Tanjung Priok Bakal Jadi Pelabuhan Hub Asia Tenggara

JICT memasang target untuk menjadikan Pelabuhan Tanjung Priok sebagai pelabuhan hub di Asia Tenggara.

oleh Septian Deny diperbarui 21 Mar 2019, 13:15 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2019, 13:15 WIB
Aktivitas di JICT
Aktivitas di Jakarta International Container Terminal, Jumat (15/3). BPS mencatat impor pada Februari 2019 turun tajam 18,61 persen menjadi US$12,2 miliar dibanding bulan sebelumnya US$14,99 miliar. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Jakarta International Container Terminal (JICT) memasang target untuk menjadikan Pelabuhan Tanjung Priok sebagai pelabuhan hub di Asia Tenggara.

Hal ini salah satu dengan mendorong pengapalan produk ekspor dan impor langsung dari dan ke negara tujuan.

Wakil Direktur Utama JICT, Riza Erivan mengatakan, saat ini Tanjung Priok menduduki peringkat 26 dunia pelabuhan tersibuk di dunia dan menjadi pelabuhan paling sibuk di Indonesia.

Kapasitas pertumbuhan arus peti kemas Tanjung Priok berkisar antara 6 juta TEUs per tahun dan dilakukan beberapa pengembangan sehingga saat ini kapasitas menjadi 7 Juta TEUs per tahun. 

"Jakarta International Container Terminal (JICT) sebagai salah satu pengelola terminal peti kemas di Tanjung Priok turut serta mewujudkan cita-cita Indonesia sebagai pelabuhan hub di Asia Tenggara," ujar dia di Jakarta, Kamis (21/3/2019).

Dia menuturkan, pada 2018, JICT telah melakukan pengiriman ekspor yang dibawa langsung ke Los Angeles, Amerika Serikat berkapasitas 10 ribu TEUs. Ekspor ini dilepas langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Hal tersebut membuktikan Indonesia telah mampu melayani kapal-kapal besar dengan bertujuan langsung (direct vessel), bukan hanya ke Amerika Serikat tetapi juga ke Afrika, Australia, Eropa dan tentu ke negara-negara Asia tanpa melalui Singapura. 

"Potensi efektivitas kemudahan ke pasar negara tujuan mendongkrak efisiensi biaya dan waktu logistik perdagangan internasional kita tanpa harus tergantung pada kegiatan singgah (transhipment) di Singapura dan Malaysia," tandas dia.

 

JICT Jadi Pelabuhan Peti Kemas Pertama yang Layani Transhipment Internasional

Aktivitas di JICT
Aktivitas di Jakarta International Container Terminal, Jumat (15/3). BPS mencatat nilai ekspor pada Februari 2019 tercatat sebesar US$12,53 miliar atau turun 10,05 persen dari bulan sebelumnya, yakni US$13,93 miliar.(Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Sebelumnya, Pelabuhan Tanjung Priok dalam hal ini Jakarta International Container Terminal (JICT) resmi melayani proses transhipment internasional. Bahkan JICT tercatat sebagai pelabuhan petikemas pertama di Indonesia yang dapat melakukan kegiatan transhipmentinternasional ini.

Direktur Utama PT JICT, Gunta Prabawa mengatakan, layanan transhipment internasional ini mulai beroperasi pada akhir Februari 2019. Hal tersebut setelah Kementerian Keuangan melalui Direktorat Jendral Bea Cukai menyetujui JICT untuk melayani kapal kapal Internasional yang akan melakukan transhipment di terminalnya.

"Selama ini, Indonesia menjadi pelabuhan transhipment untuk kapal domestik yang akan mengirimkan kargonya keluar Indonesia dengan kapal asing. Dengan adanya persetujuan dari Bea dan Cukai tersebut, maka JICT resmi menjadi pelabuhan peti kemas pertama di Indonesia yang dapat melakukan kegiatan transhipment internasional. Di mana semua kapal dari luar Indonesia yang akan melakukan transhipment ke pelabuhan tujuan berikutnya, dapat melakukannya lewat JICT," ujar dia di Jakarta, Rabu 20 Maret 2019.

‎Selain memberikan pelayanan transhipment, lanjut Gunta, JICT juga menerima kapal-kapal yang memberikan layanan pelayaran langsung (direct service) ke beberapa pelabuhan Internasional di dunia seperti Afrika, Australia, Eropa dan Amerika.

Pada tiga bulan pertama di 2019 ini, JICT menerima empat pelayaran baru yang sandar di JICT, yaitu Hyundai, SITC dan dua service baru dari CMA, yang salah satunya direct service ke Australia.

‎"Layanan transhipment internasional akan memberikan efisiensi bagi rantai logistik di Indonesia. Jika selama ini JICT dan Pelabuhan Tanjung Priok hanya menjadi pelabuhan transhipment bagi kapal kapal domestik dan intra Asia, maka dengan di bukanya layanan transhipment bagi kapal internasional, JICT akan menjadi alternatif bagi pelayaran pelayaran yang selama ini hanya bisa melakukan alih kapal di Singapura atau Malaysia," kata dia.

Gunta menyatakan, sistem dan infrastruktur di JICT sudah siap memulai layanan alih kapal internasional ini.

Di antaranya, dermaga dengan kedalaman 16 meter, sistem pembayaran non tunai yang sudah online dan terintegrasi dengan lembaga di pelabuhan, 21 pintu masuk otomatis dengan alat timbang dan Crane Super Post Panamax dengan kapasitas angkat ganda (twin lift) serta sinergi antar terminal dengan TPK Koja dan didukung penuh oleh Ditjen Bea Cukai dan Badan Karantina.

"Semua ini belum selesai, JICT masih akan terus melakukan berbagai inovasi dengan tujuan meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan. Kami ingin JICT terus memberikan yang terbaik, tidak hanya untuk Tanjung Priok tapi juga untuk Indonesia," tandas dia.‎

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya