Bertemu Lagi, AS dan China Segera Berdamai?

AS dan China diyakini akan segera mengakhiri perang dagang yang telah berlangsung selama lebih dari setahun.

oleh Ayu Lestari Wahyu Puranidhi diperbarui 26 Apr 2019, 11:31 WIB
Diterbitkan 26 Apr 2019, 11:31 WIB
Perang Dagang China AS
Perang Dagang China AS

Liputan6.com, New York - Perseteruan AS dan China nampaknya akan mencapai puncak kesepakatan. Pasalnya baru-baru ini, AS dan China telah melanjutkan pembicaraan dalam upaya untuk mengakhiri perang dagang yang membuat perekonomian global melemah.

Dilansir dari laman CNN, pembicaraan perdagangan tingkat tinggi ini akan dilanjutkan oleh kedua belah negara pada minggu depan. Terlihat adanya sikap optimistis untuk dapat dengan cepat menyelesaikan masalah ini.

Hal ini diungkapkan oleh perwakilan dagang Gedung Putih, Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin pada Selasa saat perjalanan menuju Beijing untuk melanjutkan pembicaraan selanjutnya yang akan dimulai sejak 30 April 2019.

Setelah pertemuan pada 30 April di Beijing, rencananya Liu He penasihat ekonomi utama Presiden China Xi Jinping akan memimpin delegasi ke Washington untuk pembicaraan lebih lanjut pada 8 Mei 2019.

Perwakilan AS mengatakan, pembicaraan pada 30 April akan membahas seputar masalah perdangan termasuk kekayaan intelektual, transfer teknologi paksa, hambatan non-tarif, pertanian, layanan, pembelian serta penegakan hukum.

Namun sayangnya, pihak China belum mengkonfirmasi akan membahas apa pada pertemuan minggu depan.

AS dan China diyakini akan segera mengakhiri perang dagang yang telah berlangsung selama lebih dari setahun dan membuat dampak cukup besar bagi ekonomi global.

Donald Trump mengatakan, setiap kesepakatan perdagangan yang ada sejak awal bulan ini akan menjadi sesuatu yang sangat monumental bagi generasi mendatang.

 

Bukan Hanya AS, China juga Optimistis akan Segera Damai

Perang Dagang AS - China
Perang Dagang AS - China

Bukan hanya AS saja yang begitu optimistis jika mereka akan segera mencapai kesepakatan bersama, China pun juga merasakan hal yang sama.

Sebelumnya pada April, kantor berita pemerintah China Xinhua menyampaikan jika negosiator AS dan China telah mencapai konsensus baru tentang isu-isu kesepakatan perdagangan.

Namun, yang menjadi masalah bagi kedua belah pihak yaitu apakah baik AS maupun China dapat mencapai kesepakatan untuk mengangkat miliaran dolar dari tarif untuk barang-barang China sebagai imbalan bagi AS yang telah mengambil tindakan sepihak untuk menghukum Beijing, dan jika gagal mereka akan tetap berpegang teguh pada kesepakatan tersebut.

Sebelumnya, Trump dan pejabat tinggi pemerintah AS lainnya telah mengirim sinyal suat bahwa mereka akan mempertahankan tarif pada USD 250 miliar barang China untuk periode waktu yang ditentukan.

"Kami harus memastikan China akan tetap teguh pada kesepakatan tersebut," ujar Trump.

Meskipun akan berdamai, namun nampaknya kedua negara ini tidak akan berdamai seutuhnya pada bidang politik dan ekonomi utama tertentu, tidak terkecuali teknologi.

Selama 12 bulan terakhir, Trump telah memberikan tekanan pada negara-negara di seluruh dunia untuk tidak menggunakan produk Huawei demi membangun jaringan 5G. Karena baginya menggunakan produk China akan sangat beresiko dalam segi kemanan.

Menanggapi hal ini, Huawei tentunya sangat keberatan hingga akhirnya mengajukan gugatan pada Maret atas tindakan pemerintah AS yang terkesan menuduh bahkan mendiskriminasi inkonsitusional.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya