Perang Dagang AS vs China Bakal Segera Berakhir

Para pengamat meramalkan jika pertemuan selanjutnya akan menghasilkan beberapa kesepakatan.

oleh Ayu Lestari Wahyu Puranidhi diperbarui 02 Mei 2019, 19:01 WIB
Diterbitkan 02 Mei 2019, 19:01 WIB
Perang Dagang China AS
Perang Dagang China AS

Liputan6.com, Jakarta Setelah pertemuannya yang terakhir di Beijing, dua negara ekonomi terbesar, AS dan China dikabarkan semakin dekat untuk mencapai kesepakatan bersama dan mengakhiri perang dagang yang terjadi.

Dilansir dari laman Reuters, Steven Mnuchin, Menteri Keuangan AS mengatakan jika AS dan China telah menyelesaikan pembicaraan yang cukup produktif di Beijing saat beberapa waktu lalu. Salah satunya, mengenai kesepakatan untuk perubahan tarif barang-barang China yang masuk ke AS yang sebelumnya mencapai USD 250 miliar.

Mnuchin bersama dengan Perwakilan Dagang AS, Robert Lighthizer telah mengadakan diskusi dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He yang bertujuan untuk mengakhiri perang dagang. Pembicaraan ini juga akan dilanjutkan pekan mendatang di Washington. Para pengamat meramalkan jika pertemuan selanjutnya akan menghasilkan beberapa kesepakatan.

Usai pertemenuan di Beijing, muncul sebuah potret kebersamaan yang begitu ramah antara Mnuchin, Robert, dan Liu He.

"Diskusi tetap fokus untuk membuat kemajuan besar pada masalah struktural yang penting dan untuk menyeimbangkan kembali hubungan perdagangan AS-China," ujar sekretaris Pers Gedung Putih, Sarah Sanders yang dilansir dari laman Reuters.

Pertemuan yang lalu menghasilkan kesepakatan akan ada penghapusan langsung sebesar 10 persen dari USD 200 miliar akan barang-barang China yang akan masuk ke AS.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Biaya Masuk Barang-barang China ke AS akan Dihapus?

Perang Dagang AS vs China
Perang Dagang AS vs China

Saat ini AS telah mengenakan tarif biaya masuk sekitar USD 250 miliar pada barang-barang China dengan bea 25 persen pada mesin semikonduktor, komponen elektronik dan industri dan otomotif sebesar USD 50 miliar.

Para pejabat AS mengatakan bahwa mekanisme penegakan untuk suatu kesepakatan dan jadwal untuk menaikkan tarif merupakan hal yang sulit.

Bukan hanya AS, para pejabat China juga memandang mekanisme penegakan merupakan hal yang penting, namun ini harus terjadi antara dua arah dan tidak hanya membatasi pada China.

AS telah menekan China untuk membuka pasarnya ke perusahaan-perusahaan AS. China juga telah berulang kali berjanji akan mempermudah perusahaan asing untuk beroperasi di negaranya.

Saat ini, regulator perbankan dan asuransi terkemuka China juga mengatakan bahwa pemerintahnya akan lebih membuka pada sektor perbankan dan asuransi.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya