudah siap memulai layanan alih kapal internasional ini.

Diantaranya, dermaga dengan kedalaman 16 meter, sistem pembayaran non tunai yang sudah online dan terintegrasi dengan lembaga di pelabuhan, 21 pintu masuk otomatis dengan alat timbang dan Crane Super Post Panamax dengan kapasitas angkat ganda (twin lift) serta sinergi antar terminal dengan TPK Koja dan didukung penuh oleh Ditjen Bea Cukai dan Badan Karantina.

"Semua ini belum selesai, JICT masih akan terus melakukan berbagai inovasi dengan tujuan meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan. Kami ingin JICT terus memberikan yang terbaik, tidak hanya untuk Tanjung Priok tapi juga untuk Indonesia," tandas dia.‎

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya