Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) merilis posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia pada akhir kuartal I 2019 terkendali dengan struktur yang sehat. ULN Indonesia tercatat USD 387,6 miliar pada akhir kuartal I 2019.
Utang ini terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral sebesar USD 190,5 miliar dan utang swasta (termasuk BUMN) sebesar USD 197,1 miliar.
Dari data BI, ULN Indonesia tumbuh 7,9 persen secara year on year (YoY), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kuartal sebelumnya karena transaksi penarikan neto ULN dan pengaruh penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sehingga utang dalam rupiah tercatat lebih tinggi dalam denominasi dolar AS.
Advertisement
Baca Juga
Peningkatan pertumbuhan ULN terutama bersumber dari ULN sektor swasta, di tengah relatif stabilnya pertumbuhan ULN pemerintah.
Adapun utang pemerintah diprioritaskan untuk pembiayaan pembangunan. Porsi terbesar di sejumlah sektor antara lain sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 18,8 persen dari total ULN pemerintah, sektor konstruksi 16,3 persen, sektor jasa pendidikan 15,7 persen, sektor administrasi pemerintah, pertanahan dan jaminan sosial wajib 15,1 persen, dan sektor jasa keuangan dan asuransi sebesar 14,4 persen.
Sedangkan sektor swasta didominasi sektor jasa keuangan dan asuransi, industri pengolahan, pengadaan listrik, gas, uap atau air panas dan udara, serta sektor pertambangan dan penggalian.
Dari total utang luar negeri tersebut, negara mana sajakah yang memberikan pinjaman kepada Indonesia?
Mengutip data BI, Singapura menjadi negara pemberi pinjaman terbesar pada Maret 2019. Tercatat nilainya tembus USD 64 miliar.
Kemudian disusul Jepang dengan pemberi pinjaman USD 29,01 miliar, Amerika Serikat (AS) dengan pinjaman USD 21,35 miliar, lalu China dengan pinjaman USD 17,91 miliar.
Selanjutnya Hong Kong dengan pinjaman USD 15 miliar, dan Asia lainnya sebesar USD 10,46 miliar.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Utang Pemerintah Tembus Rp 4.528 Triliun pada April 2019
Sebelumnya, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat total utang pemerintah per April 2019 mencapai sebesar Rp 4.528 triliun. Angka ini naik apabila dibandingkan posisi utang pada periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 4.180 triliun.
"Posisi utang kita per April sebesar Rp 4.528 triliun," kata Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu, Luky Alfirman, di Kantornya, Jakarta, Kamis, 16 Mei 2019.
Luky mengatakan apabila dibandingkan dengan posisi utang pada bulan Maret 2019 posisi rasio utang ini mengalami penurunan sebesar 30,12 persen. "Sementara Maret kemarin utang kita Rp 4.567. Outstanding utang turun Rp 38,8 triliun dibandingkan Maret tahun ini satu bulan turun Rp 38 triliun," katanya.
Adapun komposisi utang pemerintah terdiri dari pinjaman sebesar Rp 780,71 triliun. Di mana itu terdiri dari pinjaman luar negeri sebesar Rp 773,98 triliun dan pinjaman dalam negeri Rp 6,73 triliun.
Sementara, berasal dari surat berharga negara mencapai Rp 3.747,74 triliun. Adapun jumlah tersebut terdiri dari denominasi Rupiah sebesar Rp 2.735,78 dan demominasi dalam bentuk valuta asing mencapai Rp 1.011,96 triliun.
"Rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 29,65 persen atau masih dalam batas aman," pungkasnya
Advertisement